Selamat membaca!
Sudah seminggu Kara tinggal di rumah keluarga Abimanyu. Dia juga sudah bertemu dengan ayah angkatnya. Pria itu jarang sekali di rumah. Dia sedang sibuk dengan urusan bisnisnya yang ada di China.
"Abang, mau kemana?! " Kara menghampiri Abimanyu yang hendak pergi ke suatu tempat.
"Ke rumah teman, Dek, " jawab Abimanyu sambil memakai helm.
"Ikutt! " rengek Kara.
"Di rumah aja ya, Dek. Rumah temannya jauh. Adek temanin Bunda di rumah, " ujar Abimanyu.
Kara menggeleng kuat. " Nggak mau. Kara mau ikut! " Dia menghentakkan kedua kaki dengan mata berkaca- kaca.
Abimanyu menghela nafasnya. Dia juga bingung. Bunda Nila muncul karena mendengar suara ribut di depan.
"Abi, ada apa ini? " tanya Bunda Nila sambil menenangkan Kara yang menangis.
"Adek mau ikut, Bun. Abi mau saja bawa Adek, tapi.... "
"Bawa saja, Bi. Lagian Adek pasti bosan di rumah terus. Bunda juga mau ke butik sehabis beres- beres, " ujar Bunda Nila.
"Ya udah, deh. Janji, jangan nakal ya, Dek."Kara mengangguk dengan wajah yang sudah kembali ceria. Dia lalu naik dibelakang Abimanyu dengan bantuan Bunda Nila.
" Peluk erat abangnya, Dek, " kata Bunda Nila.
Kara menurut. Dia memeluk perut Abimanyu dengan erat. Jangan lupa helm kecil bermotif doraemon yang melindungi kepalanya. Motor itu meninggalkan pekarangan rumah.
Tak sampai satu jam, Mereka berdua sampai di rumah seseorang. Rumah itu lebih " Wah" dari rumah Abimanyu.
"Ini rumah teman Abang? Besar ya, " ucap Kara kagum. Dia di gendong oleh Abimanyu biar cepat.
"Bro, baru datang! " sambut seorang pemuda memakai headband di kepalanya. Dia melirik seorang anak di gendongan Abimanyu. " Siapa, Bro? Anak Lo? "
"Ngadi- ngadi Lo, Bar. Ya, bukanlah. Dia ini adik gue. Namanya Kara, " jawab Abimanyu. Sedangkan Kara terus menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Abimanyu. Dia tidak berani melihat teman- teman abangnya.
"Bunda Nila hamil lagi? Kapan? Kok, Gue nggak tau, " cerocos teman yang lain.
Abimanyu melempar kulit kacang ke wajah orang itu. " Gue belum selesai ngomong, pikiran Lo udah kesana. "
"Yee, Gue kaget aja. "
"Siapa? " tanya seorang remaja tanpa ekspresi.
"Adik angkat gue, " jawab Abimanyu. " Dek, ayo kenalan sama temen-temen Abang, " bujuk Abimanyu.
"Nggak mau, " tolak Kara. Dia memeluk leher Abimanyu dengan erat.
"Adek Lo pemalu ya, Bi, " celetuk yang lain.
"Kara nggak pemalu! " bantah Kara kesal. Dia nggak terima di bilang pemalu. Dia menganggap itu sebagai hinaan untuknya.
"AAAAA, GEMOY! " pekik mereka. Si wajah datar tanpa sadar tersenyum tipis melihat wajah Kara.
Kara yang sadar langsung menyembunyikan wajahnya di dada Abimanyu. Dia sangat malu.
"Demi apa? Abi yang buluk dapat Adek seimut ini. Gue benar- benar nggak nyangka, cuy! " ujar Bara heboh.
"Gue seganteng Kim Taehyung, Lo bilang buluk, katarak mata Lo! " jawab Abimanyu.
"Bahasanya! " tegur si kutub Selatan. Namanya Selatan Desmond. Dia adalah kembaran tak seiras dari Utara Desmond.
"Adek Lo buat Gue ya, Bi, " pinta Utara, cowok friendly yang ada lesung pipi di pipi kanannya.
"Enak saja. Suruh orang tua Lo membuatnya," tolak Abimanyu. Dia memeluk Kara posesif.
"Abi! " tegur Selatan.
"Peace! " Abimanyu mengangkat dua jari sambil menyengir kuda.
"Abang, Kara haus, " cicit Kara.
Selatan yang memiliki pendengaran tajam langsung pergi ke dapur. Tak lama, Dia datang membawa sebotol dot berisi susu. Dia memberi botol dot itu pada Abimanyu.
"Kasih ke dia, " suruh Selatan.
Abimanyu bingung dengan sikap aneh Selatan. Dia menerima botol itu dan memberinya ke Kara. Kara menatap botol itu bingung. Dia belum pernah melihat benda seperti ini. Karena haus sekali, Kara langsung mengedotnya tanpa berpikir panjang. Rasa penasarannya di tunda dulu. Mereka memandang Kara gemas membuat Abimanyu kesal. Harusnya Dia menyuruh adeknya untuk tidak ikut.
'Kara, ya. Hm, menarik, 'batin seseorang.
Selagi Abimanyu mengerjakan tugas kelompok dengan Bara, Utara dan Diki, Kara bermain dengan Selatan di halaman belakang.
"Abang, tangkap bolanya! " teriak Kara.
Selatan mengiyakan permintaan adik baru- nya. Dia menangkap bolanya dengan tepat.
"Yeey! Lempar ke Kara, Bang! " serunya girang.
Selatan malah menendangnya dengan lembut membuat Kara cemberut.
"Kok di tendang sih, Bang. Di lempar lho, bang, " omel Kara.
"Abang tidak mau menyakiti, baby, " jawab Selatan.
"Nama Kara itu Kara, bukan baby, Abang. Lagian Kara nggak mungkin terluka. Kara ' kan pria sejati, " ucap Kara sambil memamerkan otot lengannya yang yang berisi lemak membuat Selatan ingin tertawa.
"Mainnya sudah, ya. Kita masuk ke dalam. Kamu pasti lapar, " ajak Selatan. Dia lalu menggendong Kara ala koala. Dia tidak ingin Kara kelelahan.
Entah sejak kapan, Selatan mulai menyanyangi anak ini. Dari dulu Dia menginginkan seorang adik. Sayangnya, adiknya meninggal dunia karena di tabrak depan rumah mereka. Tidak hanya Selatan yang sedih, Utara dan yang lain juga merasakan sedih. Ibu merekalah yang paling menderita dengan kepergian adik bungsu mereka.
"Etan, Tara, Mami dan Papi pulang! " teriak Mami Selatan dan Utara dari luar.
"Mami, jangan teriak! " tegur Papi Barat.
"Maaf, Pi, " ucap Mami Timur.
"Mami!! " Utara berlari dan memeluk Maminya.
"Halo, Tante! " sapa Bara dan Diki. Mereka jarang bertemu dengan orang tua Utara, kecuali Abimanyu.
"Mami, kapan pulang? Sehat, Mi? "
"Eh, ada Abi. Mami sehat, kok. Gimana kondisi Bunda? " tanya Mami Timur.
"Sehat kok, Mi, " jawab Abimanyu.
"Papi nggak ditanya? " tanya Papi Barat.
"Eh, ada Papi Barat. Kupikir supirnya Mami tadi, " celetuk Abimanyu dengan muka polosnya.
"Apa katamu?! " Papi Barat melotot tajam pada Abimanyu.
"Abang!! " teriakan Kara mengalihkan atensi mereka. Mami Timur menatap anak itu terkejut. Begitupun dengan Papi Barat.
' Dia.... '
'—mirip...? '
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku kara
Teen FictionKara itu hitam manis tapi imut. Banyak orang ingin mendekatinya karena merasa gemas dengan tingkah lucunya. Kara yang tidak punya siapa- siapa selain kucing peliharaannya bernama Mumu. Suatu ketika, Kara bertemu dengan seseorang. Orang itu lalu men...