2 🍒

8K 618 26
                                    

"Model  Andini Prameswari di nobatkan menjadi wanita tercantik nomer 2 di Indonesia... ibunya yang juga seorang model, begitu bangga mengetahui bahwa putrinya masuk jajaran orang paling di kagumi seindonesia...."

Kemudian layar menampilkan wawancara seorang reporter dengan wanita yang di perkirakan memiliki usia sekitar 45 tahunan. Dia adalah ibu dari Andini Prameswari, Wulandari Putri---paras ayu wanita itu sama sekali tidak berubah dari waktu ke waktu meski usianya sudah tidak muda lagi.

Abi Santoso masih setia menatap layar televisi sambil mengagumi Wulandari, namun jemarinya meremas erat remot televisi dengan amarah yang berasal dari dalam dadanya. Bagaimana bisa wanita itu terus tersenyum saat ini setelah apa yang mereka lakukan di masa lalu?

Bagaimana bisa wanita itu melupakan apa yang telah terjadi setelah berhasil menghancurkannya?

Abi tidak pernah merasa semarah ini pada siapapun kecuali pada wanita itu, Wulandari Putri. Seseorang yang pernah mencampakkannya!

"Pak..."

Abi Santoso menoleh kala seorang pria muda memanggilnya.

"Ibu sepertinya mulai curiga dengan keberadaan putri Bapak..."

Televisi di depannya mati saat Abi Santoso menekan tombol merah di remot. Pria itu memutar kursinya lantas sorot tajam Abi meredup ketika pria muda yang ia jadikan orang kepercayaannya itu menyinggung perihal putrinya.

"Untuk saat ini... usahakan jangan sampai Ibu tahu. Ada saatnya aku mengenalkan dia sebagai anakku dan membawanya ke hadapan Ibu."

"Tapi, Pak... bagaimana kalau ibu terus mendesak?"

"Aku akan menenangkannya... usahakan kalau hal ini nggak bocor ke siapapun sebelum ibu tahu. Kamu paham kan?"

***

Arin mengemas pakaian-pakaian yang telah ia beli sebelumnya ke dalam sebuah paper bag besar. Baju yang telah ia siapkan ini akan dia berikan pada anak-anak panti dimana ia tinggal dulu.

Arin di besarkan di sebuah Panti asuhan sejak usianya masih bayi. Entah karena alasan apa orang tuanya menaruh dia di depan pintu panti di tengah malam---25 tahun yang lalu.

Arin tidak ingin ambil pusing perihal alasan orang tuanya membuang dia disana. Tidak perlu ada penjelasan atau apapun, mungkin dia bukan anak yang di harapkan oleh mereka seperti anak-anak lainnya.

Dari pengalaman pahitnya lah, Arin sekarang lebih peduli pada adik-adik di panti asuhan dimana ia di besarkan. Bahkan, dia menjadi donatur utama disana semenjak menjadi istri dari Rio Dewangga.

"Mbok Siti, ini nanti bilang sama Lukman supaya di bawa ke Panti, ya? Kue-kue nya juga..."

"Non Arin nggak ikut, tah?"

"Saya agak nggak enak badan, Mbok. Jadi mau istirahat dulu... nanti malem kan saya harus ikut ke acara ulang tahunnya sepupu Mas Rio," ungkap Arin menjelaskan.

"Oiya, si Mbok lupa. Tadi gaun yang di laundry sama non Arin sudah datang. Saya simpan di kamar non..."

"Makasih, ya mbok. Tolong sampaikan ke Lukman. Siang ini pakaian dan kue nya harus sudah sampai ya?"

"Baik, Non."

Arin berlalu pergi ke kamarnya untuk istirahat. Tubuhnya pegal-pegal, juga merasa linu. Mungkin efek terlalu lelah membuat kue. Malam ini mereka akan datang ke acara ulang tahun sepupu Rio. Usianya seumuran Daffa---adik iparnya. Rio bukan anak tunggal, dia memiliki saudara laki-laki yang tak kalah tampan, namanya Daffa Dewangga. Usianya baru 20 tahun.

Arin sudah terbiasa dengan acara-acara pesta megah yang di adakan oleh keluarga besar Rio.  Sudah tidak aneh bila mendapati pesta mewah seperti yang ia datangi saat ini. Awalnya, Arin merasa canggung berbaur dengan keluarga besar Rio---seiring berjalannya waktu---mereka bisa menerima keberadaan Arin termasuk sepupu-sepupu Rio.

Bittersweet Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang