Ekstra Part 🌿

10.4K 835 47
                                    

Berbicara langsung dengan kepala sekolah tampaknya berjalan lebih baik dibandingkan dengan Russel. Segala keperluan berjalan di tangani dengan cepat tanpa hambatan dan Leary resmi bersekolah di tempat yang sama dengan Ferez.

"Aku khawatir dia kembali mengejang trauma karena ada anak yang nakal kepadanya," ucap Liebert terdengar serius, pria itu berdiri di depan jendela ruangan kepala sekolah tengah menggunakan sebuah teropong yang langsung mengarah ke arah kelas Leary.

Leary masih selalu berada dalam pengawasan dokter untuk menyembuhkan mentalnya, Liebert masih khawatir dengan keadaannya karena ini untuk pertama kalinya Liebert maupun Chaning melepaskan Leary seorang diri ditengah-tenah keramaian.

"Memangnya siapa yang berani nakal kepadanya?" tanya Chaning.

"Pikiran anak-anak itu berbeda dengan orang dewasa. Dalam satu kelas, selalu akan selalu ada anak yang nakal, dia anak yang paling harus diperhatikan oleh guru-gurunya."

"Kita bisa menggantung kakinya selama dua jam penuh di atas pohon untuk pelatihan dasar," jawab Chaning terdengar serius.

Liebert menggeleng tidak setuju. "Anak yang nakal bukan berarti mereka jahat, mereka hanya terlalu aktif. Kita tidak bisa menghukum mereka karena mereka masih kecil. Jika mereka nakal di sekolah, maka guru yang harus di protes, jika nakal di rumah, maka orang tuanya yang harus di protes."

Chaning berdecih tidak setuju dengan apa yang telah dikatakan oleh Liebert. "Jadi, kau hanya akan protes jika si setan kecil itu rambutnya ada yang menjambak? Anak-anak suka saling menjambak, apalagi perempuan."

Mendadak Liebert termenung. "Aku akan mematahkan tangan anak yang sudah menjambak rambut keponakanku," jawabnya spontan dan serius.

Sang kepala sekolah yang tengah duduk di kursinya hanya bisa diam membeku mendengarkan dua pria itu berdiskusi dengan serius, namun apa yang mereka diskusikan terdengar tidak normal, menakutkan dan berlebihan.

Sang kepala sekolah harus ekstra menjaga keselamatan anggota keluarga Benvolio. Meski Chaning tidak meminta diperlakukan secara khusus, namun kemungkinan terjadinya huru hara bila anggota keluarga Benvolio terluka tetap tidak bisa dihindarkan.

Sekarang Chaning dan Liebert menjadi donatur terbesar di sekolah, apa yang mereka minta tidak bisa di tolak begitu saja.

Chaning sempat terdiam, pria itu menarik ke sisi jendela dan ikut melihat apa yang kini tengah terjadi.

Dari teropong yang dia pakai, Liebert dapat melihat Leary yang kini tersenyum gugup berdiri di sisi gurunya, tanganya sesekali meremas permukaan roknya ketika dia diminta memperkenalkan diri.

Di dalam kelas itu hanya ada empat belas anak-anak, dan Leary adalah anak ke lima belas.

Leary terlihat sangat gugup meski dia mencoba untuk tersenyum.

"Nama saya Leary Stone," sapa Leary sedikit terbata, merasakan tatapan semua orang tertuju kepadanya. "Saya harap kita bisa berteman karena saya punya banyak buku untuk belajar bersama, dan punya banyak uang untuk mengajak kalian bermain dan membeli makanan enak."

Semua anak-anak yang tengah memperhatikan menyambutnya dengan tepuk tangan berantusias, sementara sang guru hanya bisa tersenyum samar tidak dapat menyembunyikan kekagetannya mendengar cara berkenalan Leary yang cukup berbeda dari anak-anak lainnya.

"Leary, sekarang duduklah di sana," tunjuk Kety pada sebuah bangku kosong di dekat anak berambut pirang mengenakan sebuah topi baret.

"Terima kasih Miss," jawab Leary sebelum berlari pergi menuju bangkunya.

Leary terduduk di kursinya, melirik Mona yang tersenyum lebar mengulurkan tangannya mengajak berkenalan. Leary sempat terkejut, beruntungnya anak itu bisa mengatasi masalahnya.

LEARY [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang