Part 35

1.6K 175 6
                                    

Happy reading guys! Makasih yg udah baca ceritaku. Kuharap kalian menyukainya. Jangan lupa vote dan komen ya, teman- teman 😊😊.

Kita lanjut yuk!

...............................................................................

Beberapa hari yang lalu, ketika Kara berkunjung ke rumah Satria. Selesai berbincang dengan Lista, Kara berniat untuk jalan- jalan sebentar. Saat itu, Lista pergi entah kemana dan tidak mengatakan apapun pada Kara. Mungkin dia sangat marah pada anak itu sejak perdebatan tersebut.

"Ya ampun, kupikir rumah Bang Satria kecil, ternyata sangat luas. Pasti para pelayan disini sangat lelah membersihkan rumah ini, " gumam Kara sambil meneliti dengan ekor matanya. Pandangan Kara terhenti pada salah satu ruangan yang dijaga oleh beberapa orang. Padahal di ruangan lain tidak ada penjaganya, tetapi mengapa ruangan ini dijaga sangat ketat. Seolah- olah....

Kara mengelus dagu sambil berpikir. "hm, mencurigakan," gumamnya pelan.

Matanya membola saat melihat seekor monyet sedang bergelantungan di pohon tak jauh dari rumah kecil yang dijaga oleh sepuluh penjaga itu.

"Pu- pupu, " sebutnya syok. " Ngapain dia disini? "

Mata mereka bertemu dan bersitatap untuk beberapa detik. Seolah mengerti, monyet itu langsung turun dan menggangu para penjaga berseragam ninja itu.

"Bagus, Pupu. Anak pintar, " pujinya berbisik. Dengan secepat kilat, Kara berlari memasuki pintu itu yang kebetulan sedikit terbuka. Sepertinya dewi fortuna berpihak padanya hari ini. Dia melangkah dengan hati- hati kedalam. Hanya ruangan kosong yang ia lihat. Matanya terus menyapu sekitarnya. Hingga matanya berhenti pada satu titik tepat di bawah kakinya. Kara berjongkok dan meraba- raba lantai itu.

Dia menganga ketika lantai itu terbelah dan didalamnya ada sebuah tangga.

"Waw, amazing! " serunya takjub.

Kara segera masuk kedalam. Sayang sekali, ternyata didalam sangat gelap. Dia tidak bisa melihat apa- apa.

"Ya ampun, bagaimana aku bisa melihat semuanya? " gerutunya kesal.

"SIAPA ITU?! "

DEEGH!

Jantung Kara berpacu dengan cepat. Dia berusaha untuk tidak panik. Napasnya ia tarik kedalam secara pelan- pelan. Telinganya bergetar mendengar suara langkah kaki yang menuju kearahnya. Segera saja Kara mencari tempat persembunyian. Dia melihat cahaya senter yang mengarah ke berbagai arah. Untung saja ia bersembunyi dengan cepat.

'Hampir saja, ' batinnya lega.

Telapak tangan Kara tak sengaja menyentuh sesuatu. Dia memeriksanya dan menebak kalau benda ini adalah senter. Namun, Kara bingung menggunakan benda ini. Dia khawatir mereka mengetahuinya. Dia tidak tahu berapa jumlah penjaga yang menjaga tempat ini.

"Aku berharap ada sebuah keajaiban, tapi itu..., mustahil, " gumamnya kecewa.

Miaww!

Kara tersentak mendengar suara kucing. Dalam kegelapan, seekor kucing berjalan ke arahnya. Matanya menyorot tajam pada Kara. Kara terdiam sambil meneguk salivanya. Ekspresi kucing ini sangat mirip dengan mendiang neneknya.

Kucing itu tidak bicara lagi. Dia berbalik dan menoleh ke arah Kara.

'Apa kucing ini sedang menyuruhku untuk mengikutinya? ' pikirnya bingung. Dia akhirnya mengikuti kucing tersebut. Mereka melewati lorong kecil sampai Kara harus merangkak dengan hati- hati. Bersyukur badannya tidak besar.

Mereka berhenti. Kara menatap sekitarnya. Dia berjalan dengan hati- hati. Kedua netranya terpaku pada seseorang yang terduduk dengan kedua tangan dan kaki yang dirantai.

'Siapa dia? ' tanyanya entah pada siapa. Hanya dia sendirian dalam kurungan besinya ini.

Tiba- tiba orang itu membuka matanya membuat Kara terperanjat kaget. Mereka saling bertatapan cukup lama.

"Anakku, Kau sudah besar rupanya.... "

"??? "

🍃🍃🍃🍃🍃

Kara duduk dikasur sambil memikirkan kejadian beberapa waktu yang lalu. Dia melirik Satria yang masih tertidur sambil memeluk pinggang Kara.

"Aku tak menyangka kalau Kau dan Aku pernah terikat di masa lalu. Kupikir keluargaku cuma nenek seorang. Hn, Aku tak berpikir akan bertemu yang lain, termasuk Kau. Aku begitu yakin kalau dunia ini begitu sempit, " gumam Kara seraya tersenyum sinis.

"Mama, " gumam Satria kecil. Kara mendengar itu. Dia tersenyum simpul. "Aku harap kau tidak kaget saat bertemu dengan dia. "

Sementara di kamar, Lista mengamuk dan memarahi para anak buahnya.

"Kenapa kalian semua bisa tidak menyadarinya, ha? Apa saja yang kalian lakukan?! Gara- gara kelalaian kalian, penyusup itu berhasil membawa wanita itu kabur. Aku tidak mau tahu, kalian harus mencari wanita itu atau gaji kalian tidak dikasih! " ancam Lista. "CEPAT PERGI! CARI WANITA ITU SAMPAI DAPAT!" titahnya. Para anak buahnya langsung pergi.

"Aku yakin sekali setan licik itu menyembunyikannya di rumah keluarga Kim. Kali ini kau tidak akan lolos dariku, Setan kecil. Setelah wanita itu berhasil kutemukan, maka giliranmu yang akan menyusulnya ke jurang kematian. Hahahaha!! " Tawa Lista bergema sampai membuat kamarnya bergetar saking dahsyatnya tawa Lista.

"Tante sudah gila ya. Ketawa kok tidak mengajak sih, " sahut seseorang. Lista memandang keluar. Dia melihat setan kecil itu berdiri di depan pintu.

"Bagaimana bisa kau masuk? Aku sudah mengunci pintu kamarku. Apa yang sedang kau rencanakan, ha? " tanyanya nyalang.

"Aku bisa masuk, ya karena tante tidak menguncinya, " jawabnya santai sambil melipat kedua tangan didada.

"Mana mungkin! Aku yakin sekali sudah menguncinya. " Dia memandang Kara dingin, "sebaiknya kau pergi dari sini sebelum aku melenyapkanmu!" teriak Lista dengan lantang. Dia sangat membenci anak itu. Akan tetapi, Kara tidak mau beranjak dari tempatnya. Dia masih berdiri sambil bersedekap di dada.

"Tante, apa aku boleh bertanya? Kenapa Tante terobsesi sekali membunuhku? Memangnya kejahatan apa yang sudah kuperbuat? Selama ini aku tidak mengusik Tante, " ucap Kara. Dia menatap wanita itu serius.

Lista diam. Benar juga, kenapa dia ingin melenyapkan anak ini? Padahal anak ini tidak berbuat salah padanya. Entah mengapa perasaan bersalah timbul di hatinya. Namun, dia langsung menepis pikiran itu ketika mengingat lagi kejadian dimasa lalu.

"Kau memang tidak bersalah, tapi ayahmu lah yang melakukan kesalahan. Aku membencimu karena kau adalah anak dari ayahmu dan wanita sialan itu. Kalau saja ayahmu tidak jatuh cinta pada wanita itu, mungkin aku tidak akan menjadi orang jahat. Dengan cara melenyapkanmu mungkin rasa sakit dan dendamku bisa terobati, " ungkap Lista.

Dia terduduk sambil menitikkan air mata. Matanya menajam dan tangannya dengan cepat mengambil benda yang tergeletak di lantai. Dia acungkan kedepan dan menarik pelatuknya. Kara hanya diam sambil menatap wanita itu dengan tatapan datar. Sampai....

"MATI KAU! "

DORRRR!!


TBC.

Namaku karaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang