35

1.7K 167 24
                                    



Selamat membaca!

.

.

.

Hari-hari Jake tidak ada yang spesial dan tidak ada yang berubah pula. Dia hanya akan mencari aktivitas yang bisa dia lakukan di rumah dan bermain bersama anaknya. Setelah sore hari ketika Sunghoon pulang dari bekerja, laki-laki itu akan menyempatkan diri untuk bermain bersama Wonyoung.

Seperti saat ini, Jake sedang memperhatikan Sunghoon yang sedang bercanda bersama Wonyoung.

"nah ayah ada tebak-tebakan"

Ekspresi Wonyoung sudah berubah menjadi penasaran. Sedangkan Jake yang melihat tatapan Sunghoon membuatnya tahu candaan seperti apa yang akan diucapkan lelaki itu.

"ini lucu, terus bisa buat wony pintar!"

"cepetan ayah! Wony mau pintar!!"

"oke"

Sunghoon terlihat menepuk-nepuk bahu Wonyoung sembari menatap anaknya dengan serius, "hawai yu?"

Mendengar itu membuat Jake menghela nafasnya, benar kan pikirannya.

Sedangkan ekspresi Wonyoung sudah berubah menjadi datar, "ayah apaan sih!! Ayah aneh!"

"loh, lucu cantikk, itu kan kata lain dari apa kabar dalam bahasa inggris"

"bukan itu ayah! tapi how are you!! Ayah gimana sih"

Sunghoon hendak menyuarakan protesnya sebelum suara tawa Jake terdengar dari arah lain.

"papa kenapa ketawa?"

Sedangkan Jake sudah berusaha untuk menahan tawanya karena ingin berbicara, "sunghoon kamu diajarin anak sendiri, lucu banget"

"papa aneh juga sama kaya ayah!!"

Seandainya mereka keluarga yang normal dan harmonis ya.

.

.

.

Jake mengurut dahinya perlahan. Sejak Jay tahu bahwa dia sudah pindah ke rumah Sunghoon membuat sahabatnya itu langsung merecokinya sejak tadi.

"jadi lo beneran pindah?"

"ya mau gimana?"

Pertanyaan dibalas dengan pertanyaan membuat Jay mengerang kesal dan memilih untuk mendekat ke arah Jake yang sedang duduk di sofa di kamar yang ada.

"serius jake, lo harus utamain perasaan lo juga"

Jake tersenyum perlahan dan melihat ke arah jendela besar yang ada di kamar itu, "mana bisa jay, gua udah punya anak. Gua gak bisa mentingin perasaan sendiri sekarang"

Mendengar ucapan Jake membuat Jay tertegun, "lo kenapa cepet banget dewasanya? Gua sedih tahu"

"gua juga sedih, tapi mau gimana lagi?"

"hah gloomy banget, anak lo di mana sih gua mau main ajalah sama dia boleh gak?"

.

.

.

Jake hanya berbaring di sofa ruang tengah sembari bermain handphone. Setelah Jay mengajak anaknya bermain keluar dan Jake mempercayakan anaknya bersama Jay, di sinilah Jake berada. Rasanya sudah lama dia tidak bersantai seperti ini.

Memikirkan hal itu membuat pikiran Jake melayang ke mana-mana.

Bagaimana jika dulu dia tidak mengejar-ngejar Sunghoon?

Bagaimana jika dulu dia tidak terlena dengan perilaku Sunghoon?

Apakah masa depannya cerah? Oh sebentar dia pasti sudah lulus kuliah dan sedang bekerja di salah satu perusahaan ayahnya.

Ayahnya... Apa nasib ayahnya di penjara sana?

Tapi jika tidak seperti ini, anaknya tidak akan hadir bersamanya dan mengisi hari-harinya dengan senyuman bahagia.

Memikirkan semua itu membuat Jake pusing, sehingga dirinya memilih untuk menggelengkan kepalanya.

Sudahlah, semua sudah terjadi dan tidak bisa diulangi lagi. Setidaknya dia berusaha untuk menjadi orangtua yang baik, untuk urusan lainnya Jake sudah tidak peduli lagi.

.

.

.

Sunghoon yang baru saja pulang itu terheran-heran mendapati rumah yang sepi, karena biasanya akan ada suara anaknya atau suara televisi yang menyiarkan saluran anak-anak. Ketika dia berada di ruang tengah, dirinya mendapati Jake yang tertidur di sofa dengan posisi yang tidak karuan.

Sunghoon menahan tawanya, lihat posisi Jake saat ini. Kaki kanan manisnya itu berada di atas sofa sedangkan kaki kirinya hampir menapaki lantai. Tangan kiri manisnya itu mengganggam handphone yang sudah hampir jatuh dengan tangan kanan yang memegangi sebuah bantal kecil.

Jake masih sama seperti dulu.

Dengan perlahan Sunghoon mengambil handphone Jake dan menggendong manisnya itu untuk tidur di kamar. Di tengah perjalanan menuju kamar itu Jake mengerang kecil dan menelusupkan kepalanya ke dada bidang Sunghoon.

Namun karena pergerakan Sunghoon yang terlalu ribut itu membuat Jake membuka matanya dan langsung mendongakkan kepalanya hingga bersitatap langsung dengan Sunghoon.

"hnggh?"

Sunghoon terdiam melihat Jake yang sangat-sangat manis. Mata bulatnya terlihat memandangnya dengan bingung. Namun hal itu tak berlangsung lama karena Jake langsung meminta Sunghoon untuk menurunkannya dari gendongan lelaki itu ketika kesadarannya telah penuh.

"ini jam berapa? Wonyoung udah pulang?"

"jam enam sore. Dan aku gak tahu wonyoung ke mana, emang wony ke mana?"

"di bawa jay main"

"ohh, aman aja kalau sama dia"

Jake masih menganggukkan kepalanya sebelum menyadari tatapan Sunghoon benar-benar dalam ke arahnya, membuat dirinya kebingungan.

"ada yang salah?"

Seperti tersadar dari lamunan Sunghoon langsung menggaruk lehernya yang tidak gatal itu, "gak ada, gak ada"

Jake mengerjapkan kedua matanya sebelum dia menyadari bahwa dia tengah memakai pakaian yang sedikit minim yang menunjukkan paha mulusnya, bahkan tanpa disadarinya kaos yang dia pakai sedikit melorot hingga menampakkan bahunya. Ya tadi dia kan membereskan rumah jadi memakai pakaian yang sedikit tipis dan pendek tidak masalah bukan?

"yaaaa!! cabul!!"

"maaf! maaf! bukan itu maksudnya jake!"

Sunghoon menahan tangan Jake yang memukul-mukul badannya.

"gak tahu! tutup mata!"

Mendengar perintah Jake itu membuat Sunghoon menurutinya tanpa aba-aba.

"tunggu di sini! Jangan buka mata sampai aku gak ada di sini!"

"gimana bisa aku tahu kamu udah gak ada di sini?"

"ya gimana terserah kamu!"

Sunghoon benar-benar menuruti perkataan Jake dan tertawa.

Ahh dirinya rindu sekali dengan celotehan Jake.

.

.

.

TBC

Makasih yang udah baca!

SHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang