Part 4

15.8K 1.2K 21
                                    

Selamat membaca!

"Siapa Dia? " tanya Papi Barat.

"Adikku, Pi, " jawab Abimanyu dan Selatan kompak.

"Haa?? "  Mereka memandang Abimanyu dan Selatan bingung, tidak, lebih tepatnya pada Selatan.

"Lo kenapa, Tan? Sejak kapan Adik Gue jadi Adik Lo? " tanya Abimanyu tak terima.

"Tadi, " jawab Selatan singkat. Abimanyu berdecak mendengarnya.

"Namanya Kara. Dia ini adik angkatnya Abi, " jelas Abimanyu membuat keduanya mengangguk.

"Halo, Sayang, " sapa Mami Timur.

"Ha-halo, " balas Kara malu- malu sambil memeluk perut Abimanyu.

"Pi, Dia mirip ya, " bisik Mami Timur. Papi Barat mengangguk. " Jangan-jangan Dia..., Pi. "

"Nggak mungkinlah, Mi. Mungkin saja kebetulan hanya mirip. Dia bilang pada Papi kalau anaknya sudah meninggal saat dilahirkan, " jawab Papi.

"Papi yakin? " Papi Barat mengangguk lagi.

"Kalian ngomongin apa, Pi, Mi? " tanya Utara.

"Tidak ada, Sayang. Hanya masalah bisnis. Sebaiknya kita masuk dulu, " ajak Mami. Mereka lalu duduk di ruang tamu sambil berbincang. Sekarang tinggal Abimanyu dan Kara, Bara dan Diki sudah pulang karena urusan mereka sudah selesai. Mami Timur membuat cemilan dan minuman untuk mereka.

"Kamu sudah tahu siapa yang mengeroyokmu?" tanya Papi Barat.

"Sudah, Pi. Dia itu anak buah dari musuhnya Selatan. Mungkin karena Aku lebih dekat dengan Selatan, Mereka mengira Aku adalah saudaranya, " jawab Abimanyu.

"Pasti orang itu lagi. Ck, memang minta dihajar, " ujar Utara. " Tan, gimana? " tanyanya.

"Besok, " jawab Selatan singkat. Meski tidak paham, Utara tetap mengangguk seolah mengerti bahasa kembarannya ini.

"Pi, Abi pulang dulu. Kayanya Adek udah mengantuk, " kata Abimanyu.

Mereka melihat Kara yang sudah tertidur dalam dekapan Papi Barat sambil mengemut ibu jari.

"Lucu banget! " pekik Utara pelan.

"Tidur disini saja, Bi. Nanti Mami minta izin sama Bundamu, " sahut Mami Timur yang baru datang. Dia sempat mendengar perkataan Abimanyu.

Abimanyu berpikir sejenak, " tapi... " Dia ragu. " Kasihan Bunda sendirian di rumah, " sambungnya.

"Ayahmu dimana? " tanya Papi Barat.

"Dia sudah pergi ke London pagi tadi, mengurus bisnisnya, " jawab Abimanyu.

"Lho, bukannya di China ya? "

"Cabangnya banyak, Pi, " jawab Abimanyu.

"Ya, sudahlah. Kasihan juga Bundamu. Lain kali datang kesini ya, bawa juga Kara," pesan Mami Timur.

"Iya, Mi. Kami pamit dulu. " Abimanyu menggendong Kara. Demi keselamatan Kara, Selatan yang akan mengantar mereka pulang. Dia tidak ingin kesayangannya ( Kara) kenapa- napa nanti.

"Hati-hati! " pesan Mami Timur.

"Iya, Mi, " jawab Abimanyu. Sedang Selatan membalasnya dengan klakson.


******

Setelah bangun, Kara bermain dengan Mumu di halaman belakang di temani Abimanyu. Kebetulan hari ini Dia libur sekolah.

"Mumu, sini! " Kara membawa Mumu ke dalam pelukan dan menduselkan wajahnya ke perut Mumu. Mumu yang kegelian menggigit rambut Kara.

"Mumu lucu, hihi. " Kara tertawa sambil menggelitik Mumu.

"Oh, iya, Mumu belum makan. Maaf ya, Kara lupa, " ucap Kara. Dia lalu menggendong Mumu dan menghampiri Abimanyu yang sedang memetik buah jambu.

"Abang! " panggil Kara.

"Hm, apa Dek? " jawab Abimanyu plus bertanya.

"Ada ikan untuk Mumu, Bang? Mumu lapar, Bang, " ucap Kara.

"Ha? Ikan...? " Abimanyu memandang kucing pirang dalam gendongan Kara.

"Nggak usah ikan, Dek. Sini ikut Abang. Kebetulan ada makanan khusus untuknya," ujar Abimanyu. Dia mengajak Kara masuk ke dalam. Untung saja, tadi Dia mampir ke Pet Shop karena teringat dengan kucing peliharaan Kara.

Abimanyu membuka makanan kaleng kucing ber merek life cat khusus kucing dewasa. Dia menaruhnya ke dalam mangkuk dan di berikan pada Mumu.

"Meong! " Mumu menyantapnya dengan lahap.

"Dimana Abang beli makanan itu? " tanya Kara.

"Di Pet Shop, Dek, " jawab Abimanyu.

"Pet Shop? " ulang Kara. " Apa itu? "

"Toko yang menjual kebutuhan kucing, " terang Abimanyu.

"Kapan - kapan ajak Kara ya, Bang. Kara mau lihat, " ujar Kara di iyakan oleh Abimanyu.

"ABI, KARA, AYO KE SINI! KITA MAKAN SIANG DULU! " teriak Bunda Nila.

"IYA, BUN! " jawab Mereka kompak.

Keduanya menghampiri Bunda Nila yang lagi menyendokkan nasi ke piring.

"Sini Nak, kita makan, " ajak Bunda Nila. " Kara, mau apa? " tanyanya.

"Eem, Kara mau ayam goreng, Bun, " jawab Kara antusias.

"Pakai sayur, ya, " ucap Bunda Nila.

"Nggak usah, Bun. Sayurnya pahit, " tolak Kara. Dia sudah pernah mencobanya ketika Nenek masih hidup. Rasanya agak pahit di lidah.

"Ini nggak pahit, Sayang. Kamu pasti suka, " jawab Bunda Nila.

"Ya deh, Bun. " Kara pasrah saja ketika Bunda Nila mencampurkan sayur yang di tumis ke dalam piring.

Kara mencicipinya sebentar dengan ragu. Ada rasa sedikit asin dan manis bersamaan. Tidak ada rasa pahit yang dirasakan oleh lidahnya. "Enak, " ucapnya. Mulai sekarang, Dia akan menyukai yang namanya sayuran.

"Sayur apa namanya, Bun? Kok seenak ini? " tanya Kara.

"Sayur kangkung, Sayang. Bunda tumis sayurnya biar Kamu suka" jawab Bunda Nila.

"Masakin lagi yang seperti ini ya, Bun, " pinta Kara.

"Apapun untuk anak Bunda, " jawab Bunda sambil mengelus rambut Kara.

"Bun, Abi gimana? " tanya Abimanyu dengan wajah memelas.

"Abi juga nanti Bunda buatkan, " jawab Bunda Nila.

"Wajah Abang jelek sekali, " ejek Kara.

"Bilang sekali lagi! "

"Jelek! "

"Hei, Abang seganteng Lionel Messi dibilang jelek. Wah, parah nih anak. Untung Adek," ujar Abimanyu gemas

"Bun, Abi ganteng, nggak? " tanya Abimanyu percaya diri.

"Nggak, " jawab Bunda Nila membuat Kara cekikikan.

"BUUN! " rengek Abi.

Tbc.

Namaku karaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang