Chapter 6 🍀

12.7K 799 5
                                    


Setelah kejadian tadi siang, Leary hanya berdiam diri di kamarnya, anak itu termenung dalam kesedihan meski Burka sudah berusaha menghiburnya, namun Leary masih merasakan perasaan sedih di hatinya.

Burka terlihat marah begitu dia tahu Leary di tampar oleh Petri. Burka merasa kecewa dan marah dengan sikap Petri, namun dia hanya pelayan di rumah keluarga McCwin meski sudah mengabdi lebih dari sepuluh tahun lamanya, Burka tetap tidak memiliki kewenangan apapun untuk mengatur Petri.

Beberapa pelayan yang melihatnya sempat memperbincangankan hal itu juga, mereka tidak menyangka bahwa Petri akan seringan tangan itu hingga lepas control pada adiknya sendiri hanya karena hal yang sepele, Petri bersikap memihak dan terlalu memperjelas ketidak sukaannya pada Leary.

Lambat laun, kabar ini juga mungkin akan sampai ke telinga Darrel karena laporan kepala pelayan. Namun apa tindakan Darrel? Bagaimana jika diam saja? Burka tidak bisa membayangkan hari-hari selanjutnya yang akan Leary lalui.

Leary duduk meringkuk di sisi jendela memperhatikan langit yang sebentar lagi akan malam, Leary memperhatikan samar kerlap-kerlip lampu dari bangungan kota London yang sudah menyala.

Betapa Leary ingin pergi keluar dan melihat lebih dekat kota London, merasakan keindahannya, melihat banyak orang yang berkeliaran dalam kebebasan.

Mungkin dengan begitu, kesedihan di dalam hatinya akan menghilang.

Leary membuang napasnya dengan kasar, rumah keluarga McCwin sangat besar dan mewah. Leary merasa sangat bersyukur karena kini dia tinggal di rumah bagus, berpakaian cantik dan makan makanan enak, akan tetapi dia tidak merasa bahagia, sepanjang waktu Leary lebih merasa tertekan, keberadaan dirinya seperti di sambut oleh intimidasi semua orang.

Alih-alih merasa tinggal di rumah, Leary lebih merasa seperti tinggal di dalam belenggu penjara yang mewah.

Leary semakin erat memeluk kakinya yang kini menekuk, kepala Leary terjatuh ke jendela, rambutnya yang indah dan panjang itu terlihat cantik layaknya sebuah serbuk perak di bawah matahari.

Leary menatap sendu kegelapan, bibirnya gemetar menahan air mata yang akan kembali tumpah.

Andai saja ibunya masih ada, mungkin Leary bisa memeluknya, dengan begitu kesedihannya akan cepat berlalu. Sayangnya sekarang Leary tidak bisa melakukannya, bahkan Leary tidak tahu apakah kedepannya dia memiliki seseorang yang bisa dia peluk.

"Nona, malam ini suami saya pulang dari kamp militer, jadi saya sudah meminta izin kepada pelayan agar pulang malam ini. Besok siang saya akan kembali lagi ke sini, semua keperluan Anda sampai besok sudah saya persiapkan di tempat biasa, apa Anda tidak keberatan jika saya pergi?" tanya Burka dengan hati-hati.

"Tidak apa-apa Burka."

"Baiklah, terima kasih Nona," Burka tersenyum formal.

***

Waktu jam makan makan malam sudah tiba, Leary sudah keluar, namun anak itu terlihat bimbang dan takut untuk bergabung makan malam bersama. Meski Leary tidak merasa salah atas kejadian tadi siang, namun dia tidak dapat menyembunyikan rasa takutnya dari Petri yang dengan begitu mudahnya menamparnya.

Seumur hidup untuk pertama kalinya Leary mendapatkan tamparan, bahkan bibi Willis yang selama ini sering Leary anggap jahat, tidak pernah sekalipun dia memukul dan mencubit Leary.

Dengan bimbang Leary berjalan melewati lorong, tempat kamar Leary berada sangat jauh dan memiliki bangunan yang berbeda dari kamar Petri maupun Ellis. Meski mereka tinggal di satu tanah dan perumahan, nyatanya Leary tinggal di bangunan terpisah, lebih tepatnya tinggal di belakang rumah utama yang di tempati Darrel, Ellis dan juga Petri.

LEARY [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang