Selamat membaca! Semoga menyukainya....
Abimanyu mengajak Kara ke dufan di hari minggu ini. Namun, mengapa Selatan dan Utara ikut? Darimana mereka tahu? Padahal Abi ingin berdua dengan adiknya tanpa gangguan orang lain.
"Lo berdua, ngapain ikut? " tanyanya sinis.
"Temani adek mainlah, masa joget, " jawab Utara tak kalah sinis.
"Mn, " sahut Selatan.
"Mending kalian pulang. Gue mau berdua dengan Kara. Lo berdua tuh nggak diajak!"
"Kami nggak minta tuh. Lagian kami kesini karena adek. Kalau Lo nggak suka, pulang saja sono! " Abimanyu berdecak mendengarnya. Sedangkan Kara hanya menonton perdebatan mereka bertiga.
'Jadi orang dewasa repot, ya. Kara ndak mau cepat dewasa, tapi umur Kara terus bertambah. Gimana dong, ' batinnya gelisah.
"Abang, ayo! Kara nggak sabar mau main!" Kara menggoyangkan jari telunjuk Abi.
"Iya, Dek, " balas Abi. Mereka masuk ke dalam. Kara sangat kagum dengan isi di dalam. Dia mencoba beberapa permainan disana. Dari poci- poci, kora-kora, rumah jahil dll.
"Bang, naik itu yuk! " ajak Kara antusias. Dia menunjuk sebuah wahana yang bertuliskan nama "Kereta misteri". Utara yang melihat itu langsung merinding.
" Jangan, Dek. Itu nggak baik, " bujuk Utara.
"Kenapa, Bang? " tanya Kara bingung.
"Keretanya serem ada hantunya. Adek mau di gigit sama poci? " tanya Utara yang mendapat jitakan di kepala oleh Selatan.
"Jangan nakutin Adek, Tara! " tegur Selatan yang di balas cengirannya si Utara.
"Dasar penakut! " ejek Abimanyu pada Utara.
"Memangnya Lo kagak? " tanya Utara sinis.
"Nggak tuh. Gue cowok sejati, nggak kayak Lo. Gitu aja udah lemes, " cemo' oh Abimanyu.
"Gelut kita yok, Bi! " Utara menaikkan lengan bajunya.
"Nggak minat! " jawab Abimanyu. Dia membawa Kara pergi.
"Abi anj—" Utara tidak jadi melanjutkannya karena mendapat tatapan membunuh dari Selatan. "Abi Anjasmara, " sambutnya dengan senyum perdamaian.
"Serem amat si Etan. Lha, kenapa Gue harus takut, ya? " bingung Utara.
Selesai bermain beberapa wahana, Kara dan ketiga abangnya mampir ke tempat jajanan yang di jual di pinggir jalan. Berbagai macam aroma makanan menyeruak ke hidung mereka membuat mereka tergiur untuk mencicipinya.
*****
Di sisi lain, Keluarga besar Kim di gemparkan dengan kaburnya putra bungsu mereka, Kim Eun Woo. Pemimpin keluarga Kim marah besar mendengar kabar tersebut.
"CARI CUCUKU SAMPAI KETEMU! JIKA GAGAL, AKU AKAN MEMENGGAL KALIAN SEMUA!! " bentaknya dengan penuh emosi. Kim Hyun Gi, begitulah semua orang mengenalnya. Semua orang sangat menghormatinya, terutama keluarganya sendiri.
Sejak kejadian beberapa tahun silam, Kim Hyun Gi selalu bersikap protektif pada Kim Eun Woo. Sikapnya semakin dingin dan hanya hangat pada Kim Eun Woo. Sayangnya, karakter Kim Eun Woo mirip dengan dirinya. Tidak hanya Kim Eun Woo, semua laki- laki di keluarganya tidak memiliki ekspresi dan irit bicara kalau tidak diperlukan.
Sementara orang yang sedang membuat kehebohan sudah tiba di jakarta sekitar tujuh jam yang lalu. Dia memandang pemandangan di sekitarnya dengan kagum. Rasa penasaran yang selalu ditahan olehnya muncul kembali.
Dia menghampiri gerobak yang menjual aneka jajanan. Dia meneguk saliva beberapa kali. Ketika Dia mau berjalan beberapa langkah, tidak sengaja seorang anak berbadan mungil menabrak dirinya.
"Aduh!! " Keduanya sama-sama terjatuh. Dia meringis karena sikunya mengenai sesuatu tajam. Sialnya, Dia memakai baju lengan pendek.
"Maafkan Aku..., sikumu terluka. Biar Aku obati, " kata anak itu.
"No pro—" Dia ingin menepis tangan anak itu, tetapi berhenti dengan wajah syok melihat wajah anak tersebut. Matanya berkaca- kaca dan langsung memeluk anak itu dengan erat. Sepertinya, anak itu terkejut. Dia bisa merasakannya dari gerakan tubuh anak ini.
"So- sorry, " ucapnya. Dia melepas pelukannya. Dia merasa nyaman saat memeluk anak ini. Seperti ada ikatan tak kasat mata di antara mereka. Anak itu juga merasakan hal yang sama.
"KARA!! " Tiga orang remaja berlari menghampiri anak tersebut. Ternyata namanya Kara.
"Ka—lho, kok Kara- nya ada dua? " tanya Utara bingung. Selatan dan Abimanyu ikutan bingung.
"Apanya dua, Bang? Kara cuma satu, kok. Kara itu Kara, " timpal Kara.
"Coba adek lihat anak ini, Dia mirip kamu, ' kan? " tunjuk Utara.
Kara memicingkan mata. Dia akui wajah anak ini mirip. Hanya postur tubuh yang membedakan mereka berdua. Tubuh anak ini lebih kurus, kulitnya putih bersih dan tingginya di bawah bahu Abimanyu. Sedangkan, Kara di bawah bahu anak ini.
"Iya, mirip. Kok Kamu mirip Aku? Kamu niru Aku, ' ya? " tuding Kara.
"Tidak. Ini memang wajahku dari lahir, " jawab anak itu dengan nada patah- patah. Untung saja Dia sudah belajar bahasa Indonesia sebelum datang kesini.
"Jangan-jangan kalian kembar yang terpisah? " duga Utara asal.
".... "
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku kara
Teen FictionKara itu hitam manis tapi imut. Banyak orang ingin mendekatinya karena merasa gemas dengan tingkah lucunya. Kara yang tidak punya siapa- siapa selain kucing peliharaannya bernama Mumu. Suatu ketika, Kara bertemu dengan seseorang. Orang itu lalu men...