"Kau dari mana saja?" Chaning bersedap, berdiri di depan pintu menyambut Ferez yang baru pulang jam dua malam.
"Aku selesai membantu teman."
"Siapa?" tanya Chaning terdengar tegas.
"Leary."
Chaning terdiam beberapa saat, sampai akhirnya Chaning berkata, "Tidak sepantasnya kau berkeliaran seperti ini sampai tengah malam. Kau itu masih kecil, jika terjadi sesuatu padamu, aku adalah orang pertama yang disalahkan karena membiarkan anak di bawah umur berkeliaran tanpa pengawasan. Mulai besok aku akan melarangmu pergi keluar dari jam sembilan malam ke atas, jika kau masih berkeliaran, aku akan menyuruh seluruh anak buahku menyisir kota London dan menyeretmu pulang. Kau paham?" peringat Chaning dengan serius.
Ferez membuang napasnya dengan kasar tampak ingin portes, namun sekarang dia berada dalam posisi yang salah juga. "Baiklah, sekarang aku boleh masuk kan?"
Chaning bergeser, memberi jalan kepada Ferez untuk masuk ke dalam rumah. Perhatian Chaning langsung tertuju pada Hank yang kini baru memperlihatkan diri.
Chaning melihat ke belakang untuk memastikan jika puteranya sudah pergi menuju kamarnya. Perhatian Chaning kembali tertuju pada Hank, "Apa lagi yang sudah dia lakukan? Tidak membuat kekacauan kan?"
Hank menggeleng. "Tidak, tuan Ferez hanya meminta saya membeli sepatu dan gunting, tidak ada hal aneh yang dia lakukan."
Kening Chaning mengerut. "Sepatu apa?"
"Sepatu anak perempuan, sepertinya tuan Ferez tidak sengaja merusaknya, jadi meminta saya untuk membeli yang baru sebagai ganti."
"Lalu, gunting untuk apa? Tidak untuk menyerang seseorang kan?"
Hank mengedikan bahunya dan tersenyum. "Saya dengar dia ingin memotong rumput."
Chaning langsung bersedekap, sesaat dia dibuat terdiam dan menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi. Chaning menggerakan tangannya, mengisyaratkan Hank yang sudah boleh pergi.
***
Leary terbangun begitu pagi, begitu dia membuka matanya, pemandangan pertama yang di lihat adalah sepasang sepatu yang begitu sama seperti apa yang sudah Petri berikan kepadanya.
Dengan tergesa Leary duduk, dalam keadaan linglung karena baru bangun hingga harus mengucek matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan sekadar mimpi.
Leary mengambil sepatu itu dan melihatnya dengan seksama.
Tiba-tiba suara tawa bahagia terdengar dari mulut anak itu, Leary memeluk sepatu itu dengan erat dan membawanya pergi tidur bersama.
"Ferez benar-benar seperti ibu peri di dalam dongeng."
Senyuman bahagia terlukis jelas di wajah mungil Leary. Segala kekhawatiran dan rasa takut yang menderanya sepanjang malam hingga membuat Leary mengigau kini berakhir dalam kebahagiaan dan rasa senang.
Ferez memberikan keajaiban untuk Leary.
Secarik kertas yang di letakan di atas sepatu Leary yang di rusak Megi membuat Leary mengambilnya. Leary membacanya dengan mengeja satu persatu kata untuk mengetahui isi pesan yang ingin Ferez sampaikan.
"Sembunyikan sepatu barumu, jika ada menanyakan sepatumu, perlihatkan saja yang dirusak pelayan itu. Kau harus mendengarkan perintahku, jika kau tidak dengar, aku tidak mau berteman denganmu lagi."
"Ferez memang yang terbaik" Leary tersenyum lebar sambil mengusap matanya yang berair.
Kebahagiaan penuh kelegaan yang di rasakan Leary pagi ini berbanding balik dengan keadaan di tempat lain, suara teriakan histeris yang menggema dari ruangan mess khusus pelayan terdengar keras hingga menggema.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEARY [Selesai]
RomanceLeary McCwin adalah anak berusia enam tahun, dia harus di hadapkan dengan kehidupan yang berubah drastis setelah ibunya meninggal. Satu hari setelah ibunya Leary meninggal, bibi Willis membawa Leary untuk pertama kalinya keluar dari desa. Bibi Willi...