Met baca, guys!
Kara yang sibuk dengan pikirannya di kagetkan dengan suara seorang wanita masuk ke kamar. Wanita itu memegang sepiring nasi dan lauk- pauk beserta sayurnya. Tidak lupa segelas susu cokelat di tangan kirinya.
"Kamu sudah bangun? "
Meski bingung, Kara tetap menjawab, " sudah, Ta- tante. Ng, Tante siapa? " tanyanya gugup. Dia tidak takut tapi waspada saja. Siapa tahu wanita ini orang jahat.
Wanita itu tersenyum lembut. Dia duduk di samping Kara sambil meletakkan piring dan gelas di nakas.
"Saya Ibunya Abimanyu, orang yang membawamu kesini, " jawab Bunda Nila.
Kara mengerutkan dahi, " Abimanyu? " Dia kembali mengingat memori sebelumnya. " Oh, Abang gembel tadi! " pekik Kara.
"Abang gembel, pftt... " Bunda Nila tertawa mendengar panggilan anak ini untuk putranya itu.
"Lho, kenapa Tante tertawa? " tanya Kara bingung.
"Tidak ada. Lucu saja kamu menyebut abangmu sendiri si gembel. Nama kamu Kara, ya? " Kara mengangguk. " Kamu panggil Saya " Bunda Nila " . Mulai sekarang kamu jadi anak bungsu Saya, " putus Bunda Nila.
Kara melotot lucu. Apa Dia tidak salah mendengar? Orang ini..." Benarkah? Ta—eh, Bunda Nila tidak bohong, ' kan? " tanya Kara.
Bunda Nila terkekeh. Dia menjawil hidung bangir milik Kara. " Mana mungkin Bunda membohongimu, Sayang. Nah, sekarang Kamu makan dulu. Bunda tahu Kamu pasti lapar. "
Kara menatap makanan di piring dengan binar. Dia langsung membuka mulut ketika Bunda Nila menyendokkan makanan itu ke mulutnya.
"Ewnak," ucapnya. Matanya tiba- tiba berkaca. Mungkin , karena Dia baru pertama kali merasakan makanan seenak ini.
Bunda Nila yang melihat Kara ingin menangis menjadi panik. Dia takut makanan yang dibuatnya tidak enak.
"Sayang, kenapa? Apa makanannya tidak enak? " tanya Bunda Nila.
Kara menggeleng. Dia menghapus kristal beningnya yang mau jatuh ke pipi. " Ini enak, Bunda. Kara menangis karena pertama kali merasakan makanan seenak ini, " jawabnya sesenggukan.
Bunda Nila sedih mendengar cerita Kara. Dia memeluk anak itu erat sambil mencium keningnya. " Mulai sekarang dan selamanya, Kamu akan memakan makanan yang enak. Kamu mau jadi anak Bunda? "
Kara mengangguk tanpa ragu. Lagipula, Dia sangat merindukan figur seorang Ibu. Sudah lama Dia tidak merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Selama ini neneknya yang merawatnya dengan penuh kasih sayang. Ketika bertanya pada neneknya dimana orang tuanya berada, neneknya selalu bilang bahwa mereka sudah tiada saat Kara lahir ke dunia.
"Bunda, ini apa namanya? " tanya Kara saat melihat sesuatu yang bersinar di meja ruang keluarga. Dia sering melihat semua orang menggunakan benda ini.
Bunda Nila yang sedang memasukkan adonan yang sudah di cetak ke dalam oven menghampiri Kara.
"Ini namanya handphone, Sayang, " jawab Bunda Nila.
"Plafon? " ulang Kara.
"Handphone, Sayang. Handphone, bukan plafon, " koreksi Bunda Nila.
Kara mengangguk. Meski dalam hatinya masih tidak mengerti. "Bang Abi mana, Bun? " tanyanya. Dia tidak melihat Abimanyu di sekitarnya.
"Ngapain manggil Abang, Dek? " tanya Abimanyu yang tiba-tiba muncul membuat Kara kaget. Namun, Dia langsung menetralkan rasa terkejutnya, biar kelihatan cool di depan orang ini.
"Siapa yang panggil Abang? " cibir Kara.
"Terus yang nanya sama Bunda siapa? " tanya Abimanyu dengan nada meledek.
"Nggak tahu, " jawab Kara cuek. Dia menghampiri Bunda Nila yang sedang mencuci piring.
"Bun, Kara bantu, ya, " pintar Kara.
"Memangnya bisa dek? Badan Adek aja kecil kaya semut, " ejek Abimanyu.
"Biarin. Daripada Abang, kaya tiang listrik!" balas Kara.
"Sudah, sudah. Kalian ini suka banget bertengkar. Kara nonton tv saja sama Abang, ya, " bujuk Bunda Nila.
Kara mengerucutkan bibirnya, " Kara nggak mau nonton. Kara pengen bantu Bunda. Bunda pasti capek. "
Bunda Nila lalu mencubit pipi gembul itu, " ululu, manisnya anak Bunda. Bunda nggak capek, kok. Sebentar lagi ini selesai, kok. Abi, ajak Kara nonton, " pintar Bunda Nila.
Abimanyu mengangguk. Dia langsung menggendong Kara di depan. " Turunin Kara, Bang. Kara bisa jalan sendiri! "
"Diam dek! Nanti Abang lempar ke sana, " ancam Abimanyu.
Kara melirik ke depan. Matanya lalu berkaca- kaca dan bibirnya di manyun kan. " hiks... "
Abimanyu yang mendengar suara isakan lalu menunduk dan melihat Kara menitikkan air mata. " Lha, kok nangis, Dek? "
"Abang ahat! Huweeee, BUNDAA!!! " Teriak Kara histeris membuat Abimanyu gelagapan.
"Aduh, Dek. Abang cuma bercanda. Aela, pakai ngadu segala, " gerutu Abimanyu.
"ABI!! KAMU APAKAN ANAK BUNDA, HA?!"
"NGGAK ADA, BUN! " sahut Abimanyu. Dia lari terbirit- birit ke kamar sebelum mendapat siraman rohani dari Bunda.
Sedangkan Kara duduk anteng dengan muka polosnya. Dia memakan biskuit cokelat di dalam toples sambil menonton TV yang menayangkan Si kembar botak.
"Biskuitnya enak. Kara suka, hihihi, nyam nyam, " gumam Kara.
Tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/322987651-288-k659451.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku kara
Teen FictionKara itu hitam manis tapi imut. Banyak orang ingin mendekatinya karena merasa gemas dengan tingkah lucunya. Kara yang tidak punya siapa- siapa selain kucing peliharaannya bernama Mumu. Suatu ketika, Kara bertemu dengan seseorang. Orang itu lalu men...