Happy reading, All! Jangan lupa vote ' n komennya, teman- teman ☺🥰😉.
.
.
.
."Awsh, sssh, pelan- pelan dek, " rintih pemuda tersebut.
"Ini udah pelan, Bang. Jangan lebay deh," sahut pemuda lain yang berbadan lebih kecil.
"Aahh, sakit! Jangan kuat- kuat, Dek, "peringatnya.
" Gitu aja sakit. Ck, lebay amat Loe, Sat. Makanya jadi orang nggak usah sok jadi pahlawan deh, " ejek Andre. Dia sudah berada di rumah keluarga Desmond saat mendapat telepon dari Abimanyu kalau Satria terluka. Tentu saja dia sangat panik dangan khawatir. Dia sampai lupa memberitahu orang tuanya.
Ketika mendengar cerita Kara, Andre yang semula sangat khawatir malah meledek Satria habis- habisan.
"Lo belum tahu rasanya di tonjok sama banyak orang. Mending Lo diem, Dre. Lo mungkin bakalan pingsan duluan kalau di posisi gue, " ucap Satria.
"Yee, mana mungkinlah. Mengalahkan mereka mah gampang. Tinggal sap, sap, sap mereka bakalan k.o duluan, " ujar Andre sombong seraya menirukan gaya kungfu ala Jackie Chan.
"Dih, sombong amat Lo, bocah, " celetuk Utara dengan muka julidnya.
Andre mengusap hidungnya dengan jempol. " Iya dong. Andre gitu lho, " jawabnya bangga.
"Coba lawan dua orang bodyguard yang berjaga di depan pintu, " tantang Utara.
Andre terdiam sesaat. Dia langsung menyengir. " Janganlah, Bang. Gue belum menikmati masih muda. Gue cuma bercanda tadi. Nggak usah di anggap serius, Bang. "
"Baru gitu aja udah mundur duluan. Cih, mentalnya cemen, " ejek Utara pedas. " Kalau mau bercanda, pikirkan dulu sebelum tahu akibatnya nanti, " sambung Utara.
Sebelum mengomeli Andre panjang dan lebar, tiba-tiba seseorang masuk. Orang itu menenteng sebuah plastik besar.
"Etan mana? " tanya Utara pada orang itu.
"Dia lagi ada meeting sama klien, " jawab orang itu. Dia tak lain adalah Jun. Lelaki itu meletakkan bungkusan plastik itu di nakas samping tempat tidur . Kemudian, Dia mengeluarkan semua isi.
"Abi? Eun Woo? " tanya Utara.
"Oh, dia lagi di rumah Bara dan Diki. Katanya ada tugas kelompok dari dosen kampusnya. Eun Woo istirahat di rumah," jawab Jun. Utara mengangguk paham.
"Apa itu? " tanyanya seraya mengintip apa yang di bawakan oleh Jun.
"Makan malam dari Mamaku, " jawab Jun. Dia memberi dia buah kotak bekal pada Kara dan Satria.
"Gue nggak dikasih, Bang? " tanya Andre.
"Eh, ada orang rupanya. Gue pikir petugas asisten dokter tadi, " ucap Jun.
"Pffft." Utara tertawa keras.
"Gini amat jadi orang asing, ya, " gumam Andre sedih. Padahal dia sedang pura- pura untuk menarik simpati seseorang.
"Makan punya adek saja, Bang, " kata Kara. Dia menyodorkan kotak bekal miliknya.
Nah, kan! Dia sudah menduganya. " Nggak usah, Dek. Abang udah makan tadi, " jawabnya seraya menolak pemberian Kara. Tidak apa- apalah jaim di depan Kara.
"Oh, gitu. Ya udah deh, " ucap Kara. Dia menarik kembali kotak bekalnya. Andre yang melihat itu seketika melongo. Dia pikir Kara akan membujuknya untuk menerima kotak bekalnya. Ternyata ekspetasinya di luar dugaan.
"Lho, kok di ambil lagi, Dek? " tanya Andre.
"Memang kenapa, Bang? Ini kan bekal milik adek. Karena abang nolak, ya adek makan daripada mubazir, " jawab Kara dengan wajah polosnya.
"Aish, nggak peka nih anak, " gumam Andre kesal.
"Makanya jadi orang jangan sok jual mahal, " ejek Satria.
"Mending Lo diam, Sat, " ujar Andre. Dia yang tadinya kesal semakin kesal karena diejek oleh sepupu durjananya ini. Pada akhirnya Andre ikut makan bersama mereka, disuapin oleh Kara.
****
Tap....
Tap....
Tap....
Suara sepatu beradu dengan lantai terdengar dalam ruangan yang gelap. Dia adalah seseorang yang mengenakan hoodie berwarna hitam dengan masker berwarna senada. Orang itu melirik ke sekitar dengan waspada. Dia membuka sebuah penutup yang menyerupai lantai di salah satu ruangan dan masuk ke dalamnya.
Dia melangkah dengan pelan di tengah lorong yang gelap itu. Langkahnya berhenti di depan sebuah kurungan besi. Ada dua orang pria berbadan kekar menjaga kurungan tersebut.
"Buka! "
"Baik, Bos! "
Mereka berdua membuka kurungan itu dan mempersilahkan orang yang di panggil Bos itu masuk. Orang berjalan menghampiri seorang perempuan yang kedua tangan dan kakinya di rantai. Dia memandang wajah yang di tutupi rambut panjangnya dengan sinis.
"Ckck, sungguh malang sekali, " gumamnya.
Perempuan dengan wajah setengah terbakar itu membuka mata. Dia melotot marah, tetapi tidak bisa bicara karena mulutnya disumpal dengan kain.
"Apa kabar? Kau pasti betah tinggal disini, kan? Aku membawa berita untukmu. Kau pasti senang mendengarnya. Selamat ya, misimu berhasil. Aku sangat terharu lho. Sayang sekali kali ini kau tidak akan bisa menghalangiku. Tenang saja aku tidak akan melukai dia, tetapi aku akan memanfaatnya untuk membunuh orang yang kau lindungi, putra angkatmu. Kau pasti kaget, kan? Usahamu untuk melindunginya sia- sia. Kali ini kupastikan dia mati di tangan kakak angkatnya sendiri. Ini sangat menarik bukan, wahai adikku tersayang.... "
Orang itu tersenyum menyeramkan. " Aku juga akan memastikan kau ikut menyaksikan kematiannya. Itu aja informasinya. Bye bye, adikku tersayang. Aku pergi dulu, muach. " Dia meninggalkan tempat itu tanpa menghiraukan teriakan tidak jelas dari perempuan itu.
Dalam ruangan yang gelap itu, perempuan itu hanya mampu menitikkan air matanya.
'Kumohon, tolong lindungi kedua putraku dari Kak Lista, Tuhan. '
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku kara
Teen FictionKara itu hitam manis tapi imut. Banyak orang ingin mendekatinya karena merasa gemas dengan tingkah lucunya. Kara yang tidak punya siapa- siapa selain kucing peliharaannya bernama Mumu. Suatu ketika, Kara bertemu dengan seseorang. Orang itu lalu men...