Nineteen

2.9K 551 97
                                    

Nolan dan Amran baru tiba hampir maghrib di rumah, Aisha tidak langsung memberondong suaminya dengan pertanyaan tapi segera memeluk dan memastikan segala sesuatu baik-baik saja.

"Perasaanku tidak enak, aku mengkhawatirkan Mas."

Nolan pulang dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun.

"Alhamdulillah sekarang Mas sudah pulang dengan selamat."

"Maaf sudah membuatmu khawatir."

Amran tidak akan menemukan laki-laki itu andai saja Nolan tidak menghubunginya.

"Aku sudah bilang besok saja, sekarang cuacanya sedang tidak bagus. Tapi tidak apa-apa, syukur sekaki Mas sudah pulang."

Sekali lagi Nolan memeluk istrinya, dia merasa bersalah telah membuat wanita itu khawatir.

Seperti perkataannya siang tadi bahwa dia akan pergi mengambil mobil mainan untuk putranya dan sekarang ia menanyakan ke mana Bima.

"Tidur, tiba-tiba saja badannya demam."

"Aku akan melihatnya dulu."

Aisha mengangguk.

"Makasih," kata wanita itu pada adiknya. "Ketemu di mana papa Bima?"

"Dia yang menelponku, terjadi sesuatu pada mobilnya makanya aku samperin ke bengkel."

Patutlah perasaan Aisha tidak enak.

"Aku tidur di sini ya. Hujan nih malas keluar."

Aisha mengangguk. Wanita itu tidak melihat hal aneh baik pada adik maupun suaminya.

"Mba mau maghriban dulu."

"Iya."

Aisha masuk ke kamar untuk bersiap solat Maghrib.

"Panas sekali, sudah dikasih obat?"

Aisha mengangguk. "Mungkin kena angin tadi sempat buka pintu tapi nggak lama."

"Kasian sekali anak Papa."

Aisha tersenyum. "Kata orang tua kalau si kecil demam bisa jadi mau pintaran."

"Iya ya, dia kecil aja sudah bikin ibunya senang nanti kalau gede pasti bisa ngejagain.".

"Amiin," ucap Aisha.

"Mas wudhu dulu kita jamaah."

Aisha menggelar dua sajadah dan meletakkan sebuah sarung untuk suaminya, ia menunggu Nolan selesai baru berwudhu.

******

Karena tidak ingin meninggalkan Bima, malam ini Aisha tidak menemani suaminya makan tapi ada Amran yang makan bersama Nolan dan suaminya tidak keberatan.

"Kata Aisha lo nginap?"

Amran mengangguk.

"Gue nggak apa-apa."

"Gue cuma jaga-jaga." Amran tidak melihat temannya saat menjawab. "Tadi kalau gue nggak dateng lo masih tergeletak di sana."

"Cuma kebetulan."

"Tetap harus waspada, Bima masih kecil." dan Aisha tidak akan kuat jika sampai terjadi hal buruk pada Nolan.

Nolan tertawa. "Gue check up besok."

"Baguslah."

"Bro! Gue nggak kenapa-napa. Gue sehat."

Mungkin kekhawatiran Amran lebih besar dari kekhawatiran kakaknya beberapa saat lalu, karena dia yang menemukan Nolan dan melihat keadaan pria itu.

Hasrat Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang