Chapter 5 ☘

11.3K 638 16
                                    

Darrel menelan salivanya dengan kesulitan, ekspresi dingin di wajahnya berubah suram karena tersadar, walau bagaimanapun Leary adalah anak kandungnya, meski dia tidak menyukai Leary, tes medis sudah membuktikan jika Leary memang anaknya.

Melihat ketediaman Darrel yang merenung membuat Leary gelisah, Leary menarik napasnya dengan cepat, pupil matanya melebar melihat lantai yang di pijaknya.

Leary meremas-remas ujung pakaiannya dengan kuat. Leary bertanya-tanya apakah dia sudah lancang berbicara kepada Darrel karena dia hanya orang asing di sini.

Dengan kesulitan Leary mengangkat wajahnya dan memaksakan diri untuk tersenyum meski sorot matanya yang berwarna hijau itu berkilauan menahan kesedihan.

"Jika Anda tidak mengizinkannya, itu tidak apa-apa, Tuan," ungkap Leary dengan tulus.

"Terserah." jawab Darrel terdengar acuh.

Senyuman Leary memudar, jawaban Darrel menggantung membuat Leary bingung apakah Darrel mengizinkan atau menolak. "Anu, maksud Anda, saya boleh memanggil Anda, Ayah?" tanya Leary dengan takjub.

Darrel membuang mukanya, melihat ke arah jendela, memperhatikan taman bunga milik Olivia yang tidak pernah berubah dan selalu di rawat dengan baik, tidak hanya taman, struktur rumah dan semua dekorasinya tidak pernah dia ubah karena semua itu rancangan Olivia.

Darrel kembali melihat Leary yang saat ini tengah menunggu jawabannya. "Terserah kau mau memanggilku apa," jawab Darrel lagi masih sama dinginnya seperti sebelumnya.

Tangan mungil Leary saling bertautan dengan kuat, kakinya mulai gemetar karena terlalu takjub dan senang meski jawaban Darrel adalah sebuah kepastian yang samar.

Bola mata Leary yang berwarna hijau itu berkilauan tersapu air mata karena terlalu senang, bibir mungilnya kembali mengukir senyuman lebar yang membuat Darrel kembali harus terpaku merasakan perasaan bergejolak memenuhi hatinya karena untuk pertama kalinya dia melihat sebuah kebahagiaan yang begitu hebat terlukis dari seorang anak kecil.

"Terima kasih banyak," ucap Leary hampir berteriak, Leary langsung berbalik dan berlari pergi keluar ruangan masih dengan senyuman lebarnya.

Darrel yang masih duduk di kursinya, memperhatikan tempat Leary berada beberapa saat yang lalu. Perasaan kesal, terganggu dan juga tersentuh berkecamuk di dalam hati Darrel, hal itu membuat Darrel merasa ingin memilih tidak mengenal Leary sama sekali.

Darrel merasa muak karena hanya dengan melihat sosok anak itu satu detik saja, semua bayangan Olivia yang ingin dia lupakan langsung muncul memenuhi kepala dan hatinya seakan keberadaan Leary adalah sebuah siksaan yang sengaja Olivia kirimkan kepadanya.

Darrel membuang napasnya dengan kasar, kepalanya terjatuh ke sandaran kursi. Darrel menatap nyalang langit-langit ruangan kerjanya, samar dia teringat bagaimana sedih dan tersiksanya wajah cantik Olivia yang menangis karena mendengar permintaan Darrel agar Olivia menggugurkan kanduangannya tujuh tahun lalu.

Olivia salah memahami permintaan Darrel, dia ingin Olivia menggugurkan kandungannya karena kondisi tubuh Olivia yang sakit-sakitan dan beberapa kali pendarahan, hingga demam dan sering mengeluh sakit kepala, dokter sendiri mengatakan bahwa tidak memungkinkan untuk Olivia mempertahankan kehamilannya karena itu sangat berbahaya untuk dirinya.

Namun sayangnya Olivia menolak keinginan Darrel, Olivia berpikir jika Darrel tidak mencintainya lagi dan tidak peduli pada anak yang di kandungnya.

Olivia tidak sadar betapa Darrel mencintainya, karena itu Darrel tidak ingin Olivia sakit apalagi harus kehilangan Olivia hanya karena demi mempertahankan janin di dalam kandungannya.

LEARY [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang