Chapter 1 ☘

29.9K 1K 3
                                    

Bibury, Gloucestershire 1998

Seorang gadis kecil berdiri di depan tumpukan bunga yang tersusun indah mengitari sebuah photo perempuan, anak itu mengenakan pakaian serba hitam, rambut yang berwarna perak sebahu terlihat sangat kontras dengan pakaian yang dia kenakan. Anak kecil itu menatap sendu photo wanita cantik yang ada di depannya, matanya yang berwarna hijau jernih tidak berhenti meneteskan air mata dengan bibir gemetar terus menerus di tekan agar tidak menimbulkan suara.

Leary tertunduk seraya menghapus air matanya dengan kepalan tangan.

Hari yang kelam ini adalah hari ucapara pemakaman ibunya, ibu Leary meninggal setelah tiga tahun sakit parah karena sebuah kecelakaan. Hari ini, perjuangan ibunya untuk kembali sembuh sudah selesai, semua sakit dan deritanya sudah hilang.

Leary tidak dapat menjabarkan seberapa sedih dan hancur hatinya saat ini, bahkan jika harus menangis sampai air matanya mengering, kesedihan masih akan tenumpuk tidak beranjak sedikitpun dari dalam hatinya.

Leary menengok ke belakang, melihat ruangan upacara pemakaman ibunya yang di hadiri segelintir orang saja dan bisa di hitung dengan jari.

Sejak pemakaman tadi pagi, tidak ada banyak orang yang datang berkunjung, tidak ada sanak keluarga yang hadir, hanya Leary seorang diri. Untuk mendapatkan biaya pemakamanpun dia mendapatkannya dari peminpin desa yang baik hati mau mengurusnya.

Sekali lagi Leary menghapus air matanya, anak itu terlihat kebingungan harus pergi mendekati siapa karena hanya ibunya satu-satunya keluarga Leary.

Bibir mungil Leary terbuka, gadis itu menarik napasnya dengan sesak memikirkan apa yang harus dia lakukan mulai esok tanpa ibunya. Mungkin Leary akan ke panti asuhan atau menjadi gelandangan seperti anak-anak yang lainnya.

Tidak ada hari cerah yang bisa Leary harapkan.

Pintu ruangan di depan Leary bergeser ke sisi, seorang wanita cantik masuk ke dalam dan langsung melihat ke arah Leary, ekspresi di wajahnya terhalang oleh kipas cantik yang dia pakai, samar Leary dapat melihat ada senyuman di bibir wanita cantik itu.

Tidak ada sedikitpun kesedihan di matanya, yang ada hanyalah ekspresi girang seperti menyembunyikan sesuatu.

Dia adalah bibi Willis, satu-satunya saudara ibunya Leary yang dia Leary kenal. Sayangnya Leary tidak begitu menyukai bibi Willis karena dia banyak bicara, sepanjang hari selalu mengomel mencari-cari kesalahan Leary bersama ibunya.

Meskipun begitu, bibi Willis adalah orang yang selama ini memberi makan Leary dan ibunya sejak ibunya terjatuh sakit. Itupun harus di bayar dengan bekerja sepanjang waktu menjaga toko buku.

Bibi Willis baru datang berkunjung di siang hari tanpa melihat upacara pemakaman Olivia, hal itu di karenakan sepanjang malam dia berjudi bersama teman-temannya.

Leary menelan salivanya dengan kesulitan, gadis kecil itu kembali melihat photo ibunya yang terpajang. Sekali lagi Leary menghapus air matanya, hatinya di landa ketakutan dan kekhawatiran, namun Leary tidak dapat mengatakannya karena dia sudah berjanji kepada ibunya bahwa dia akan menjadi anak yang kuat.

"Leary," panggil bibi Willis yang kini sudah berdiri di hadapan Leary. Dalam satu hentakan bibi Willis menggerakan kipas di tangannya untuk menutupi bibirnya yang berwarna merah cerah, namun sorot matanya yang tajam menatap Leary jelas menyiratkan sesuatu yang tidak begitu baik.

Leary tertunduk, anak itu gelisah, takut bibi Willis mengusirnya dari rumah hari ini juga.

"Kenapa diam?" tanya bibi Willis.

"Ada apa Bibi memanggilku?" tanya balik Leary dengan wajah memaling, Leary masih bisa mencium aroma alcohol dari mulut biibi Willis karena kebiasaannya yang suka mabuk-mabukan.

LEARY [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang