Part 31

2.3K 221 3
                                    

Happy reading ya, all! Jangan lupa vote ' n komen ya, Teman-teman 😉🥰.
.
.
.
.
.
.

"Tuan Presdir. " Lee Jeno, asisten yang merangkap sebagai sekretaris putra pertama dari Kim Hyun Gi ini menghampiri Presdir Kim yang sedang berbicara dengan seorang pria. Dia langsung membungkuk sedikit memberi hormat.

"Ada apa? " tanya Presdir Kim.

"Dia sudah beraksi, Tuan Presdir. Targetnya putra bungsu anda, " beritahu Jeno sambil berbisik di telinga Presdir Kim.

Mendengar itu, Presdir Kim memukul meja dengan keras membuat pria di depannya kaget dengan mata terbelalak.

"Orang itu tidak ada kapoknya. Sampai sekarang dia masih saja membuat ulah. Sepertinya ancaman ku dulu mempan untuknya! " geram Presdir Kim dengan rahang mengeras dan wajah merah padam.

Pria berwajah kebule- bulean yang sedari tadi memperhatikan rekan bisnisnya berbicara pada asistennya ,terutama melihat ekspresi Presdir Kim membuatnya diliputi penasaran. "Sorry president Kim, what are you guys discussing? why are you so angry? ( maaf presiden Kim, apa yang kalian diskusikan? kenapa kamu sangat marah?) " tanya pria bernama lengkap Michael Nelson itu pada Presdir Kim. Dia kurang mengerti dengan bahasa yang dipakai oleh rekan bisnisnya.

Presdir Kim seketika tersadar. Dia lupa kalau rekan bisnisnya masih ada di sini. Dia lalu menjelaskannya sambil meminta maaf. " Nothing, Mr. Nelson. We only covered the issue of the failed project yesterday. Sorry for the inconvenience, Mr Nelson ( Tidak ada, Pak Nelson. Kami hanya membahas masalah proyek yang gagal kemarin. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, Pak Nelson). "

Michael mengangguk. " It's okay, President Kim. Looks like President Kim has important business. About the project that we will discuss later, tomorrow I will discuss again with you. Thank you for your cooperation, President Kim ( Tidak apa-apa, Presiden Kim. Sepertinya Presiden Kim memiliki urusan penting. Tentang project yang akan kita bahas nanti, besok akan saya bahas lagi dengan anda. Terima kasih atas kerja sama Anda, Presdir Kim). " Dia mengulurkan tangannya dan mereka berdua saling berjabat tangan.

Presdir Kim mengantar tamu pentingnya keluar. Mereka masih mengobrol  sampai Michael benar- benar pergi. Presdir Kim menutup pintu ruangannya dan kembali membahas masalah tadi dengan Lee Jeno.

******

"Apa putraku baik- baik saja? " tanya Presdir Kim. Raut wajah datarnya terlihat khawatir. Lee Jeno menyadari itu. Walau sangat tipis untuk dilihat.

"Anak itu tidak apa- apa, Tuan Presdir. Mungkin dia belum mengetahuinya. Untung saja rekan saya yang mengawasi putra anda menyingkirkan sesuatu yang membahayakan putra anda, " terang Lee Jeno.

Presdir Kim mengeratkan kepalan tinjunya. " Mereka sudah berani menunjukkan batang hidungnya. Sepertinya wanita itu tidak ingin hidup. Dia pasti sudah membocorkan hal itu pada si keparat itu! "

"Mungkin saja. Saya sempat melihat dia berbicara dengan seorang pria dan satu lagi seorang anak kecil. Mereka sedang merencanakan sesuatu yang jahat. Targetnya adalah Kara, " jelas Lee Jeno.

"Kau sudah beritahu anak- anak lain mengenai masalah ini? " tanya Presdir Kim.

"Saya hanya memberitahu Tuan Muda Selatan, Tuan Presdir. Mungkin dia sudah menceritakannya pada yang lain, " jawab Lee Jeno.

"Kenapa harus anak si Barat itu? Kenapa bukan Jun atau Eun Woo? " tanya Presdir Kim tidak terima.

"Tuan muda Selatan lebih bisa diandalkan, Tuan Presdir, " jawab Lee Jeno santai.

Presdir Kim langsung menatap Jeno tajam. " Jadi, maksudmu putra- putraku tidak berguna begitu?! " tanyanya marah.

"Bukan tidak berguna, Tuan Presdir. Lebih tepatnya, mereka berdua tidak pernah serius dalam situasi yang sulit. Saya rasa Tuan Muda Selatan bisa dipercayai dalam hal ini, " bela Lee Jeno.

"Terserah kau saja. Kau bisa pergi sekarang. Jangan lupa selesaikan berkas tempo lalu. Periksa lagi kalau ada yang salah. Lalu, suruh karyawan lain untuk libur sehari besok. Soalnya hari ini kita lembur. Aku ada urusan besok ke Jakarta. Adikku yang akan menggantikanku lusa nanti, " ucap Presdir Kim. Lee Jeno hanya mengangguk. Dia pamit seraya meninggalkan ruangan Presdir.

'Lembur lagi. Kenapa tidak diliburkan sekaligus? Sabar, Jeno. Tidak apa- apa, yang penting gajinya besar. Kapan Aku bisa naik pangkat jadi bos, ya? Ah, pokoknya Aku harus semangat. Pikirkan bonus yang besar sedang menunggumu di depan, ' ucap batin Lee Jeno setelah keluar dari ruangan Presdir Kim. Dia menyemangati dirinya sebelum berjuang menghadapi berkas yang sudah menumpuk di meja kerjanya.

*****

Sementara di belahan bumi lainnya. Kara dan Abimanyu sedang menonton kartun Spongebob. Tidak lupa mereka menaruh banyak snack dan minuman kaleng di tempat tidur. Hari ini Kara istirahat untuk menjernihkan otaknya yang sudah terkuras habis di sekolah.

"Bang, Adek bobo dulu. Adek udah ngantuk, " ucap Kara sambil mengucek matanya. Namun, Abimanyu menahan tangannya saat mau mengucek lagi.

"Jangan dikucek, nanti matanya merah. Adek tidur aja kalau ngantuk. Nanti makan malam Abang bangunin, " ucap Abimanyu.

Kara menyahut dengan gumaman tidak jelas. Matanya sudah berat untuk dibuka. Dia pun tertidur pulas sambil memeluk perut Abimanyu yang masih fokus dengan kartun yang ditayangkan di TV.

"A—" Utara yang hendak masuk langsung mengatupkan mulutnya saat Abimanyu memberi isyarat jari telunjuk di bibir supaya Utara tidak bersuara.

Utara berjalan dengan menjinjit dan tidak mengeluarkan suara. Dia naik ke tempat tidur dan ikut berbaring di samping Kara. Sebelum memejamkan mata, Utara mencium aroma sampo bayi di rambut adiknya.

"Aish, udah tidur aja nih anak, " gumam Abi kesal. Dia kira Utara akan menemaninya nonton, tetapi Utara malah ikutan tidur. Abimanyu mematikan televisi dengan remote. Dia membuang sampah bungkusan snack ke dalam keranjang sampah. Sesudah itu, dia pun ikut berbaring di samping kanan adiknya.

Tbc.

( Sorry, kalau bahasa Inggris nya belepotan. Saya belajar dari mbah google. Semoga kalian menyukainya. Terima kasih untuk yang sudah membaca ceritaku 🥰☺)

Namaku karaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang