Happy reading ya, all! Jangan lupa vote n komen ya, teman-teman 🥰😉.
.
.
.
.
.
.Senin pagi sudah heboh karena teriakan Jun yang menggelegar di seluruh ruangan. Malangnya, kamar mereka masing-masing tidak memiliki kedap suara.
"Aduh, berisik! "
"WOY, BERISIK! "
"JUN , DIAMLAH! "
"BANGUN KALIAN! UDAH JAM BERAPA NIH, HA!! " teriak Jun lantang. Kara yang sedang tertidur nyenyak bangun dengan mata mengantuk.
"Dek, bangun dek! Cuci muka sana, sekalian mandi ya! " pesan Jun di balas oleh Kara dengan menganggukkan kepala.
Selesai membangunkan mereka, Jun lekas ke dapur menyiapkan sarapan. Sebelum itu, dia sudah mandi terlebih dulu agar tidak tergesa- gesa ke kampus. Dia akan satu kampus dengan Abimanyu dan dua teman yang lain.
Kara sudah selesai mengenakan seragam sekolahnya dan berdandan serapi mungkin. Dia tidak mau kalah dengan Eun Woo.
"Bang Satria, Bang Andre! " panggilnya melihat dua sahabatnya sudah duduk di kursi. Dia langsung merangkul Andre, lalu Satria. Keduanya mengelus rambut Kara. Mereka semua sarapan dengan tenang di iringi celotehan Kara yang ditanggapi oleh mereka.
"Dadah, Abang- abang! Adek berangkat dulu! " pamit Kara sambil melambaikan tangan saat di dalam mobil.
"Dadah! " balas Jun , Abimanyu dan Selatan sambil membalas lambaian tangan Kara.
"Adek, jangan nakal di sekolah! " teriak Utara. Kara tersenyum begitu manis sambil memberi jempol pada Utara. Mobil yang dikemudi oleh Satria meninggalkan mansion keluarga Bumi.
"Anak-anak lain mana, Jun? " tanya Bunda Nila ketika baru bangun karena lembur tadi malam menyelesaikan proposal bisnisnya. Dia hanya melihat Jun di ruang tamu.
"Sudah berangkat tadi, Bun, " jawab Jun.
"Sarapannya gimana? Maaf ya, Bunda nggak sempat masak tadi, " ucap Bunda Nila karena merasa bersalah.
"Semuanya udah sarapan. Tadi Jun buatkan nasi goreng. Jun udah siapin nasi goreng untuk Bunda di meja. Bun, Jun berangkat ke kampus dulu ya! "
"Kenapa tidak bareng Abi? Kalian kan satu kampus? " tanya Bunda Nila heran.
"Abi udah nunggu di depan sama Utara dan Selatan. Kami berangkat ya, Bun! " pamit Jun.
"Ya, hati-hati! " sahut Bunda Nila sambil mencicipi nasi goreng buatan Jun.
Tiba- tiba sesosok bayangan lewat di belakang Bunda Nila. Karena kaget, Bunda Nila menoleh. Namun, dia tidak menemukan siapa- siapa.
Bunda Nila mengendikkan bahunya. " Ah, mungkin hanya perasaanku, " gumamnya. Dia kembali menyantap nasi gorengnya yang tinggal separuh.
Selesai menghabiskan nasi gorengnya, Bunda Nila berniat mencuci piring. Akan tetapi, langkahnya terhenti saat menangkap kamar Kara terbuka sedikit. Seingatnya, kamar Kara tertutup ketika ia lewat tadi.
"Angin kali. Pasti Kara hanya menutup saja, tidak menguncinya, " pikirnya positif. Dia kembali melanjutkan aktivitasnya.
*****
Di kelas tempat Kara berada, tiba-tiba heboh kaya pasar. Bagaimana tidak, guru matematika mendadak memberikan kertas ulangan. Padahal mereka sama sekali tidak diberitahu. Memang di hari sebelumnya Pak Izal sudah berpesan supaya para muridnya mengulang pelajaran kembali sebelum hari H-nya.
"Untung Kara udah belajar semalam, " batin Kara lega.
"Aaaa, gimana ini? Gue belum hapal rumus- rumusnya! " pekik Andre histeris. Dia melirik Eun Woo dan berkedip.
"Bagi dong jawabannya, " pintanya memelas yang malah tidak ditanggapi oleh Eun Woo. Anak itu hanya melirik satu detik. Dia lebih fokus dengan soal di kertas ulangan yang dibagi Pak Izal tadi. Andre menggerutu kesal. Dia tidak bisa minta contekan karena teman sebelahnya cuma Eun Woo. Tidak mungkin juga minta ke Kara, anak itu loadingnya lama. Sebelum dapat jawaban, dia pasti dihukum duluan oleh Pak Izal. Jika meminta Satria, anak itu pasti pura- pura tidak mendengar. Dia ragu kalau di dunia ini masih ada yang namanya teman sejati. Terpaksa Andre menggunakan insting dan kapasitas otaknya yang tidak seberapa ini.
"Bang, pinjam penghapus, " ucap Kara membuat Andre mendongak. Dia lalu memberikan penghapus pada Kara. Namun, Kara malah memberikannya lagi. Andre tentu saja heran.
Saat dia menaruh kembali, tiba-tiba sebuah gulungan kertas kecil jatuh. Andre tersentak dan senyumnya mengembang. Dia memandang ke depan dan melihat Kara mengedipkan matanya. Dengan cekatan, Andre menulis semua jawabannya. Eun Woo yang memperhatikan hal itu hanya menatap datar. Dia juga pengen, mengapa si kadal ini selalu beruntung mendapatkan apa yang diberikan oleh adiknya? Kalau bukan sahabat adiknya, mungkin orang ini sudah disembelih tadi.
Aaaaargh, bikin kesal saja!
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku kara
Dla nastolatkówKara itu hitam manis tapi imut. Banyak orang ingin mendekatinya karena merasa gemas dengan tingkah lucunya. Kara yang tidak punya siapa- siapa selain kucing peliharaannya bernama Mumu. Suatu ketika, Kara bertemu dengan seseorang. Orang itu lalu men...