Chapter 12 🍀

11.7K 844 25
                                    

Selembar lima puluh pousterling berada dalam genggaman Leary, beberapa kali anak itu membulak-balikannya hanya untuk memperhatikannya di bawah sinar matahari, ini untuk pertama kalinya Leary memegang uang sebesar itu. Dengan erat Leary mengenggam uang itu dan segera menyimpannya di saku.

Leary terbaring di atas rerumputan, melihat langit sore yang terlihat indah.

"Aku lupa bertanya pada paman baik itu, apa yang di sukai seorang ayah," pikir Leary dengan tatapan nyalang, dengan lemah Leray berbalik dan terbaring miring, "Mungkin besok aku akan kembali bertemu dengan paman baik itu," bisik Leary penuh harap.

"Siapa nama paman baik itu?" tanya Leary penasaran.

Suara mobil yang bergerak terdengar dari kejauhan, Leary kembali duduk dan melihat ke sekitar memperhatikan siapa yang datang.

Sebuah mobil hitam berhenti di depan pekarangan rumah utama, kepala pelayan berlari membukakan pintu untuk Darrel yang pulang lebih cepat dari apa yang di jadwalkan.

"Ayah.." panggil Leary terkejut, Leary tersenyum lebar seketika. "Ayah pulang."

Leary segera bangkit, dengan tergesa dia berlari pergi memperhatikan Darrel yang berbicara dengan kepala pelayan dan meminta untuk mengeluarkan semua barang bawaannya di dalam mobil.

Kedatangan Darrel di sambut oleh Ellis dan Petri. Petri dan seorang pelayan langsung membantu mengeluarkan barang-barang Darrel dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Ellis tersenyum lebar memeluk Darrel dengan senang, "Bagaimana pekerjaan Ayah?"

"Lancar" jawab Darrel dengan dingin seperti biasa. "Ada hadiah untukmu dan Petri."

"Terima kasih Ayah."

Ellis tersenyum lebar terlihat berantusias ketika kepala pelayan mengeluarkan kotak hadiah dari bagasi mobil dan memberikannya kepadanya. Petri ikut tersenyum memeluk kotak hadiah yang di berikan Darrel untuknya.

"Ayah, terima kasih," ucap Petri.

"Ya, itu untuk latihan memanahmu."

Leary bernapas tersenggal karena banyak berlari, langkah cepatnya perlahan berhenti dan berdiri di kejauhan melihat banyak orang yang sibuk dengan urusan mereka masih-masing.

"Ayah," sapa Leary dengan suara yang nyaris tidak terdengar.

Darrel langsung menengok ke belakang dan melihat Leary yang kini memberanikan diri semakin mendekat, kepalanya mendongkak menatap Darrel.

Leary berdiri gugup sambil memegang erat gaun yang dia pakai, anak itu tersenyum hangat. "Saya senang Ayah pulang dengan dalam keadaan sehat."

Tidak ada jawaban apapun dari Darrel, pria itu tetap bersikap dingin seperti biasa, Darrel membuang mukanya dan pergi ke dalam rumah tanpa bersuara sepatah katapun.

Wajah Leary memucat kaget dan tertekan, reaksi dingin Darrel kembali membuat Leary merasakan sesuatu yang perih di dadanya. Bibir kecil Leary bergetar mempertahankan senyuman lebarnya, "Sepertinya ayah sedang lelah." Hibur Leary pada hatinya sendiri.

Perlahan senyuman lebar di bibir Leary menghilang tatkala dia tidak sengaja pandangannya bertemu dengan Petri yang kini berdiri melihatnya dengan canggung karena sejak kejadian makan malam kemarin mereka tidak berbicara.

Pandangan Leary jatuh ke lantai, bayangan bentakan Petri dan tamparannya yang keras masih membuat Leary takut.

"Kakak, kenapa diam saja?" Ellis menarik lengan Petri, "Ayo masuk."

Petri memaling wajahnya dan segera pergi dalam tarikan Ellis yang menariknya pergi masuk ke dalam rumah.

Keramaian di depan teras rumah utama berubah hening dalam waktu cepat karena semua orang sudah pergi.

LEARY [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang