Chapter 24 🌸

10.9K 820 22
                                    

"Namamu siapa?" tanya Liebert.

Perlahan Leary mengangkat wajahnya, anak itu mengerjap tidak percaya jika Liebert akan menanyakan namanya. Dengan ragu Leary memberanikan diri mengulurkan tangan kecilnya untuk bersalama.

Entah mengapa, Leary merasa percaya bila berbicara dengan orang-orang yang di kenal Chaning dan Ferez.

Sesaat Liebert terdiam, pria itu melihat tangan Leary yang berada di depannya. Liebert menerima uluran tangan kecil Leary yang terasa begitu mudah untuk bisa dia patahkan dan dia banting jika ingin.

"Nama saya Leary, Paman."

Liebert terpaku, pria itu tidak bersuara dan hanya melihat sorot mata Leary yang terasa begitu dia kenal. Liebert tidak dapat mengalihkan pandangannya dari wajah mungil Leary tersenyum cantik begitu familiar dalam ingatannya. "Namaku, Liebert," jawab Liebert terdengar seperti bisikan.

"Paman, apa Anda temannya paman baik, maksud-maksud saya teman baik Chaning."

Liebert mengangguk. "Kenapa?"

Liebert tersentak merasakan perasaan kehilangan begitu Leary menarik tangannya dari genggamannya.

"Paman, apa saya boleh menitipkan ini untuk paman baik, maksud saya Chaning." Leary memberikan gulungan kertasnya.

Liebert terdiam, di detik selanjutnya pria itu tertawa keras sampai harus menutup matanya yang kini berair. Liebert merasa terhibur sekaligus tidak menyangka, orang yang tidak suka berurusan dengan wanita seperti Chaning, kini rupanya pria itu memiliki hubungan dekat dengan anak perempuan yang belum tahu apapun.

Leary terdiam kebingungan memperhatikan tawa keras Liebert yang tidak Leary ketahui di sebabkan oleh apa.

"Jadi, kau ingin menitipkan itu padaku?" Tanya Liebert dengan sisa-sisa tawanya.

Leary mengangguk membenarkan. "Anda harus janji, jangan melihatnya."

Liebert mengedikan bahunya tampak acuh, lagi pula siapa yang penasaran dengan rahasia anak kecil?

"Berikan saja padaku," ucap Liebert.

Tangan Leary kembali terangkat, anak itu memberikan jari kelingkingnya untuk mengajak melakukan perjanjian saling mengikat. "Paman harus berjanji dulu dengan saya jika Anda tidak akan melihat apapun yang ada di dalam kertas," tuntut Leary meminta kepastian.

Bibir Liebert terangkat hendak memaki keras Leary, namun Liebert mengurungkan niatnya lagi begitu melihat sepasang mata Leary, cara menatap Leary membuat Liebert teringat sesuatu yang perlahan sudah dia lupakan.

Tanpa terduga, Liebert membungkuk mensejajarkan tingginya dengan Leary, dengan begitu Liebert dapat melihat Leary lebih dekat dan lebih jelas. Liebert meneliti wajah Leary, pria itu perlahan menyunggingkan senyuman lebarnya dan mengaitkan jari kelingkingnya dengan Leary.

"Sekarang aku sudah berjanji, apa itu cukup?" tanya Liebert.

Leary mengangguk dan memberikan gulungan kertasnya pada Liebert. "Terima kasih banyak Paman."

Liebert kembali berdiri, sejenak pria itu memeriksa waktu di arloji. Sudah waktunya Liebert pergi. "Sepetinya kita harus menjemput Ferez."

"Anda kenal Ferez?" tanya Leary.

"Kau kenal keponakanku juga?"

Leary mengangguk dengan senyuman lebarnya.

Liebert dibuat diam beberapa saat, sampai akhirnya pria itu tersadar, anak kecil yang berdiri di hadapannya sekarang adalah orang yang sering Ferez temui akhir-akhir ini.

LEARY [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang