Manik mata berwarna Hazel itu memandang langit sore dari jendela kantornya. Sinar kuning matahari begitu menyengat menyorot wajahnya. Jalanan dibawah sana terlihat begitu padat dengan kendaraan."Masih belum ketemu juga?" tanyanya pada orang yang berdiri di belakangnya.
"Belum Tuan" jawab orang tersebut sambil menunduk.
"Perluas pencarian sampai keluar kota, tambah orang-orang kita. Saya mau, kalian segera menemukannya.
"Baik Tuan, saya permisi" orang itu segera meninggalkan ruangan tersebut.
***
Gelsy memarkirkan mobilnya di Garasi. Keadaan rumah sangat sepi karena Bik Ati dan suaminya yang pergi pulang kampung untuk menjemput Rendi.
Gelsy melangkahkan kakinya ke ruang makan. Di meja makan sudah tertata makanan pesanan Gelsy yang sudah disiapkan Bik Ati.
Gelsy bergegas mencuci tangannya. Mengambil piring dan nasi kemudian berjalan ke meja makan. Mata Gelsy berbinar melihat makanan-makanan kesukaannya.
Gelsy melahap makanannya hingga hanya tersisa sedikit untuk makan malamnya.
Setelah mencuci piring kotor. Gelsy pergi keruang tamu untuk menonton televisi.
Gelsy membuka kancing roknya karena perutnya yang sesak akibat kekenyangan. Gelsy terkekeh sendiri mengingat dia yang makan seperti orang tidak makan Tiga hari.
Gelsy mengambil Handphonenya yang berada didalam tas. Gelsy membuka Instagram untuk menonaktifkan akunnya. Dan mengunci semua sosial medianya yang lain.
Selesai semuanya Gelsy menghubungi pengacara keluarga Ibunya. Gelsy ingin meminta tolong Pak Bery untuk mengurus semua keperluan Rendi untuk sekolah di sini dan keperluan rumah selama Gelsy pergi.
Gelsy juga meminta tolong kepada Pak Bery untuk memblokir semua data dirinya. Termasuk jadwal penerbangannya nanti malam dan alamatnya yang baru di Skotlandia.
***
Puas menonton Televisi, Gelsy masuk ke kamarnya. Menjatuhkan badannya ke kasur dan menutup matanya, rasanya Gelsy sangat mengantuk.
Gelsy terbangun ketika Jam menunjukan pukul Empat, Gelsy bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Dua puluh menit kemudian Gelsy keluar dari kamar mandi dengan pakaian rapi. Gelsy mengikat rambutnya menjadi satu.
Setelahnya Gelsy memeriksa barang-barangnya seperti Paspor, surat pindah sekolah dan yang lainnya.Setelah yakin semuanya sudah lengkap. Gelsy menyimpan ponselnya di ditempat yang dirasanya aman. Ya Gelsy tidak membawa Handphonenya, dia hanya takut nanti tidak sengaja menghidupkannya dan lokasinya akan terlacak.
Ntah lah Gelsy tidak tau ntah ada atau tidak yang akan melacak lokasinya, dia hanya ingin berjaga-jaga saja agar aman.
Gelsy menyeret kopernya keluar dari kamarnya. Di ambang pintu Gelsy menatap kamarnya dengan tatapan sendu. "Sampai ketemu lagi" ucapnya sambil menutup pintu.
Mungkin bagi sebagian orang Gelsy terlalu berlebihan. Pindah Negara hanya untuk menjauhi dan melupakan Alano. Meninggalkan sahabat yang selalu ada untuknya dan orang-orang yang menyayanginya. Padahal bisa saja hanya dengan pindah sekolah ataupun menjauh dari Alano. Tetapi, alasan lain Gelsy pindah ke Luar Negeri adalah karena Gelsy memang ingin melanjutkan kuliahnya di Luar Negeri.
Jika di kehidupan dulu Gelsy memendam keinginannya untuk kuliah di Luar Negeri karena Alano yang kuliah di Indonesia. Maka kini Gelsy akan meraih cita-citanya untuk kuliah di kampus impiannya.
Bagi Gelsy dulu yang terpenting adalah Alano. Alano adalah dunianya. Gelsy tidak membutuhkan apapun selain Alano.
Gelsy menuruni anak tangga dengan koper di tangannya. Gelsy meletakkan kopernya di ruang keluarga dan berlalu ke ruang makan. Untuk memanaskan sisa makanan tadi siang. Sayang jika tidak dimakan, apalagi jika itu masakan Bik Ati yang ntah kapan lagi baru bisa dia makan.
Gelsy makan dengan nikmat. Semua lauknya habis tak tersisa. Gelsy membersihkan meja makan dan mencuci piringnya. Suara deru mobil dari luar membuat Gelsy beranjak dari dapur menuju pintu utama.
Gelsy membuka pintu utama dan melihat Pak Bery turun dari mobil "Selamat Sore Nona" sapanya kepada Gelsy.
"Sore Pak"
"Kita berangkat sekarang Non?"
Gelsy menganggukan kepalanya. Pak Bery berjalan dibelakang Gelsy yang memasuki rumah. Setelah sampai di ruang keluarga Pak Bery menyeret koper Gelsy. Gelsy mengambil tasnya yang tergeletak di sofa. Keduanya berjalan menuju pintu utama. Setelah memastikan keadaan rumah aman Gelsy mengunci pintu utama.
Gelsy duduk di bangku penumpang dengan Pak Bery di sampingnya. Mobil melaju meninggalkan pekarangan rumah.
"Ini Handphone yang Nona minta" Pak Bery menyerahkan Handphone yang tadi siang dibelinya untuk Gelsy.
"Terima kasih Pak" Gelsy mengambil ponsel tersebut dari tangan Pak Bery.
Perjalanan diisi dengan obrolan ringan antara Pak Bery dan Gelsy. Tak terasa mereka sudah sampai di Bandara. Supir Pak Bery menurunkan koper Gelsy dan menyeretnya di belakang Gelsy dan Pak Bery yang kini berjalan berdampingan.
"Nona baik-baik ya disana. Kalau ada apa-apa hubungi saya"
"Iya Pak, saya titip rumah sama Bik Ati ya pak. Jangan lupa sekolahnya Rendi juga"
"Iya Nona, nanti di sana sudah ada yang menunggu Nona, mereka yang akan mengurus Nona selama disana."
"Terima kasih ya Pak" Gelsy tersenyum tulus kepada Pak Bery.
"Hati-hati ya Nona" Pak Bery membalas senyum Gelsy.
"Saya pergi Pak" pamit Gelsy yang sudah berjalan menuju ruang tunggu. Pak Bery menganggukan kepalanya ketika Gelsy membalikkan badannya menghadap kebelakang. Gelsy tersenyum manis sebelum menghilang dibalik pintu.
Pak Bery beserta supirnya pun melangkahkan kaki keluar bandara.
***
Jam menunjukan pukul Tiga pagi, seorang pria paruh baya terbangun dari tidurnya. Matanya terbelalak menatap langit-langit kamarnya. Napasnya tersengal-sengal, Dadanya naik turun. Menghirup rakus udara disekitarnya. Keringat mengalir membasahi dahinya, dan Jantungnya bergedup kencang.
Dia mendudukkan dirinya dan menatap sekeliling kamarnya, tatapannya terpaku pada seorang wanita yang tidur di sampingnya. Dia langsung memeluk wanita itu dan menangis di bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIST'S ANOTHER SIDE (END)
Fantasy🐧 FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA 🐧 Gelsy Oceana Hanz adalah sosok perempuan yang bisa dikatakan sempurna. Dia cantik, kaya, dan pintar. Semua kemauannya dapat dimilikinya kecuali cinta seorang Alano Einhard Waller. Bagi Alano Einhard Waller, Gelsy O...