Gelsy mendongakkan kepalanya dan melihat Genta yang sedang berdiri didepannya.Gelsy tersenyum sambil mengangkat tangannya dari lantai.
"Pulpen Om jatuh jadi Gelsy ambilin." Ucapnya sambil meletakkan Pulpen Genta di atas meja. Untung saja tadi dia melihat Pulpen didekat kaki meja.
Gelsy bangun dari duduknya dan tersenyum lebar. "Makasih om" ucapnya kemudian mendatangi Indri yang duduk di sofa. Keduanya berbincang-bincang dengan Genta yang sibuk bekerja.
Tak lama Gelsy pamit untuk kembali ke ruangannya. Setelah pintu tertutup senyum di bibir Genta menghilang.
"Gak usah terlalu baik sama anak itu" ucapnya tegas kepada Indri.
"Kamu apa-apaan sih Mas, aneh banget." Indri menatap kesal suaminya.
"Saya gak suka kamu terlalu dekat dengan dia, jauh-jauh dari dia." Ucap Genta lagi.
"Terserah kamu Mas, aku males berdebat."
Indri meninggalkan ruangan Genta dengan kesal. Indri heran ntah apa yang membuat Genta berubah, dulu dia tidak seperti ini. Semuanya mulai berubah ketika Gerald meninggal. Indri merasa dia tidak mengenal Genta lagi, bahkan Genta tidak segan-segannya memanggil Gelsy dengan sebutan anak itu jika sedang berdua bersamanya. Padahal dulu dia sangat menyayangi Gelsy.
Gelsy bernapas lega setelah keluar dari ruangan Genta. Dia mengambil Flashdisk yang dia masukkan ke tangan bajunya. Kemudian berlalu dari sana.
***
Pulang kerja Gelsy langsung pergi untuk bertemu Pak Bery. Gelsy menjalankan mobilnya menuju tempat yang sudah diberi tahu Pak Bery.
Gelsy memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah yang terlihat sederhana. Cat rumah tersebut terlihat mengelupas di beberapa bagian tertentu, tumbuhan liar tumbuh dengan subur di Halaman rumah.
Hari yang sudah mulai Gelap membuat keadaan rumah semakin terlihat menakutkan. "Serem banget, harusnya gue ajak Cantika tadi."
Gelsy menoleh ke belakang, apakah ia salah alamat. Tetapi alamatnya memang disini sesuai Maps. Gelsy berjalan menuju pintu rumah tersebut dan mengetuknya.
Pintu terbuka dari dalam menampilkan Pak Bery. Gelsy menghela napas Lega.
"Serem banget sih Pak, Ngajak ketemu di tempat kayak gini." Gelsy melangkahkan kakinya memasuki rumah.
"Biar aman Non." Ucapnya sambil menunjukan jalan menuju sebuah kamar.
Gelsy menatap pintu di depannya. Tangannya membuka pintu tersebut, agak gelap hanya ada cahaya dari lampu kecil dan Dua Komputer yang terletak di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIST'S ANOTHER SIDE (END)
Fantasy🐧 FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA 🐧 Gelsy Oceana Hanz adalah sosok perempuan yang bisa dikatakan sempurna. Dia cantik, kaya, dan pintar. Semua kemauannya dapat dimilikinya kecuali cinta seorang Alano Einhard Waller. Bagi Alano Einhard Waller, Gelsy O...