Extra Chapter I

14.5K 517 75
                                        

Didalam sebuah kamar tidur yang sederhana, seorang gadis masih terbaring nyaman dengan mata yang terpejam. Semenjak insiden terjatuh kedalam sungai tempo lalu, dia masih belum
sadarkan diri lagi.

Entah kejaiban darimana, tangan lentik itu tiba-tiba menunjukkan pergerakan kecil, bulu matanya mengerjap diiringi ringisan kecil ketika kepalanya berdenyut sakit.

Matanya mengedar menelisik ruangan, beralih pada tubuhnya. Semuanya masih lengkap, dia selamat?

"EMAKKKKKKK" Teriak gadis itu tiba-tiba

BRAK

Suara gebrakan yang berasal dari pintu dibuka dengan keras.

"Ari kamu kunaon Anin kan gogorowokan!!" (Kamu kenapa teriak-teriak Anin?!!) hardik seorang wanita paruhbaya, dengan centong nasi ditangan kanan dan hihid ditangan kiri.

"Eh?"

"ANIN? KAMU UDAH SADAR??" pekik wanita itu tak percaya dia menghampiri anaknya yang sedang menyandarkan tubuhnya
pada ranjang

"EMAKKKK..ANIN RINDU BEGETE" teriak Anin dengan raut wajah berbinar, dia merentangkan kedua tangan, bukannya menyambut pelukan itu, sang ibu malah menjewer telinga anaknya.

"Kamu durhaka banget jadi anak, bikin emaknya nangis terus selama seminggu.

Matakna sing nurut kana papatah kolot teh, ieu mah kalah pamali bumali nu puguh mah tileuleup weh pan ka wahangan" (Makanya nurut sama nasehat orangtua, bukan malah
pamali bumali ujung-ujungnya tenggelam kan ke sungai) dumelnya sembari menjewer telinga kanan Anin,sebelah tangannya lagi ia berkacak pinggang dengan centong nasi dan
hihid yang diapit diantara ketiak

"Aduhh duh Makkk ampun!! ...Anin baru sadar loh ini udah dianiaya aja, harusnya tuh disayang gituloh!! pingsan lagi nih" ujar Anin sembari berdrama kesakitan, dia mengambil ancang-ancang akan pingsan lagi.

"Aduhh maaf Nin, mana yang sakit nak?Bilang sama Emak" panik Manda khawatir, Anin melamun mendengar penuturan
Manda ia merasa dejavu dengan ini.

" Anin ulah ngalamun atuh bisi kasameut.. Hayu atuh urang ka dokter" (Jangan melamun, nanti kesambet. Ayo kita ke dokter) ajak Manda sembari mengguncang pelan bahu Anin menyadarkan gadis itu

"Ehh.. Gak usah Mak, dokter terbaik kan udah ada disini" tolak Anin, dia memeluk pinggang emaknya erat, Manda tersenyum haru melihat putri semata wayangnya akhirnya sudah sadarkan diri, dia mengusap rambut Anin penuh kasih sayang

"Kamu duduk dulu disini, Emak mau ambil dulu makan biar kamu bisa minum obat" ujar Manda

"Kela atuh Mak, Anin teh sono keneh ari Emak" (Bentar bu, Anin kan masih rindu) rengek Anin, dia semakin mengeratkan pelukannya

"Iya makanya lepas, biar kamu gak puas. Jadi bakal rindu Emak terus, enggak ninggalin lagi" ujar Manda penuh makna.

Dia segera melepaskan pelukannya dan beranjak pergi ke dapur, tak mau anaknya melihat ia menangis. Anin tersenyum sendu melihat itu, ia mengerti kekhwatiran ibunya. Anin merebahkan tubuhnya kembali, dia menatap langit-langit kamar.

"Kayak ada yang hilang, kek ada yang kurang gitu tapi apa ya?" gumam Anin merasakan perasaan ganjal dihatinya

Dia meraba seluruh tubuhnya, memastikan tidak ada yang terhanyut terbawa arus.

"Ayo bangun, makan dulu. Emak suapin" ucap Manda setelah beberapa menit tadi pergi, dia duduk disamping ranjang Anin dan menyuapi putrinya

"Gapapa ya makannya cuma sayur sop sama goreng tempe, Emak gak tau kamu bakal sadar sekarang kalo tahu gitu mah Emak bakal beli daging sapi dipasar 5 kg" gurau Manda

Important Figuran (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang