Part 18

4.5K 432 7
                                    

Happy reading, All! Jangan lupa vote dan komen ya, teman-teman 🥰😉

.
.
.
.
.

"JUN!!! "

Teriakan seseorang mengalihkan atensi Kim Jun. Dia menoleh ke kanan dan melihat seseorang yang ia kenali.

Langsung saja Jun menghampiri orang tersebut. Selatan mengambil kesempatan itu dengan memberi kode dagu pada Satria. Satria yang melihat itu langsung membawa Kara ke arah lain.

"Hai, Jun. Apa kabar, Bro? " tanya Utara super ramah . Dia merangkul Jun ala lelaki sambil mengedipkan mata ke arah Selatan.

"Lo kurusan sekarang. Padahal dulu Lo agak berisi, " kata Utara. "Kapan Lo datang? Kok nggak kabarin gue dan yang lain? " tanyanya beruntun.

"Seminggu yang lalu," jawab Jun. "Gue kesini mau cari Adek gue. Lo tahu nggak alamat rumah Abimanyu? " tanya Jun dengan penuh harap.

"Adek Lo? Bukannya....? "

"Kami ditipu, Tar, " jawab Jun .

Spontan Utara tertawa. " Kok bisa? Orang terkaya di Seoul bisa ditipu sama anak kecil. Emang Lo nggak bisa lihat perbedaannya? Kapan Kalian menyadarinya? " tanya Utara heran.

"Salah satunya, " ralat Jun. "Satu hari setelah kedatangan Eun Woo. Wajar Kami tidak bisa membedakannya karena wajah mereka mirip. Eun Woo yang baru datang langsung memberi bukti bahwa anak itu palsu, " ungkap Utara.

"Jenius juga si Eun Woo. Dia pasti sudah mengenali Adek kandung Lo lebih dalam. Terus, anak itu dimana? " tanya Utara penasaran.

"Kami kembalikan dia ke Jakarta. Kami titip ke panti asuhan, " jawab Jun.

" Baru kali ini gue dengar keluarga Lo berbaik hati sama orang lain, terutama anak kecil. Biasanya kan...." Utara menjeda kalimatnya mendengar suara heboh dari arah jam 2.

Jiwa kepo Utara mulai berkobar. Dia langsung menghampiri kerumunan orang. Ternyata hanya pertunjukkan dance antara remaja. Mata Utara membulat melihat Kara di depan sana. Dia menoleh lagi dan melihat Jun menuju kesini.

"Duh, gimana nih? " tanya Utara panik. Dia melirik ke depan lalu ke samping. Bak adegan slow motion dalam serial india, tubuh Kara tenggelam diantara para penonton lain saat Jun sudah berdiri di samping Utara.

"Ada apa? " tanya Jun sambil melihat kedepan.

Utara yang baru menghela napas lega tersentak kaget. " Ha? Lo bilang apa, Jun? "

"Lo ngapain kesini? Memangnya ada acara apa? " tanya Jun.

"Noh, Lo lihat sendiri! " tunjuk Utara ke depan. Jun mengikuti arah telunjuk Utara. Dia mengerutkan alis. Bukan para dancer itu yang menjadi fokusnya, tetapi siluet bocah yang terselip di antara para penonton.

'Seperti familier? Siapa ya? ' monolognya. Dia berjalan meninggalkan Utara yang fokus menonton para dancer.

Walaupun sedikit susah, tetapi dia tetap menerobos kerumunan itu untuk memastikan sesuatu.

Di sisi lain, Kara melompat- lompat karena tidak bisa melihat Satria menari. Dia menggerutu kesal. Para penonton semakin membludak dan terdengar kebisingan di sekelilingnya.

"Gimana Kara bisa lihat, kalau badan mereka seperti raksasa. Ih, sebel deh. Mending tadi ikut Bang Selatan, " dumelnya kesal. Selatan sudah kembali ke kantornya. Dia menitipkan Kara pada Satria dan meminta Utara untuk mengawasi Kara.

Kara kesusahan, terpaksa menyingkir. Beberapa kali dia terkena senggolan dari seseorang. Dia tidak menyadari seseorang sedang mengejarnya. Kara menyipitkan mata melihat Bang Tara berada di sana. Kara memutuskan untuk ketempat abangnya.

Dorr!

"AAAAA!! " pekik Utara kaget. Semua orang menatapnya aneh. Dia segera meminta maaf berulang kali. Lalu, tatapannya berpaling pada si pelaku yang cengengesan di tempat.

"Suka banget kagetin abangnya. Untung jantung abang kuat. Dasar nakal! " Utara mencubit hidung bangir itu.

"Hihihi. Abang lucu kalau takut, " ledek Kara. Dia langsung berlari menghindari cubitan abangnya.

"Kara, sini kamu! " Utara mengejar Kara. Namun, langkahnya berhenti saat melihat Jun berdiri dengan tatapan tajam dan kecewa.

Degdegdeg... Jantung Utara berpacu dua kali lipat. Ini bukan debaran cinta. Keringat dingin bercucuran di sekujur badannya. Lidahnya kelu, tidak bisa bersuara. Dia seperti berada di ambang kematian. Dia hanya pasrah sekarang. Sedangkan Kara menatap kedua orang yang saling berhadapan itu dengan bingung. Dia mengira kalau ke dua orang ini sedang lomba tatap- tatapan.

'Kalau Mereka lagi lomba, kenapa ekspresi Bang Tara kaya nahan pup? ' tanya Kara dalam hati dengan dua jari memegang dagu. Alisnya bertaut sambil memandang mereka bingung.

"J–Jun... "

"Tar, Lo benar- benar.... "

Bugh!

"KYAAAA!!!

Tbc.

Makasih ya, sudah membaca ceritaku. Semoga kalian suka 🥰.

Namaku karaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang