Chapter 14 🍀

10.2K 667 26
                                    


"Ellis, di mana kau membeli sepatu cantik ini? Bisa antar aku ke sana besok sore? Aku ingin membelinya juga," kata seorang gadis kecil dengan rambut cokelat di ikat tinggi.

"Aku akan mengantarmu besok."

"Terima kasih Ellis," senyumnya begitu senang.

"Aku tidak sabar ingin segera melihat kakakmu memanah Ellis, dia pasti keren seperti biasa," gadis kecil berambut pirang mengalihkan topic pembicaraan.

"Dia pasti akan memenangkan pertandingan seperti tahun-tahun sebelumnya."

Ellis bersedekap dengan senyuman manisnya merasa bangga dengan kepandaian Petri yang sempurna tanpa celah. Begitu banyak gadis yang mengaguminya dan berusaha untuk bisa dekat dengan Petri, mereka tahu bahwa Ellis adalah adik kesayangan Petri, karena itu mereka selalu berusaha mengakrabkan diri dengan Ellis dan mencoba menjadi sosok yang terbaik di hadapannya.

Ellis tidak menyukai mereka, namun kehadiran mereka cukup membuat Ellis merasa puas karena memiliki banyak orang yang bisa dia suruh-suruh ketika tidak mau melakukan sesuatu.

Para gadis itu bisa Ellis manfaatkan untuk melakukan sesuatu ketika Ellis tidak bisa melakukannya, salah satunya merundung beberapa anak yang lebih cantik dan populer darinya. Ellis ingin menjadi nomer satu, dia tidak ingin di kalahkan siapapun.

Suara ketukan di pintu kelas membuat sekelompok gadis kecil itu menengok bersamaan, mereka tampak terkejut karena yang berkunjung adalah Petri.

"Ellis keluarlah," titah Petri dengan ekspresi dingin tidak mempedulikan ekspresi kagum gadis-gadis kecil di sekitar Ellis.

Ellis segera beranjak dan berlari menghampiri Petri yang kini berdiri di depan kelasnya terlihat marah. Petri membawa Ellis ke depan taman di dekat kelas agar tidak ada yang mendengarkan percakapan mereka.

"Kakak, ada apa?" Tanya Ellis memperhatikan kemarahan Petri.

"Kau mengenal Ferez?" tanya Petri langsung ke intinya.

"Anak baru itu?"

"Ya."

Ellis menggeleng, dia hanya mengenal Ferez dari mulut ke mulut dan beberapa kali Ellis melihat Ferez, namun dia melihatnya dari kejauhan. Meski Ellis mengaguminya, namun dia tidak pernah sekalipun berani menyapa lebih dulu dan menghampirinya karena Ferez terlihat sangat dingin dan juga menjaga jarak dari siapapun.

"Apa kau tidak berbohong padaku?" tanya Petri tidak percaya. "Barusan dia menantangku untuk bertanding memanah, dan dia bilang jika dia menang, dia ingin bertemu denganmu sesuka hatinya."

"Be, benarkah?" Ellis terbata.

"Ellis dengarkan aku" Petri meraih tangan Ellis dan menggenggamnya dengan kuat. "Aku tidak takut bertanding dengan dia, aku hanya tidak rela adikku berteman dengan anak aneh dan sombong seperti dia, aku takut dia membawa pengaruh buruk untukmu. Karena itu, jangan dekat-dekat dengan dia."

"Kakak, jika khawatir padaku tinggal menangkan kompetisinya. Ini akan berakhir."

Petri mengangguk membenarkan. "Kau bebas berteman dengan siapapun Ellis, tapi jangan Ferez. Aku tidak menyukainya."

"Baiklah Kakak" Ellis tersenyum dengan anggukan mengertinya.

"Aku harus segera kembali dan bersiap-siap."

Ellis mengangguk, membiarkan Petri kembali pergi.

"Apa Ferez menyukaiku?" bisik Ellis bertanya, bibir mungil Ellis langsung menyunggingkan sebuah senyuman.

Ellis menutup pipinya yang kini terasa memanas, Ellis tersipu, dia merasa takjub karena untuk pertama kalinya ada seseorang yang begitu berani langsung menemui Petri dan menantangnya sebelum menemuinya.

LEARY [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang