Chapter 40 🌻

10.5K 886 81
                                    


Leary berdiri di depan kaca jendela toko, gadis kecil itu tidak berhenti memandangi dirinya sendiri yang kini berpakaian bagus dan memakai sepatu yang terasa begitu lembut dan nyaman.

Terakhir kali Leary berpakaian bagus adalah waktu di malam pesta itu, sayangnya sepatunya masih kekecilan karena orang yang membelikan sepatu untuknya tidak memikirkan ukuran kakinya.

Chaning bersedekap, memperhatikan gerak-gerik Leary yang seperti orang ling-lung hanya karena menganakan pakaian baru.

Ketika masih di dalam toko,Chaning langsung merobek sepatu jelek Leary agar anak itu tidak lagi bisa memakainya.

Chaning jengkel, dia tahu Leary tidak sedang menjual penderitaan kepadanya, namun semakin Chaning mendengar jawaban 'saya baik-baik saja' Chaning melihat bahwa semuanya tidak baik-baik saja.

"Ayo pulang," ajak Chaning seraya mengulurkan tangannya.

Wajah Leary terangkat, gadis kecil itu mengerjap, menatap Chaning dengan mata berbinar terkejut karena ini untuk pertama kalinya Chaning mengulurkan tangan seperti ini kepadanya. Tangan kecil Leary gemetar tatkala terangkat, dengan ragu dia menerima uluran tangan Chaning dan menggenggam erat tangannya.

Ini untuk pertama kalinya Leary dan Chaning bergandengan tangan, mungkin ini sesuatu interaksi yang normal, namun ini juga adalah sebuah pertanda jika hubungan Leary dengan Chaning memiliki kemajuan menjadi sedikit lebih dekat.

Hangat dan besar tangan Chaning yang menggenggam tangan Leary membuat gadis kecil itu berdebar hebat. Leary lupa kapan terakhir kalinya ada seorang pria dewasa menggenggam tangannya seperti, mungkin saja Leary tidak lupa, hanya saja tidak pernah.

Wajah Leary semakin terangkat, wajah mungilnya terlihat memerah, irish matanya yang berwarna hijau terlihat berkilauan melukiskan banyak arti. Leary tidak bisa mengungkapkan perasaan yang dia rasakan sekarang, namun satu hal pasti, Leary tidak pernah melupakan moment ini.

Leary tidak tahu, kapan dia akan mengalami hari yang indah dan membahagiakan seperti ini lagi.

Leary tidak bisa banyak berharap, dia sudah sangat bersyukur meski ini yang pertama dan terakhir dalam hidupnya bisa berjalan dengan perasaan gembira dan bergandengan tangan dengan seseorang yang benar-benar peduli padanya.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Chaning terdengar dingin.

"Hari ini banyak mimpi saya yang terkabulkan," ungkap Leary dengan senyuman.

Chaning sempat dibuat terdiam karena jawaban sederhana Leary yang memiliki banyak makna.

Tanpa berkata-kata lagi, Chaning menarik Leary pergi meninggalkan pertokoan, mereka melewati jalan yang sama lagi menuju tempat pulang. Diam-diam Chaning kembali melihat kearah hotel, memperhatikan dengan seksama keuntungan apa yang bisa dia ambil di tengah kekacauan orang-orang nanti malam.

Chaning mengalihkan perhatiannya begitu merasakan genggaman tangan Leary menguat.

Chaning memperhatikan anak itu, dia meraskan ada sebuah kerapuhan dan lubang besar di dalam diri Leary. Tubuhnya yang kurus kecil, dan sebuah senyuman lebar yang sering dia tampilkan tidak menunjukan banyak kebahagiaan, Chaning hanya bisa merasakan sebuah kepalsuan di balik senyuman Leary.

Leary bukan anak yang pembohong, namun dia sudah terlalu membiasakan diri dengan banyak hal di sekitarnya.

Keadaan Leary yang seperti ini membuat Chaning teringat masa lalunya.

Sebagai anak tunggal dari peminpin besar jaringan mafia, Chaning selalu dipaksa untuk kuat dan terlihat baik-baik saja dalam keadaan apapun meski hanya rusak terkoyak.

LEARY [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang