Chapter 19 🥀

10.8K 778 15
                                    

"Ferez lihatlah" Leary menunjuk jendela toko alat tulis di hadapannya. "Apa Ferez bisa membantuku membeli pensil dan alat tulis?"

Sejenak Ferez terdiam merasakan genggaman kuat tangan Leary. Ferez tidak tahu harus menjawab apa karena selama ini semua keperluan belajarnya selalu di tangani orang lain.

Genggaman tangan Leary terlepas, dengan terburu-buru anak itu mengeluarkan selembar uang yang pernah di berikan Chaning padanya. "Apa uang ini cukup untuk membelinya?"

"Masuk saja," putus Ferez pergi membuka pintu.

Leary menggeleng dengan senyuman lebar. "Ferez saja, aku malu," jawab Leary dengan kaki kaki bergerak canggung. Leary takut jika nanti dia masuk ke dalam, Leary ingin membeli yang lain dan bertindak merepotkan.

"Kau takut di usir?"

Leary tersenyum malu, namun matanya jelas memperlihatkan banyak ketidak percayaan diri. Tidak untuk Leary bisa percaya diri setelah cukup banyak mendapatkan penolakan dari orang-orang di sekitarnya.

"Masuklah, jika mereka mengusirmu, aku akan membeli seluruh isi tokonya."

"Tapi Ferez."

"Masuk atau kita tidak membelinya sama sekali," ancam Ferez.

Leary langsung berlari dengan cepat, gadis kecil itu masuk ke dalam toko begitu Ferez membukakan pintu untuknya. Keduanya melangkah masuk, tidak ada siapapun di dalam, hanya ada seorang wanita muda yang berdiri di depan meja kasir tengah menghitung sesuatu di buku catatannya.

Leary dan Ferez pergi mengitari rak dan melihat-lihat. Kepala Leary bergerak ke sana-kemari dengan mulut terbuka, anak itu begitu takjub dan sangat senang luar biasa melihat semua alat tulis yang tersedia.

"Ferez, ini untuk pertama kalinya aku lihat alat tulis sebanyak ini," ungkap Leary penuh semangat.

Ferez mendengus dengan senyuman miringnya, Ferez tidak habis pikir karena Leary selalu sangat bahagia dengan hal-hal yang sederhana.

"Kemarilah" Ferez menarik tangan Leary, mereka berhenti di depan rak pensil. "Ini yang kau butuhkan?"

Leary menganggguk tidak bisa berkata-kata karena terlalu kagum dengan alat tulis di hadapannya.

Ferez segera mengambil sebuah buku hitam yang tebal dan satu kotak pena, juga satu set alat gambar. "Ini cukup?"

Leary menerimanya dengan ragu. "Ta-tapi Ferez, aku takut uangnya tidak cukup," ucap Leary terbata.

"Kau lupa jika aku ini kaya?" Tanya Ferez terdengar menyombongkan diri. "Ayo pergi."

Leary berlari dengan cepat mengejar langkah Ferez yang ada di hadapannya, beberapa kali Leary harus berjinjit dan menengok sang kasir ketika sang kasir itu tengah menghitung harga barang yang dibelinya. Leary terlihat takut jika uangnya akan kurang dan merepotkan Ferez.

Sang kasir mendorong tas kecil berisi peralatan menulis itu, lalu berkata. "Dua puluh tiga pousterling."

Ferez memberikan uang yang sudah Leary berikan kepadanya.

Betapa terkejutnya Leary begitu uang yang dia berikan, kini memiliki kembalian. Leary mendongkak menapat Ferez dengan mata berbinar, "Ferez, apa ini benar? Aku masih memiliki uang setelah mendapatkan alat tulis?" bisik Leary terlalu senang.

"Jangan bersikap berlebihan. Kau terlalu menunjukan diri jika kau miskin. Ayo pergi."

"Baik!" Leary melompat mengambil tas alat tulisnya dan memeluknya dengan erat. Sesaat Leary melihat sang kasir dan mengucapkan kata terima kasih sebelum menyusul Ferez pergi keluar dari toko.

LEARY [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang