AAS - 25

145K 12.4K 168
                                    

Gelsy mematut dirinya di depan Cermin besar, terlihat Cantik dengan kemeja polos berwarna Coklat muda dan Celana kulot berwarna hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gelsy mematut dirinya di depan Cermin besar, terlihat Cantik dengan kemeja polos berwarna Coklat muda dan Celana kulot berwarna hitam.

Gelsy menambahkan sedikit makeup di wajahnya yang membuatnya terlihat semakin Cantik.

Gelsy menuruni anak tangga menuju lantai bawah untuk sarapan, terlihat Bik Ati yang sedang menata Sandwich di piring. Mendudukkan dirinya di kursi, Gelsy langsung memakan sarapannya.

Ketika keluar dari pintu utama Gelsy melihat Rendi yang bersiap pergi sekolah.

"Rendi"

Rendi yang merasa namanya di panggil pun membalikkan badannya.

"Ayo kakak antar" Gelsy berucap sambil masuk ke dalam mobil nya.

Rendi ikut masuk dan duduk di sebelah Gelsy. "Kakak mau kemana?"

"Mau kerja dong."

"Tumben kakak kerja biasanya juga santai-santai dirumah" ucap Rendi.

"Uang kakak udah mau habis jadi kerja" Gelsy menanggapi sambil tertawa kecil.

"Kak, kemarin aku liat ada cowok berdiri di depan rumah liatin rumah terus, kakak kenal?" Rendi bertanya karena tiba-tiba dia mengingat bahwa tadi malam dia melihat seorang laki-laki berdiri begitu lama di depan gerbang rumah.

"Siapa?" tanya Gelsy mengerutkan keningnya.

"Ya gak tau, makanya ini aku tanya kakak mana tau pernah liat juga."

"Kakak belum pernah liat sih, ciri-cirinya gimana emangnya?" tanya Gelsy.

"Gak keliatan jelas kak, karena gelap tapi yang jelas sih cowok."

"Jam berapa emangnya kamu lihat?"

"Sekitar jam 10-an gitu"

Gelsy terdiam memikirkan ucapan Rendi, kira-kira siapa yang berdiri di depan rumahnya di jam segitu.

"Palingan cuma orang iseng deh Dek kayaknya, atau jangan-jangan maling yang lagi ngintai rumah kita." Gelsy berucap dengan dramatis.

"Jangan nakutin deh kak, maling sekarang serem-serem tau mereka bahkan gak segan-segan untuk bunuh korbannya."

Gelsy bergidik ngeri mendengar ucapan Rendi. Tiba-tiba dia membayangkan rumahnya kemalingan dan dia di bunuh oleh Maling tersebut.

Gelsy menggelengkan kepalanya untuk menghalau pikiran-pikiran aneh nya.'Nggak nggak nggak gak usah mikir yang aneh-aneh' ucap nya dalam hati.

"Nanti kakak suruh Bang Hary buat lebih ngecek disekitar rumah kalau malam." Ucap Gelsy pada akhirnya untuk mencari aman. Sungguh rasanya Gelsy tidak siap jika harus mati muda.

Mobil Gelsy berhenti di depan gerbang sekolah Rendi. Gelsy membuka dompetnya dan mengambil beberapa lembar Uang berwarna Merah.

"Buat jajan" Gelsy memberikan uang tersebut kepada Rendi.

"Eh eh jangan kak" ucap Rendi.

"Udah ambil aja gak papa" Gelsy menarik tangan Rendi untuk menerima uang tersebut.

"Jangan sampai gak jadi maksudnya" ucap Rendi dengan cengiran lebarnya.

Gelsy mendengus mendengar ucapan Rendi. "Udah sana bentar lagi mau masuk."

"Makasih ya kak" ucap Rendi sambil mengibas-ngibaskan uang di tangannya.

Rendi bergegas turun dari mobil. "Hati-hati di jalan kak."

"Hm, belajar yang bener" Gelsy pun melajukan mobilnya menuju kantor.

Rendi yang melihat mobil Gelsy sudah hilang di tikungan pun langsung jingkrak-jingkrak kesenangan. "Ya ampun mimpi apa gue semalem, dapet rezeki pagi-pagi begini. Memang kalau anak soleh rezekinya bukan main." Rendi memasuki sekolah dengan senyum lebar di Bibirnya.

***

Gelsy memarkirkan mobilnya di Basement kantor. Sebenarnya dia sedikit gugup tetapi dia mencoba untuk biasa saja toh ini Perusahaannya sendiri jadi tidak ada yang perlu di takuti.

Gelsy melangkahkan kakinya memasuki lift, menekan angka 10 yang merupakan lantai tempat kerjanya.

Gelsy duduk di meja kerjanya, setelah sesi perkenalan singkat tadi. Dia memperhatikan teman-teman kerjanya, apakah dia bisa mengungkap siapa dalangnya. Kira-kira apa yang akan dia lakukan untuk menemukan bukti-bukti yang dia perlukan. Dia memikirkan rencana-rencana apa saja yang akan di lakukannya. Hingga suara seseorang di sampingnya membuatnya terkejut.

"Hai, gue Arana" ucap seseorang di sampingnya.

"Gelsy" ucapnya sambil menjabat tangan Arana.

"Kalau ada yang gak tau, tanya ke gue ya jangan sungkan-sungkan"

Gelsy tersenyum mendengar ucapan Arana, "Makasih" ucapnya sambil tersenyum.

Arana pun kembali ke meja untuk melanjutkan pekerjaannya.

***

"Apa anak itu bertingkah aneh?" tanya Genta dengan pandangan tetap le barkas-berkas yang berada didepannya. Sesekali tangannya akan memberikan coretan ke berkas tersebut.

"Tidak Pak, Nona Gelsy hanya bekerja seperti biasa."

"Bagus awasi dia terus! Dan segera laporkan jika ada yang aneh."

"Baik Pak"

Genta menyuruh bawahannya untuk keluar dari ruangannya. Ya, Genta menyuruh seseorang untuk mengawasi Gelsy. Genta harus tau apa saja yang dilakukan keponakannya itu. Jangan sampai dia lengah dan kecolongan.

Genta tidak akan membiarkan Gelsy mengambil Perusahaan ini dari nya. Bagi Genta perusahaan ini sudah menjadi miliknya karena dia lah yang mengurusnya perusahaan ini sejak Kakaknya meninggal 8 Tahun lalu.

Lagi pula menurut Genta, Gelsy hanya lah anak manja yang tidak tau apa-apa. Mana mungkin dia bisa memimpin Perusahaan ini, apa pun cara nya dia akan segera menjadikan Perusahaan ini menjadi miliknya secara sah. Dia akan menyingkirkan siapa saja yang berani menghalanginya.

 Dia akan menyingkirkan siapa saja yang berani menghalanginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANTAGONIST'S ANOTHER SIDE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang