Chapter 41 🍀🍀

9.7K 896 35
                                    

Leary duduk berhadapan dengan Chaning terlihat sedang menunggu cake pilihannya segera di antarkan. Veloz, salah satu anak buahnya Romero yang kini tengah menyamar menjadi patissier membawa sebuah cake dan meletakannya di atas meja.

Leary terperangah kagum, beberapa kali dia sampai harus mengusap dadanya yang kini berdebar hebat karena terlalu bahagia. Seumur hidupnya, Leary tidak pernah mendapatkan kue secantik, sebesar ini.

Veloz segera berdiri di sisi Leary, begitu pula dengan semua orang yang ada di dalam ruangan itu.

Anak buah Romero hanya mendengar nama Leary ketika Romero membawa boneka yang sudah dibeli Chaning, namun begitu mereka memperhatikan Leary, mereka langsung menduga-duga jika Leary adalah anak dari Liebert.

Liebert cukup berbeda dengan Chaning, dia memiliki banyak hubungan dengan beberapa perempuan, tidak begitu mengejutkan jika Liebert memiliki anak diluar nikah.

Meski hanya sebuah dugaan, kecurigaan mereka bertambah kuat ketika melihat kedekatan Chaning dengan Leary.

"Lilinnya belum dinyalakan," ucap Veloz begitu tersadar.

Chaning mengeluarkan sebuah korek api dari coatnya dan menyalakan lilin-lilin yang terpasang.

Tidak ada yang berbicara di antara orang-orang bertubuh besar itu begitu lilin sudah dinyalakan, mereka semua saling melihat dan terjebak dalam kecanggungan karena tidak terbiasa menggelar perayaan untuk anak kecil. Begitu pula dengan Leary, gadis kecil itu diam tidak bisa berkata-kata karena ini untuk pertama kalinya dia merayakan ulang tahun dengan orang sebanyak ini.

Leary tidak tahu apa yang harus dilakukan selain tersenyum lebar tidak sabar meniup lilin.

"Sebaiknya kita mulai pestanya," Romero angkat bicara.

Veloz mengeluarkan senjata dari belakang pakaiannya dan menodongkannya ke atas hendak menarik pelatuk untuk memulai pesta.

Kelompok mereka sering melakukan pembukaan pesta dengan melakukan sebuah tembakan di udara.

"Turunkan senjatmu, itu menimbulkan kebisingan," ujar Oddie.

"Itu benar, turunkan sekarang," perintah Romero.

Orang-orang kembali terjebak dalam kecanggungan, mereka terbiasa dengan pesta yang kasar dan suara bising, letupan senapan untuk memulai pesta atau dentingan gelas beralkohol yang terdengar.

Chaning bersedekap, melihat Leary yang sejak tadi diam penuh ketegangan tidak mengalihkan perhatiannya dari kue di hadapannya.

Romero dan anak buahnya yang lain seling melihat.

Tidak berlangsung lama, Romero melangkah lebar pergi ke lantai dua, pria itu menarik kasar tali-tali balon yang ada di dinding, begitu dia kembali berkumpul dnegan semua orang, dengan bringasnya Romero meremas satu persatu balon hingga meledak dan anak buahnya bertepuk tangan senang sambil meminta Leary segera meniup lilinnya.

Leary kembali menempatkan tangannya di dada, gadis kecil itu menarik napasnya dalam-dalam melihat orang-orang di sekitarnya tersenyum lebar dan bertepuk tangan hingga memukul-mukul dinding dan permukaan meja untuk menimbulkan suara dibandingkan harus menyanyi.

Leary kembali melihat Chaning, di antara lilin-lilin yang menyala dan mencipatkan bayangan di bola matanya, Leary tersenyum, Leary tidak tahu harus berdo'a apa kepada Tuhan atas hadiah yang dikirimkan melalui tangan Chaning.

Leary hanya bisa bersyukur jika masih ada orang yang begitu baik kepadanya melebihi sekelompok orang yang dia anggap keluarga.

Leary mulai meniup lilinnya satu persatu hingga padam dan disambut oleh suara yang lebih keras. Anak-anak buah Romero mengeluarkan pisau yang sering mereka gunakan untuk bertarung agar Leary bisa menggunakannya untuk memotong cake.

LEARY [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang