Riuh penonton masih terdengar, Chaning ikut bertepuk tangan bersama para penonton yang lainnya mengapresiasi kemenangan Ferez. Chaning tersenyum puas, ternyata ada gunananya dia sering mengajak Ferez pergi berburu di hutan.
Tidak jauh dari Chaning, Darrel segera beranjak dari duduknya hendak pulang karena kompetisi yang sudah lakukan Petri sudah usai. Darrel tidak berniat menonton pertunjukan Ellis karena sebentar lagi dia harus melanjutkan pekerjaannya.
Dalam langkahnya yang melewati beberapa anak tangga menuju pintu keluar, Darrel melihat kembali Petri yang kini duduk termenung di kursi sendirian terlihat kecewa dengan kekalahan yang di dapatkannya.
Darrel tidak kecewa dengan kekalahan Petri. Sudah hal biasa dalam pertandingan ada yang menang dan ada yang kalah. Sudah saatnya pula Petri belajar berlapang dada ketika dia mengalami kekalahan karena tidak semua hal yang di rencanakan menghasilkan keberhasilan.
Darrel melihat ke arah pintu dan segera pergi keluar tanpa berniat menemui Petri terlebih dahulu dan memberinya penghiburan.
Bagi Darrel, menghibur seseorang yang tengah kecewa adalah sebuah hal yang sia-sia karena mereka lebih membutuhkan ketenangan, ketika ketenangan itu di temukan, maka semuanya akan kembali seperti biasa lagi.
Ellis yang duduk di kursi penonton segera berdiri, gadis kecil itu berlari pergi melewati banyak orang dan pergi turun ke lapangan. Ellis tersenyum lebar melihat dari kejauhan Ferez yang berjalan ke arahnya.
Degup jantung Ellis terasa berdebar kencang, wajahnya bersemu memperhatikan ekspresi dingin Ferez yang berkharisma dan memukau begitu menakjubkan.
Bibir mungil Ellis terbuka hendak menyapa lebih dulu ketika Ferez semakin mendekat ke arahnya. Namun belum sempat Ellis mengeluarkan suaranya, dengan dinginnya Ferez melewati dia begitu saja, bahkan sedetikpun Ferez tidak melirik Ellis.
Ellis terpaku kaget di tempatnya, gadis kecil itu melihat ke belakang memperhatikan kepergian Ferez menuju pintu keluar.
Wajah bersemu Ellis berubah pucat pasi, dia begitu kaget karena apa yang sudah ada dalam bayangannya sama sekali tidak terjadi. Ferez tidak menunjukan sedikitpun rasa sukanya pada Ellis, yang ada Ferez terlihat acuh dan asing seakan tidak mengenal Ellis.
"Ellis."
Ellis tersentak kaget tahu-tahu Petri sudah ada di hadapannya.
"Kakak," Ellis terbata, melihat Petri yang kini tertunduk sedih di hadapannya terlihat begitu menyesal karena tidak mendapatkan kemenangan.
"Aku minta maaf," sesal Petri.
"Tidak apa-apa, Kakak jangan bersedih." Ellis langsung meraih lengan Petri dan memeluknya, Ellis menyunggingkan senyuman manisnya, menarik Petri pergi dari lapangan.
***
Leary mengangat kepalanya, melihat langit yang bersih dan biru. Ini untuk pertama kalinya Leary pergi keluar kota London di siang hari dengan santai karena Burka mengajaknya pergi keluar.
Kini Burka sibuk di sebuah toko, sementara Leary di perbolehkan jalan-jalan dari sekitar toko dan bermain di taman.
Suasana hati Leary terlihat begitu baik, beberapa kali mencoba perosotan dan naik beberapa tangga besi, mencoba ayunan bersama beberapa anak seusianya. Tidak berapa lama beberapa anak yang menjadi teman bermainnya pulang di jemput oleh orang tua mereka.
Kini Leary duduk sendirian di ayunan, bola matanya yang cerah itu melihat ke penjuru tempat memperhatikan apa yang menarik untuknya.
Ayunan yang di duduki bergerak pelan, kaki mungilnya menekan pasir untuk menghentikan pergerakan ayunan begitu sepasang matanya matanya tidak sengaja melihat Chaning yang tengah berada di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEARY [Selesai]
RomanceLeary McCwin adalah anak berusia enam tahun, dia harus di hadapkan dengan kehidupan yang berubah drastis setelah ibunya meninggal. Satu hari setelah ibunya Leary meninggal, bibi Willis membawa Leary untuk pertama kalinya keluar dari desa. Bibi Willi...