Part 12

6.4K 517 9
                                    

Mereka memandang makhluk mungil di hadapan mereka dengan tidak percaya. Sedang yang ditatap merasa jengkel dilihat terus oleh mereka.

"Kenapa Kalian semua mandang Kara terus? Kara tau kok ganteng, tapi jangan diliatin terus dong! " gerutunya.

"Kamu..., beneran Kara kan? Bukan Kara kw kan? " tanya Utara ragu.

"Kara ini Kara. Siapa tuh Kara kw? " tanyanya sinis.

"Dia memang Kara. Lihat Kucing songong di sampingnya, " tunjuk Abimanyu.

"Kalau ini Kara asli, lalu siapa Kara yang bersama mereka? " tanya Utara.

"Sudahlah. Mungkin Kara bukan anak mereka. Memang anak itu ada miripnya dengan Kara. Yang penting Kara kita masih ada, " celetuk Ayah Bagas.

"Gimana kalau kita beritahu keluarga Kim kalau yang mereka bawa bukan anak mereka, " usul Papi Barat.

"Tidak perlu. Kasihan juga anak itu. Kau tidak tahu seberapa bahayanya keluarga monster itu, " larang Ayah Bagas.

"Kita juga dalam bahaya, bodoh! Bagaimana Kalau mereka tahu kalau anaknya bersama kita? Bisa- bisa Aku mati sebelum cucuku lahir, " ucap Papi Barat dramatis.

"Nggak usah lebay.  Anak - anak kita masih kecil. Mimpimu masih jauh, Pak tua! " hardik Mami Timur.

"Gini-gini Aku suamimu Lho, " sahut Papi Barat.

"Memangnya Aku peduli? " Mami Timur menatap Papi Barat dengan sinis.

"Kapan drama ini selesai, Ya Tuhan, " keluh Utara.

"Tahun depan mungkin, " sahut Abimanyu.

"Kalian jangan seperti anak kecil. Lihat anakku sampai tertidur, " ucap Bunda Nila yang sedang menggendong Kara.

"Bunda, biar Etan bawa ke kamar. " Selatan mengambil alih Kara dari gendongan Bunda Nila. Dia membawa Kara ke kamar diikuti oleh Abimanyu dan Utara.

"Papi, Kamu kan bisa menyembunyikan identitas Kara. Masa demi anak kesayangan, Papi tidak bisa melakukannya. Katanya lebih jenius dari keluarga Kim, " sindir Mami Timur.

"Iyaya. Mami nggak usah ngomel lagi. Papi pusing nih! "

"Minum baygon kalau pusing, " celetuk Ayah Bagas sambil mencicipi kopi buatan istri tercinta.

"Mati dong, " jawab Papi Barat.

"Yaiyalah, masa hidup, " sahut Ayah Bagas.

"Teman tidak akhlak! "

"Terimakasih pujiannya, Tuan Desmond. "

"Aku tidak memujimu, idiot! "

"Yaya, terimakasih sekali lagi. "

"Sia—"

"STOP! JIKA KALIAN RIBUT LAGI, MAKA KALIAN TIDUR DILUAR! " ancam Mami Timur disetujui oleh Bunda Nila.

"NOOO!! " teriak Papi Barat dan Ayah Barat bersamaan.

*****

"Jadi, Kara harus pindah sekolah, ya? Kenapa Yah, Bun? Padahal Kara sudah nyaman disana, " kata Kara sedih. Dia diberitahu oleh Ayah dan Bunda untuk pindah ke sekolah lain.

"Iya, Sayang. Ini semua demi kebaikan kamu. Bukan kamu saja yang pindah, Bang Abi juga, " ucap Bunda Nila.

"Beneran, Bun? " tanya Kara. Biarlah dia pindah sekolah asal bisa sekolah di tempat yang sama dengan abangnya.

"Iya, Sayang, " jawab Bunda Nila.

"Yeey! Kara nggak jadi sedih deh. Oh, ya Bun, kalau Bang Etan sama Bang Tara gimana? " tanyanya lagi.

"Mereka juga ikut pindah. Kebetulan sekolah itu milik Papi Barat, " jawab Bunda Nila.

"Wah, keren! Papi Barat pasti uangnya banyak, " puji Kara sambil bertepuk tangan.

"Ayah juga punya tuh. Bahkan lebih banyak dari Papi Barat, " sahut Ayah Bagas yang sedari tadi diam menyimak obrolan istri dan anaknya.

"Masa? Kara nggak pernah lihat. Malah Bunda yang lebih banyak kasih Kara uang," ledek Kara.

"Uang Bunda juga uang Ayah lho, " timpal Ayah Bagas.

"Memang kapan Ayah kasih Bunda uang. Ayah aja jarang pulang kaya Bang Toyib, " ledek Kara lagi.

"Uhuk! " Ayah Bagas terbatuk mendengar ucapan Kara.

"Kamu tahu darimana nama Bang Toyib? Memang kamu kenal dia? " tanya Ayah Bagas.

"Kara pernah lihat di HP Bunda, " jawab Kara dengan polos.

"Mana HP Bunda? Sini biar Ayah lihat! " pinta Ayah Bagas.

"Apa sih? Itu kan cuma nama kontak Ayah di HP Bunda, " tampil Bunda Nila.

"Kok diberi nama Bang Toyib sih, Bun. Estetik dikit dong, Bun. Kaya My bebeb atau My husban gitu, " protes Ayah Bagas sambil memberi saran.

"Dih, suka- suka Bundalah. Bunda kan beri nama kontak Ayah sesuai orangnya dong, jarang pulang, " ledek Bunda Nila. Ayah Bagas hanya bisa diam. Untuk saat ini Ia mengalah daripada disuruh tidur luar lagi nanti. Kalau istrinya marah, bisa berabe nanti. Lebih seram dari atasannya yang galak itu.

"Hacchim! "

"Sial! Siapa yang ngomongin saya ya? "

"Papi, ada apa? " tanya seseorang yang muncul sambil membawa secangkir kopi.

"Tidak ada. Papi hanya bersin, Mi, " jawab Papi Barat.

"Papi, jangan capek- capek kerjanya. Suruh aja si Bagas yang menyelesaikan sisanya, " ucap Mami Timur.

" Tidak usah, Mi. Biarin Bagas menikmati liburannya. Kasihan dia, sudah lama lembur. Istri dan anaknya pasti juga butuh perhatian, " tolak Papi Barat.

"Papi memang bos yang pengertian, " puji Mami Timur.

"Mami bisa aja, " ucap Papi Barat malu- malu. Mami Timur pun ikut membantu Papi Barat. Mereka bergadang sampai jam 2 pagi.

Tbc.

Namaku karaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang