24. Sisi Lain Tokoh Novel

28.7K 2.4K 60
                                        

Seorang wanita paruh baya terlihat memasuki sebuah bangunan sederhana tempat ia dan putri semata wayangnya tinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang wanita paruh baya terlihat memasuki sebuah bangunan sederhana tempat ia dan putri semata wayangnya tinggal.

Begitu masuk dia mendapati ruang tamu yang seperti kapal pecah. Pecahan kaca dimana mana, kursi dan meja berpindah dari tempat seharusnya, beberapa hiasan dan foto sudah hancur tak terbentuk.

Rasa khawatir dan cemas memenuhi relung hati wanita itu ketika dia mengingat anaknya. Dia berjalan tergopoh gopoh menuju sebuah ruangan.

Tok
Tok
Tok

" Nak? Apa kau di dalam? "

" Nak? Sayang? Kamu bisa dengar ibu kan? " Ucap wanita itu sembari mendekatkan telinganya kearah pintu mencoba mendengarkan apakah ada pergerakan dari dalam.

BRAK

Pintu itu tiba tiba dibuka secara kasar, membuat wanita paruh baya terbanting sampai jatuh tersungkur. Pelakunya tak lain adalah seorang gadis pemilik kamar itu.

Penampilan gadis itu nampak kacau. rambut bak singa yang belum dijinakkan, mata yang membengkak dengan wajah yang memerah karena menangis, seragam sekolah yang masih melekat pada tubuhnya pun sudah kusut.

Dia berdiri tegap menatap nyalang wanita yang terduduk dilantai. Tetes demi tetes darah yang berasal dari tangan kanannya mengalir pada lantai.

Tanpa memperhatikan rasa sakit pada bokongnya, wanita paruh baya itu segera menghampiri gadis itu yang merupakan anak kesayangannya.

" Astaghfirullah nak, berapa kali ibu bilang berhenti menyakiti dirimu sendiri " ujar Akara Halime Jubaila, wanita paruh baya tadi.

" Mau sampai kapan kamu kayak gini terus?
kepuasan apa, kebahagian mana yang kamu dapat dengan melukai diri sendiri? " ucap kara sembari menangis tersedu

Dia meraih tangan kiri anaknya untuk mengambil pecahan kaca yang dipenuhi darah. Namun anaknya terlebih dahulu menepis kasar tangan ibunya.

" Ini semua gara gara ibu, ini semua salah ibu !!! " Tekan gadis itu tajam

" IBU GAK BECUS, IBU GAK BISA BAHAGIAIN ANAK SENDIRI, IBU GAK TAU GIMANA MENDERITANYA JADI AKU !! " Teriak gadis itu penuh amarah dia membanting pecahan kaca yang dipegangnya hingga pecahan kaca itu menancap tepat pada punggung kaki kara.

" AKU CAPE BU, KAPAN AKU BISA KAYAK MEREKA. AKU MAU BELI APAPUN YANG AKU MAU, AKU MAU KAYA, AKU MAU PUNYA RUMAH BAGUS, MOBIL MEWAH "

" AKU MAU MASA REMAJAKU DIHABISKAN DENGAN BERMAIN, MENIKMATI KEKAYAAN ORANG TUA "

" BUKAN SEPERTI INI, RUMAH SEMPIT, MAKAN SEADANYA , SEMUA SERBA SUSAH "

" AKU NYESEL JADI ANAK IBU, AKU MALU PUNYA IBU KAYAK IBU ARGHH " Teriak gadis itu sembari menangis dia menjambak kasar rambutnya sendiri.

Kara yang tidak tega melihat kondisi anaknya, perlahan mendekati gadis itu membawa kedalam dekapannya.

Gadis itu terus memberontak sembari berteriak tidak jelas, namun kara semakin mengeratkan pelukannya sembari membisikkan kata kata penenang.

Important Figuran (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang