Happy reading ya, all. Jangan lupa vote dan komen ya, teman- teman 😘🥰😉.
.
.
.
.
."BABY/ADEK!! "
Empat orang pemuda berteriak membangunkan adik kecil mereka yang sedang bergelung dalam selimut tebal. Salah satu dari mereka melompat- lompat di kasur. Ada juga yang memeluk buntalan yang bersembunyi dalam selimut.
"ABANG!! " Dia berteriak dengan nada kesal. Matanya menatap para abangnya dengan tajam. Bukannya serem, malah kelihatan menggemaskan di mata mereka.
"JANGAN GANGGU KARA, BISA NGGAK SIH?!"
"NGGAK!! "
"MOMMY, BUNDA, MAMI!! "
BRAAAKK!!
"Siapa yang berani ganggu anak saya, ha?!"
"ABIMANYU! "
"UTARA!"
"JUN/ EUN !"
Ketiga wanita menatap empat pemuda itu dengan nyalang. Mereka berempat sama- sama meneguk saliva. Jakun mereka naik turun dan tubuh mereka di serang keringat dingin.
"AMPUN, YANG MULIA RATU!! " mohon empat pemuda itu sambil bersujud. Sedangkan Kara, anak itu melanjutkan tidurnya.
Dua hari yang lalu, ketika Kara di bawa oleh keluarga Kim. Dia diberitahu oleh mereka sebuah kebenaran bahwa keluarga Kim adalah keluarga kandungnya dan Eun Woo adalah saudara kembarnya. Namanya yang sebenarnya adalah Kim Hyun-Woo. Memang, dulu sebelum Aina melahirkan, Ayah kandung Jung Kook meminta mereka untuk menyematkan nama tengahnya pada anak terakhir.
"Jadi, kalian semua adalah keluarga kandungku? tapi, Nenek bilang kalau Kara anak yatim piatu. Kalau kalian menang keluargaku, kenapa kalian baru menemukanku sekarang? " tanya Kara serius. Dia menatap mereka satu persatu.
Semuanya diam dan saling melirik. Eun Woo menghela napasnya. Dia sudah yakin kalau tidak ada yang mau menjelaskannya.
"Begini, baby.... " Eun Woo pun menceritakan keseluruhan kisah dari awal pertemuan Daddy dan Mommy. Semuanya lengkap, tanpa lebih ataupun kurang dan itu sesuai dengan fakta yang dia dapatkan dari sang daddy. Kara manggut- manggut seakan mengerti dengan jalan ceritanya. Hampir saja dia tertidur lagi.
"Sekarang kami menunggu keputusanmu. Apa kau akan tetap bersama kami atau memilih keluarga itu? " ucap Jun.
Kara diam sesaat. Di lubuk hati yang paling dalam, tentu dia memilih keluarga Bumi dan Desmond yang sudah membesarkannya.
Namun, di sisi lain dia tidak mau membuat keluarga kandungnya sedih. Jadi, dia memutuskan....
"Aku tidak bisa memilih, " jawabnya membuat suasana yang tegang menjadi hening. Mereka menatap Kara dengan penuh pertanyaan dan ketidakpuasan.
"Aku memutuskan untuk tidak memilih, karena untuk menjaga perasaan mereka dan kalian. Jika aku memilih salah satunya, maka akan ada yang tersakiti. Aku juga tidak mau membuat orang lain sendiri. Karena itu.... " Kara diam sebentar. Dia menatap ayah kandungnya. " Keputusan terakhir ada pada kalian. Mau bersamaku atau tidak? "
Semuanya diam. Mereka menimbang pilihan Kara. Mungkin agak berat, tetapi mereka harus menerimanya. Mereka tahu keputusan yang dipilih oleh Kara itu sangat tepat.
"Huft, kami.... " Mereka menarik napas dalam-dalam. Lalu, kemudian....
"—akan tinggal bersamamu. " Kara tersenyum lega mendengarnya.
Pada akhirnya keluarga Kim berakhir di rumah keluarga Bumi. Ketiga keluarga besar itu berkumpul bersama. Semua itu demi kesayangan mereka.
*****
"Apa kalian melupakanku? "
Tiba-tiba suara seseorang membuat mereka semua yang sedang bercanda ria di ruang tamu seketika menoleh. Ekspresi terkejut kentara sekali di wajah Keluarga Kim. Sedangkan Keluarga Bumi dan Desmond hanya diam dengan ekspresi berbeda. Mereka ( keluarga Bumi & Desmond) penasaran dengan pria paruh baya itu, kecuali Ayah Bagas dan Papi Barat yang memang sudah mengenalnya.
"KAKEK! " Eun Woo berlari menghampiri pria paruh baya itu yang di sambut dengan sebuah pelukan hangat.
"Cucuku, Eun Woo, " ucap pria itu senang. Matanya tanpa sadar bertemu dengan mata bulat yang menatapnya bingung. Pria paruh baya itu berkaca- kaca. Dia berjalan menghampiri anak tersebut dan langsung memeluknya.
"Aku sudah yakin ini kau, Hyun Woo, cucuku, " gumamnya lirih.
"Ayah, kapan kau sampai disini? " tanya Jung Kook.
"Diam kau, anak nakal! Kenapa kau tidak memberitahuku kalau sudah bertemu Hyun Woo, ha? Dasar anak durjana! "
"Maaf ayah. Kami sebenarnya mau memberitahu ayah saat ulang tahun ayah yang ke- 85 besok, " jawab Jung-Kook.
"Alasanmu saja. Kalau Jeno tidak melaporkannya padaku, mungkin aku telat menemui cucuku ini, " omel Kim Hyun Gi.
"Maaf, Kakek siapa ya? " tanya Kara menyela pembicaraan mereka. Dia menatap Kakek Hyun Gi polos.
Hyun Gi langsung menatap putra sulungnya dengan dingin. " Kau bahkan tidak memberitahu dia kalau aku adalah kakeknya. Kalau bukan putraku, sudah kukirim kau ke benua Antartika! "
"Maaf, " ucap Jung Kook berkali- kali. Hyun Gi hanya berdecih sinis.
Kembali ke masa sekarang, sesudah kehebohan yang dilakukan oleh empat orang pemuda itu dan berakhir di hukum oleh ketiga wanita yang menjadi ratu di rumah ini. Mereka berempat disuruh membersihkan rumah dan lainnya. Hal itu menjadi kesenangan bagi putra kedua Kim Jung Hwan dan Jia dan juga abang kandung dari Jun. Namanya Zen.
"Eh, ini masih kotor. Bersihin lagi! " titah Zen dengan tangan yang menaburi serbuk kuaci ke lantai.
"Bang, bisa nggak jangan buat kotor lagi. Aku sudah capek lho bersihkannya!" ujar Jun kesal.
"Suka- suka saya dong! " sahutnya meledek.
"Lihat saja, Gue balas Lo! " Jun mengancam dalam batin. Dengan sabar, dia menyapu kembali. Jun melihat Mama Jia keluar dari dapur. Seketika muncul bola lampu di kepala Jun. Jun menyeringai licik sambil melirik abangnya. Diam-diam dia pergi ke tempat lain tanpa sepengetahuan Zen.
"ASTAGA, ZEN!! "
Spontan Zen kaget. Dia melihat sang mama menatapnya tajam sambil berkacak pinggang. Dia baru menyadari sesuatu.
'Aish, benar- benar tuh si Jun. Licik juga anak itu, ' gerutunya kesal. Berakhirlah Zen di hukum oleh Mama Jia. Sedangkan Jun tertawa kecil dibalik dinding.
'Hihihi,rasain. Memangnya enak dihukum?' ejek Jun puas.
Tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/322987651-288-k659451.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku kara
Teen FictionKara itu hitam manis tapi imut. Banyak orang ingin mendekatinya karena merasa gemas dengan tingkah lucunya. Kara yang tidak punya siapa- siapa selain kucing peliharaannya bernama Mumu. Suatu ketika, Kara bertemu dengan seseorang. Orang itu lalu men...