25

2K 200 8
                                    



Selamat membaca!

.

.

.

Jake mendudukkan badannya di meja makan dan isak tangis itu mulai keluar lagi. Sepanjang perjalanan dia menahan tangisannya agar tidak pecah hingga ketika dia sendirian dia tidak bisa menahannya lagi.

Sakit sekali.

Hatinya sakit sekali.

Kenapa Sunghoon muncul begitu saja dan seperti tidak melakukan hal bejat kepadanya?

Namun, hatinya lebih sakit lagi karena dia merasa dirinya senang bercampur sakit hati ketika melihat Sunghoon.

"papa... kenapa papa nangis?"

Sebuah suara kecil mengalihkan perhatian Jake, dengan cepat dia menghapus air mata di pipinya dan merundukkan badannya di lantai agar tingginya sama dengan anaknya. Melihat ke arah jam yang menunjukkan jam satu malam.

"kenapa wony belum tidur?"

"wony... kebangun, papa kenapa? Papa sedih?"

Dengan cepat dia mememluk anaknya dan menggeleng, "papa tidak sedih, tadi papa nonton film. Filmnya sedih sampai-sampai papa nangis"

"papa jangan sedih, wony juga sedih lihat papa"

"iya, papa janji gak akan sedih lagi. Nah sekarang ayo kita tidur, mau tidur sam papa?"

Dengan semangat Wonyoung menganggukkan kepalanya membuat Jake tertawa.

Tidak lagi, dia tidak akan jatuh cinta lagi kepada siapapun. Cukup ketika dia mencintai seseorang begitu dalam dan dipatahkan begitu saja. Lebih baik dia fokus terhadap anaknya.

.

.

.

"papa!! Papa!! Papa beliin ini semua buat wony?!!"

Dengan kebingungan Jake yang baru saja habis mandi itu memandang Wonyoung yang mengitari paket kiriman yang berisikan banyak sekali makanan, mainan, dan pakaian.

"hmh? Ini dari siapa sayang?"

"gak tahu! Tadi rumah kita belnya bunyi, pas wony buka ada orang yang masuk-masukin ini katanya buat wonyoung! Terus-terus pas wony buka isinya ini!! Banyak banget pa!! Makasih, wony sukaaa"

Menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal, Jake kebingungan ini dari siapa?

"oh ya! Kotak yang di meja buat papa katanya!!"

"oh ya? Makasih sayang"

Dengan itu Jake berdiri dan menghampiri meja yang disebutkan oleh anaknya. Membuka kotak itu dengan perlahan dan mendapati sebuah cincin yang amat ia kenali.

.

.

Jake melihat-lihat aksesoris di depannya dengan antusias. Hal itu juga tak luput dari perhatian Sunghoon.

"sunghoon, ayo kita beli yang pasangan!"

Sunghoon melihat cincin yang ditunjuk Jake, cantik, cocok untuk Jake. Namun ketika dia melihat label harga yang tertera di cincin itu membuat Sunghoon cukup menahan nafasnya.

"jake, mahal, udah kita jalan kaya biasa aja"

Jake mencebikkan bibirnya, "aku punya uang!"

Jake meringis ketika mendapati Sunghoon menjitak dahinya.

"iya kamu punya, jangan boros jake. Lihat kita masih pakai seragam sekolah, nanti pas aku udah kerja baru kita beli"

"emm tapi lucu sunghoon, lihat, apalagi kalau kita pakenya couple!!"

Sunghoon tersenyum melihat binar indah itu berkilauan tak kalah dengan perhiasan yang ada di depan mereka.

"nanti, pas aku kerja aku beliin kamu. Sekarang simpan aja uang kamu, yuk kita pergi dari sini"

"janji? Janji kan sunghoon?"

"iya sayang"

.

.

Jake sedikit membanting kotak berisikan cincin yang pernah dibahasnya dengan Sunghoon di masa lalu itu. Ada sebuah surat di sana, menarik secarik kertas itu dan membacanya.

Jake, Shim Jake.

Aku benar-benar meminta maaf dan aku sungguh mencintaimu.

Aku terlalu bodoh, padahal sejak dahulu aku sudah menyukaimu. Jika aku tidak menyukaimu, bukankah aku dengan mudah mendorongmu keluar dari kehidupanku sejak awal seperti orang lain? Tapi tidak, aku tidak mendorongmu keluar dari kehidupanku, aku hanya membiarkanmu. Hingga ketika aku ingin membalaskan dendamku terhadap ayahmu melalui dirimu kudapati diriku terperosok jauh ke dalam pesonamu. Aku benar-benar mencintaimu jake. Diriku yang bodoh ini mencampakkanmu hingga membuatmu mengalami semua hal yang seharusnya tidak kau alami.

Kau ingat cincin ini? Sebenarnya aku membelinya lima tahun lalu. Iya, mana ada cincin ini di tahun ini, aku membelinya ketika aku sadar aku kehilanganmu karena kebodohanku.

Aku memberikan cincin ini kepadamu saat ini jake, seharusnya dahulu aku bertanggung jawab dan kita bisa menikah dengan ini. Hahaha terlalu jauh ya? Tidak apa jake, aku akan berusaha hingga kau mencintaiku lagi.

Jake meremat surat itu dan menengadahkan wajahnya ke atas agar tidak ada air mata yang jatuh. Cukup sudah dia menangis laki-laki itu, dia tidak mau lagi.

Membalikkan badannya dan melihat anaknya yang terlihat antusias.

"wony.. suka?"

"suka! Wony suka!! Papaa ini bagus semuaa"

Jake tersenyum dan mengelus kepala anaknya itu. Seharusnya, seharusnya Wonyoung mendapatkan kasih sayang dari ayahnya.

"wonyoung"

"hmh? Kenapa papa panggil wony kaya gitu? Ihh papa serem!!"

Sedikit tertawa melihat anaknya itu lalu memeluknya dengan erat.

"wony.. dulu suka nanya kan kenapa wony gak punya dua orang tua?"

"wony punya papa... itu cukup kok pa"

"terima kasih sayang, lalu apa ucapan papa waktu wony nanya gitu?"

Anaknya itu terlihat kebingungan membuat Jake sedikit tertawa.

"emm kayanya papa bilang, ayah wony sibuk?"

Jake menganggukkan kepalanya, anaknya harus tahu siapa ayahnya bukan? Setidaknya anaknya mendapatkan kasih sayang yang sama seperti anak-anak lainnya. Dia harus menyingkirkan egonya dan membiarkan anaknya tahu. Biarkan saja dirinya yang sakit hati tapi anaknya bahagia, dia tidak apa-apa.

"ini... kiriman dari ayah wony, kesibukannya itu biar bisa beliin wony barang bagus seperti ini"

Anaknya melepaskan pelukannya dan melihat ke arah Jake dengan antusias, "benarkah?! Wony punya ayah? Kaya uwon dan kaya temen wony yang lain? Ini dari ayah?"

Jake menahan tangisnya mendengarkan ucapan Wonyoung yang terlihat bahagia, "iya, ini dari ayah wony. Suka?"

Anaknya itu sudah meloncat-loncat kecil, "suka! Wony suka!!"

"wony... mau bertemu dengan ayah?"

.

.

.

TBC

SHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang