Last Extra Chapter

2.2K 77 5
                                        

Beberapa hari berlalu.. Anin sudah sehat sepenuhnya, ia juga sudah memulai aktifitasnya kembali. Saat ini ia dan ibunya sedang membagikan nasi tumpeng sebagai bentuk rasa syukur mereka karena Anin sudah selamat.

"Udah ya, tinggal punya pak kades" ujar Manda sembari mengusap peluh didahi

"Ayo Nin- Astaghfirullah ari kamu kalah ngaca terus, wajah kamu gak bakalan berubah jadi semriwing atuh gak usah diliat terus" cibir Manda, merasa jengah melihat kelakuan putrinya yang setiap melihat kaca tidak pernah dia tidak bercermin memperbaiki penampilannya

"Kan Anin teh mau ketemu cogan ari Mak jadi kudu ngageulis heula, kali aja nanti dia kecantol. Nanti Emak punya mantu anak kades loh" ujar Anin

"Udah sampe, diam kamu jangan halu terus. Bilang makasih yang benar, jangan ganjen" peringat Manda, mereka pun membuka gerbang yang
menjulang tinggi itu kemudian memencet bel

"Mak.. Anin pulang aja ya, Anin jadi deg-degan banget loh ini" rengek Anin, entah kenapa setelah berada didepan pintu rumah Pak Kades dia merasa jantungnya berdebar dua kali lebih cepat.

"Eh Bu Manda, Nak Anin.. Silahkan masuk" sambut Bu kades, sembari membukakan pintu.

Di ruang tamu terlihat Pak Kades  sedang berkumpul dengan anaknya. Merekapun bergabung dan berbincang-bincang membicarakan banyak hal.

Anin sudah melakukan perintah ibunya dengan baik, sekarang
dia hanya diam dengan pikiran yang berkelana. Niat untuk mencari perhatian anak Pak Kades seketika menguar entah kemana.

Pikirannya berfikir keras, kenapa anak Pak Kades tidak setampan dulu?
Melihatnya sekarang, Anin menjadi biasa saja tidak ada ketertarikan, rasa
kagum atau apapun.

Tidak seperti dulu, yang bahkan rela melakukan hal konyol demi mendapat perhatian crush nya.

Apa pesona anak pak kades sudah
berkurang atau selera Anin yang meninggi?

Ditengah Anin yang sibuk dengan pikirannya yang berkecamuk, seorang pemuda tampan tiba-tiba memasuki rumah Pak Kades.

Melihat ada tamu dia segera menghampiri mereka, kemudian menyalimi semua orang yang berada disana.

Hingga pada orang terakhir, uluran tangannya tak kunjung dibalas membuat lelaki itu mendengus pelan sembari mengangkat kepala untuk melihat siapa orang yang lancang itu.

Lelaki itu tertegun melihat gadis cantik yang sedang melamun didepannya, dia merasa pernah melihat wajah ini.

"Anin itu ada orang mau salaman, malah bengong lagi" tegur Manda sembari tersenyum canggung, tangannya diam-diam mencubit pelan pinggang sang anak membuatnya terlonjak kaget

Mendengar nama itu membuat si pemuda diam mematung. Anin?

Jantungnya berdegup lebih kencang, matanya memanas.

"Anindhita?" lirih pemuda itu begitu pelan

Mata mereka saling bertemu, dalam diam sorot manik itu saling menyiratkan pesan yang begitu dalam. Sama-sama terhanyut dalam lautan yang tak berdasar. Hingga sebuah suara menginterupsi.

"Anin... Kenalin dia ini pemuda dari kota yang terjatuh di jurang itu, dia juga baru sadar kemarin sama seperti kamu" jelas Bu Kades

"Erhan" ujar pemuda itu memperkenalkan diri, dia kembali menyodorkan tangan kanannya yang tadi sempat ia turunkan.

Anin menatap lekat lelaki itu, namanya, wajahnya nampak tak asing tapi ia bahkan baru bertemu sekarang.

"A-anin" balas Anin gugup.

Important Figuran (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang