Setiap hari, Arin bangun lebih awal untuk menyiapkan keperluan kerja suaminya, seperti menyiapkan kemeja, dasi serta celana yang akan di kenakan Rio.Bahkan, mencuci baju Rio pun---Arin mengerjakannya sendiri. Kebiasaan yang telah ia lakukan selama 5 tahun sejak menjadi istri Rio. Mereka memang memiliki pembantu rumah tangga, tapi mereka hanya membantu membersihkan rumah. Sementara memasak masih di kerjakan olehnya.
Meskipun Rio tumbuh dari keluarga kaya raya, Arin selalu menyiapkan segalanya sendirian. Termasuk membuat sarapan untuk pria itu. Dia mengolah makanan untuk sang suami. Bahkan, Rio memuji kepintaran memasak istrinya. Dan pria itu sendiri yang selalu meminta di masakkan oleh Arin.
"Tahu nggak, Mam, nggak akan ada yang bisa ngalahin masakan Arin. Aku nggak akan nemuin perempuan seperti Arin dimanapun walaupun Mami menyodorkan banyak perempuan ke hadapanku, Arin tetap nomer satu di hatiku."
Melinda mencebik kesal. "Kamu belum mencobanya, tapi sudah sesumbar kalau nggak akan ada yang bisa ngalahin Arin. Hanya karena dia bisa masak?! Kenapa kamu nggak menikahi koki handal saja!!"
"Arin itu bisa segalanya, Mam. Di kasur, di dapur... dia menguasai semua hal. Aku mencintainya.. sangat!"
Dada Melinda panas mendengar kalimat cinta meluncur dari bibir putra kesayangannya itu. Bagaimana tidak, dia membesarkan Rio dengan penuh cinta serta memberikan banyak kemewahan bukan untuk mencintai perempuan biasa seperti Arin.
Seharusnya Rio menikahi perempuan yang sepadan dengan keluarga mereka. Dulu, Melinda sempat menjodohkan putranya dengan anak teman suaminya, tapi itu semua tidak berhasil karena saat itu Rio sendiri menentang perjodohan tersebut, katanya Rio sudah memiliki pilihannya sendiri, dan putranya yakin akan bahagia bersama pilihan hatinya.
Melinda adalah orang pertama yang menentang hubungan mereka. Bahkan, Arin sempat di ancam oleh wanita itu agar meninggalkan putranya. Tapi, karena Rio bahkan melindungi wanita itu, membuat mau tak mau---Melinda mengalah dengan rasa marah.
Sudah 5 tahun mereka menjalin hubungan suami istri, dan selama itu pula Melinda berusaha memisahkan keduanya.
"Sebenarnya istri kamu mandul, kan?"
Rio lagi-lagi harus menahan amarahnya ketika sang mama bicara blak-blakan soal sang istri.
"Nggak ada yang mandul di antara kita, Mam... Tuhan cuma belum percaya saja sama kita," jawab Rio tenang. Masih berusaha meredam amarahnya. Mama memang tidak menyukai Arin, tapi bukan berarti mama harus merendahkan istrinya.
"Halah kamu selalu saja belain Arin..."
"Ya karena dia istriku, Mam. Cuma aku yang dia miliki..."
"Kan mami bilang, jangan menikahi gadis yang nggak jelas asal-usulnya. Kamu sudah mami kasih perempuan baik-baik yang jelas bibit bebet sama bobotnya malah di tolak dan pilih dia. Aneh... lihat temen-temen kamu, semuanya sudah punya anak, bahkan anaknya sudah masuk TK. Sementara kamu, satupun belum bahkan tanda-tanda Arin hamil aja enggak. Siapa juga yang nggak ragu kalau dia mandul!"
Rio nampak mengulas senyum dengan amarah yang ia pendam. Meski mama sudah bicara keterlaluan, tetap saja.. dia harus mengutamakan perasaan mama.
"Kita sedang mencobanya, kok. Doakan saja aku dan Arin segera punya momongan. Supaya mama nggak ngomel-ngomel terus."
"Mami nggak ngomel-ngomel kok! Mami cuma takut pernikahan kamu sia-sia!"
"Nggak ada yang sia-sia, Mam. Kan menikah itu ibadah. Kalaupun nggak punya keturunan, kami akan tetap bersama kok. Toh banyak cara mempunyai anak. Kita bisa adopsi bayi yang di telantarkan orang tuanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Marriage
RomanceRio Dewangga yakin bahwa ia tidak pernah berkhianat, meski nyatanya seorang Andini hadir di kehidupan rumah tangganya bersama Arin untuk memporak-porandakan hidup pasangan itu. Wanita itu mengaku hamil anaknya saat Arin-wanita yang dia nikahi selam...