Part ini udah balik ke masa sekarang ya.
Alano yang merasa terus ditatap pun melihat ke arah Gelsy.
"Kenapa?" Tanyanya kepada Gelsy.
Gelsy hanya diam dengan tangan terkepal erat di bawah selimut.
Tak mendapat jawaban dari Gelsy, Alano berjalan mendekati Gelsy.
"Lo baik-baik aja El?" tanya Alano merasa bingung.
Gelsy hanya diam, kemudian menidurkan dirinya dan memunggungi Alano.
"Gue mau istirahat, bisa tolong pergi dari sini."
"Bisa kita ngomong sebentar, ada yang mau gue jelasin" ucap Alano menatap sendu Gelsy.
"Gue mau istirahat."
Alano yang mendengar ucapan Gelsy menghembuskan napas nya berat.
"Oke gue balik, lo istirahat aja. Kuenya gue masukin kulkas." Alano berjalan menuju kulkas untuk memasukkan kue yang dibawanya.
"Gue balik El" setelah mengucapkan itu Alano keluar dari ruang rawat Gelsy. Dia mendudukan dirinya dibangku yang terletak di samping pintu ruang rawat Gelsy, Alano menarik napas panjang sebelum menghembuskannya dengan berat.
Alano menoleh ke arah Pintu ruang rawat Gelsy, tatapannya terlihat sayu bercampur rasa lelah.
***
Tok...
Tok...
Tok...
Sautan dari dalam terdengar. Pria itu membuka pintu dan berjalan masuk.
"Ada apa?"
"Genta menyewa seseorang untuk membunuh Nona Gelsy."
"Urus secepatnya!"
"Baik Tuan, saya permisi" pria itu meninggalkan ruangan tersebut.
***
Jam menunjukan pukul 2 pagi, seorang pria berjalan menuju kamar mandi meninggalkan tempat berjaganya.
Dua orang pria terlihat berjalan menyusuri lorong dan membuka Sel yang didalamnya terdapat Genta yang sedang tertidur.
Mereka langsung membekap mulut Genta menggunakan sapu tangan. Awalnya Genta berontak namun tak lama Genta akhirnya kehilangan kesadarannya. Mereka langsung membopong Genta keluar dari sel menuju Gudang lama yang terletak jauh dibelakang Lapas ini.
Salah satu dari mereka menyiram Genta dengan air. Genta langsung terkejut dan sadar dari pingsannya, dia memandang sekeliling merasa asing dengan tempat ini. Belum sempat Genta mengeluarkan suaranya keduanya langsung menghajar Genta, mulai dari menendang perutnya, memukuli badan Genta sampai meninju Pipinya. Salah satu dari mereka menarik rambut Genta dan menghantamkan kepala Genta ke tembok berkali-kali, darah segar mengalir dari kepala Genta.
Genta dengan tenaga yang tersisa mencoba melawan mereka dengan menendang kaki mereka dan berusaha lari, tetapi Genta kalah cepat mereka berdua langsung menendang kaki Genta membabi buta. Salah satu dari mereka melihat tangan Genta lantas tersenyum menyeringai, dia mengambil tangan Genta kemudian meletakkannya dilantai lalu menginjaknya dengan sepatu Bootsnya, suara tulang patah terdengar di sambung dengan teriakan Genta yang menggelegar mengisi seluruh ruangan.
Tetapi tidak akan ada yang bisa mendengarnya karena mereka sekarang berada di gudang belakang yang jarang dikunjungi maupun dilewati oleh orang-orang.
"Sia-pa ka-kalian?" Genta bertanya dengan suara lirih.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Genta, keduanya malah mengeluarkan pisau lipat dari saku belakang mereka.
Melihat itu Genta bergetar ketakutan, dia mencoba untuk mundur sekuat tenaga.
Mereka tersenyum mengejek melihat itu dan segera mengambil tangan Genta kemudian menyayat-nyayat pergelangan tangan Genta. Tidak terlalu dalam tapi cukup untuk menimbulkan rasa sakit yang hebat, Genta sampai bergetar menahan rasa sakit yang menjalar ke tubuhnya.
Setelah puas dengan pergelangan tangan Genta mereka membuka baju tahanan Genta dan mulai menyayat dada Genta, jangan tanyakan keadaan Genta karena bagi Genta mungkin mati lebih baik dari pada menahan sakit seperti ini.
Mereka mengambil pecahan kaca di sudut ruangan dan menancapkannya di Dada Genta, darah terlihat mengalir.
Mereka tertawa puas melihat keadaan Genta yang mengenaskan.
Mereka membopong Genta yang sudah sangat lemas dan menaikkan Genta keatas meja. Salah satu dari mereka memegangi Genta dan satu yang lainnya memposisikan rantai di leher Genta. Genta yang mengerti maksud dari keduanya mulai menggeleng panik.Setelah di rasa pas mereka turun dari atas meja kemudian memfoto Genta dan keluar dari ruangan itu. Genta yang melihat itu merasa heran kenapa mereka pergi begitu saja.
Sedangkan keduanya yang berada diluar sedang menyirami gudang tersebut menggunakan Bensin.
Mereka sengaja tidak mendorong Genta dari atas meja karena mereka ingin Genta merasakan rasanya di bakar. Jika mereka mendorong Genta duluan maka bisa dipastikan Genta akan langsung meninggal tanpa merasakan panasnya api yang membakar tubuhnya.Mereka menyeringai ketika melihat api mulai merambat membakar seluruh gudang. Genta yang berada di dalam mulai merasa sesak akibat asap yang mulai memenuhi ruangan ditambah hawa panas yang mulai terasa membakar kulitnya, dia berteriak kesakitan sambil meminta tolong.
Mereka yang mendengar teriakan Genta hanya tersenyum puas. Setelah di rasa cukup mereka menarik rantai yang mengikat kaki meja sehingga meja bergeser dan Genta seketika tergantung dengan rantai di lehernya.
Gudang yang terletak jauh dibelakang Lapas dan jam yang masih menunjukan dini hari membuat orang-orang terlambat menyadari kebakaran tersebut.
Hingga 20 menit berlalu baru orang-orang mulai menyadari kepulan asap yang berasal dari gudang lama tersebut dan mulai menelpon Pemadam Kebakaran.
***
TING...
Bunyi pesan masuk membuyarkan lamunan seorang pria yang sedang duduk di kursi kerjanya. Mengambil Handponenya dan membuka pesan tersebut.
Dia tersenyum puas melihat foto yang dikirimkan bawahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIST'S ANOTHER SIDE (END)
Fantasy🐧 FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA 🐧 Gelsy Oceana Hanz adalah sosok perempuan yang bisa dikatakan sempurna. Dia cantik, kaya, dan pintar. Semua kemauannya dapat dimilikinya kecuali cinta seorang Alano Einhard Waller. Bagi Alano Einhard Waller, Gelsy O...