9 🍒

6.8K 593 61
                                    

Pdf sudah ready ya... bisa d order via wa di 089633021705 (klik link wa di bio agar langsung terhubung)

Ebook tersedia di playstore..  di kbm aplikasi jg ada...

***

Arin berhasil menguasai dirinya dari tangis. Bahkan saat Rio datang menjemputnya untuk bertemu langsung dengan Dokter Rangga sekitar jam 1 siang, Arin tetap bersikap tenang menyembunyikan kegelisahannya.

Sesampainya di rumah sakit, Arin dan Rio langsung melakukan serangkaian pengecekan untuk wanita itu. Dan tak beberapa lama, Dokter Rangga memintanya untuk duduk untuk membacakan hasil dari serangkaian tes yang mereka lakukan.

Dokter Rangga terlihat menghela nafasnya. "Hasilnya negatif..." kata pria itu dengan berat hati.

Rio nampak kecewa dengan hasilnya. Tapi tidak dengan Arin. Wanita itu sudah menyiapkan mentalnya dengan hasil yang tidak ia harapkan seperti ini. Mau bagaimana lagi?

"Kalian bisa mencobanya lain kali... tiga bulan setelah program ini, Bu Arin dan Pak Rio bisa melakukan program inseminasinya lagi. Kita masih memiliki kesempatanya selama 3x percobaan. Datang lah lagi tiga bulan kemudian untuk melakukannya kembali."

"Tidak perlu, dok..." jawaban Arin membuat Rio tersentak.

"Sayang..." Rio menyentuh bahu Arin dengan gelisah.

"Pasti aku yang bermasalah, Mas.... kita tidak perlu mencobanya lagi," kata Arin lirih.

"Kenapa? Masih ada dua kesempatan lagi. Kalau ketiganya gagal, kita akan coba bayi tabung. Benar kan dokter Rangga?"

"Benar, Bu Arin. Masih banyak kesempatan. Jangan putus asa..."

Arin tersenyum tipis. Hatinya berkecamuk. Ada banyak perasaan tidak enak dalam hatinya.

"Akan saya pikirkan, Dok. Jika saya tertarik, saya akan mencobanya kembali." Arin mulai berdiri. "Ayo, Mas.... kita pulang."

Rio ikut berdiri, mereka saling bersalaman kemudian pamit pada Dokter Rangga. Ketika pintu tertutup, Rangga menghela nafasnya. Ia membuka selembaran yang ia simpan di laci meja kerjanya. Ia membaca sebuah hasil tes yang ia lakukan sebelum kedatangan pasangan tadi.

Jam 8 Arin menghubunginya untuk melakukan tes lebih dahulu. Wanita itu datang jam 10 untuk melakukan serangkaian pemeriksaan. Termasuk melakukan pengecekan pada tespeck yang ternyata hasilnya positif. Saat itu juga, Arin menangis tergugu ketika melihat hasilnya, membuat Rangga bertanya-tanya, apakah itu tangis bahagia atau sedih?

Kemudian ketika Rangga membacakan hasil lab, Arin kembali menangis haru.

"Jadi, Bu Arin positif hamil. Keluarga besar pasti akan sangat gembira dengan kabar ini," kata Rangga mencoba mencairkan suasana.

Arin mengangguk, membenarkan pernyataan Dokter Rangga sambil menghapus jejak air matanya.

"Tapi, Dok... bisakah dokter merahasiakan kabar ini?"

"Lho, maksudnya?"

"Siang nanti aku akan datang bersama suamiku. Bisakah dokter memalsukan hasil tesnya?"

Rangga mencoba menyelami mata cokelat wanita itu, bukan kebahagiaan yang ia temukan di sana, tapi keputus asaan. Mendapat tatapan yang sedikit menyelidik dari Dokter di depannya, Arin tertawa sumbang yang justru terdengar menyedihkan di mata Rangga untuk menutupi kesedihan wanita itu.

"Apa dokter mengkhawatirkan sesuatu? Aku hanya sedang menyiapkan kejutan untuk suamiku kok, Dok. Sebentar lagi ulang tahunnya, jadi aku pikir kalau aku akan menyiapkan kado spesial ini untuk Mas Rio."

Bittersweet Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang