Twenty-one

3.8K 492 33
                                    

  Di koridor yayasan semesta mempertemukan dua orang yang telah lama tidak pernah saling menyapa tidak juga mengetahui kabarnya masing-masing. Tangan mereka menggenggam lengan kecil putra-putri masing-masing.

Awalnya dengan mata saling memandang satu sama lain perlahan tatapan keduanya tertuju pada dua buah hati.

Aisha yang pertama kali melanjutkan langkahnya tanpa menyapa lalu Naka juga melakukan hal yang sama berjalan ke tujuan masing-masing tanpa menoleh lagi. Mereka tidak tahu kenapa berhenti jika tidak ingin saling menyapa.

Ini hari pertama putri Nata masuk sekolah ia memilih yayasan terbaik di Jakarta. 

"Mama kenal orang tadi?"

Ditanyakan oleh putranya yang memiliki sikap kritis maka Aisha harus memikirkan jawaban yang tepat. "Sepertinya tidak."

"Lalu kenapa berhenti?"

"Kamu tidak lihat anak perempuan tadi?"

Bima mengangguk.

"Dia sangat cantik, kan?"

"Biasa saja," jawab Bima. 

Aisha tidak kehabisan kata. "Mama kaget melihat ada anak secantiknya."

"Ouh."

Dan sampai di sini Bima tidak bertanya lagi. 

"Mama akan bertemu dengan wali kelas kamu langsung masuk ya." Aisha mencium pipi Bima. "Semangat Bima."

"Besok cium tangan aja ya Ma."

Aisha tertawa pelan. Walaupun sudah dewasa nanti Aisha tidak akan malu mencium pipi putranya apalagi sekarang baru kelas 5 SD.

"Mama keberatan."

"Maksudnya jangan di sekolah atau di tempat umum, pokoknya jangan diliatin orang."

Aisha tertawa lagi. "Akan Mama pikirkan."

Setelah Bima masuk ia berjalan ke ruangan wali kelas karena ada kepentingan yang perlu dibicarakan. Karena harus menunggu sejenak Aisha duduk di sebuah ruangan di mana beberapa wali murid juga menunggu di sana.

Tidak lama seseorang juga masuk di saat Aisha sedang sibuk dengan ponselnya dia adalah Naka, pria itu juga tidak melihat Aisha yang duduk di baris yang sama dengannya.

Saat sebuah salam terdengar para wali murid menjawab serempak dan melihat siapa yang masuk.

"Wali dari Candragitha Kaleena Auli."

Naka bangun dan mengikuti langkah seorang guru yang sepertinya wali kelas putrinya. Aisha masih fokus dengan ponselnya, dia hanya akan memasang kuping untuk mendengar nama putranya.

Karena kelas hari ini baru dimulai wanita itu harus menunggu sejenak wali kelas putranya. Mungkin yang sedang maju wali dari murid baru.

Tidak berapa lama Naka keluar dari ruangan wali kelas putrinya ia duduk di tempat semula menunggu surat resmi yang sedang diproses. Selanjutnya dua orang di samping Naka juga mendapat panggilan hingga tersisa lima orang lagi. Tidak lama kemudian lima orang itu juga dipanggil dan mereka tidak kembali ke tempat semula, sehingga di barisan itu hanya tertinggal Naka dan Aisha.

Aisha yang lebih dulu menyadari keberadaan Naka saat barisannya telah kosong tapi ia tetap bungkam.

"Bu Aisha ada di sini?"

Barulah Naka menyapu ruangan itu saat mendengar seorang guru menyebut nama wanita di masa lalunya, lalu ia tertegun ketika melihat ke samping tepatnya saat Aisha bangun menghampiri guru tersebut.

Tatapannya tidak mengikuti ke mana arah pergi Aisha melainkan masih di posisi tempat Aisha duduk. Naka sadar, barisan bangku tempat duduknya kosong berarti sejak dari tadi hanya ada dirinya dan Aisha di sini.

Hasrat Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang