8 🍒

6.5K 576 38
                                    

Arin mencoba mengatur detak jantungnya. Kecemasan yang sejak tadi ia alami jelas menganggu konsentrasinya. Demi membuat suasana hatinya membaik, Arin datang ke panti asuhan untuk melihat adik bayi.

Winda memberitahunya bahwa ada seorang bayi yang di titipkan oleh sanak saudaranya disana karena terkendala biaya. Jadi, Arin datang berkunjung untuk melihat langsung.

"Kasihan ya, Mbak..."

"Dia sama seperti kita, Win..."

Winda mengulas senyum tipis, nampak miris. Jika bayi ini di titipkan karena yatim piatu sementara kerabatnya tak mampu membiayai segala kebutuhannya, lain lagi dengan nasib anak-anak yang lainnya—yang sengaja di telantarkan. Padahal sejatinya, mereka masih memiliki orang tua. Miris sekali hidup ini.

"Gimana hasilnya, Mbak?"

"Apa?"

"Promilnya? Kami semua mendoakan yang terbaik buat, Mbak. Semoga kali ini, Mbak berhasil."

Arin mengulas senyum. Jikapun berhasil, apa kabar ini akan membuatnya bahagia saat ia bahkan di landa kecemasan yang dalam. Arin sedang mempertanyakan kesetiaan Rio, dan hal itu menganggunya. Arin bahkan tidak lagi fokus pada program kehamilannya. Karena yang Arin pikirkan kali ini adalah siapa perempuan yang di sembunyikan suaminya?

***

Rio pulang dengan wajah ceria ketika Arin menyambutnya. Pria itu juga tidak lupa membawa oleh-oleh untuk orang-orang di rumahnya.

"Gimana kerjaannya, Mas? Lancar?"

"Hmm... aku capek banget. Mau istirahat, ya? Kamu bisa siapkan air hangat buat aku kan?"

"Oke, setelah itu makan, ya? Aku sudah siapkan makanan..."

"Kamu masak?" Tanya Rio.

"Nggak kok. Mbok Siti yang masak, tapi aku yang koreksi rasanya supaya sama seperti masakanku."

"Syukurlah. Aku pikir kamu repot-repot masak,   padahal dokter bilang kamu nggak boleh terlalu lelah."

Arin mengulum senyum.

"Aku ke atas dulu. Barang-barangku biar Lukman yang bawa ke atas, ya?"

***

"Apa Andini Prameswari adalah putrimu, Mas?" Anggun, istri Abi Santoso bertanya ketika mereka sedang makan malam—di depan anak-anaknya Anggun bertanya dengan gamblang.

Abi melirik sejenak anak-anak yang menuntut jawaban darinya. Kedua putranya itu menatap penuh penasaran pada papanya.

"Apa kita harus membahasnya disini?" Tanya Abi, masih bersikap tenang. Pria itu telah selesai dengan makanannya.

"Biar anak-anak tahu, bahwa papanya memiliki seorang putri sebelum menikahi mamanya. Biar anak-anak juga tahu bahwa mereka memiliki seorang kakak perempuan..." jelas Anggun gamblang.

"Apa Andini adalah putrimu yang sempat wanita itu titipkan di panti asuhan?"

Abi menatap anak-anaknya yang menatapnya dengan kilat penasaran.

"Benar, Pa. Apa Andini itu kakak kandung kita?"

"Papa akan memberitahu kalian jika saatnya sudah tepat."

"Mas," seru Anggun. "Mereka butuh jawaban.. jika benar, bukankah kita bisa makan malam bersama?"

Abi diam saja.

Anggun yang merasa marah karena di abaikan oleh suaminya pun berdiri. "Apa kami disini hanya akan menjadi penonton? Kamu diam-diam menyelidiki putrimu, diam-diam mencari tahu keadaannya. Apa kamu pikir, aku nggak cemburu? Apa kamu masih mencintai ibu dari anakmu?"

Bittersweet Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang