Part 6

13.4K 893 28
                                    

Selamat membaca!

Di belahan bumi lain, terlihat seorang pria memakai stelan kantor warna biru sedang mengerjakan sesuatu di laptop.

Kim Jung- kook, Presiden utama dan pemilik perusahaan KH Group. Pria tanpa ekpresi itu sangat di segani oleh semua orang. Namun, Dia akan bersikap lunak pada keluarganya, termasuk Dia.

Ketukan pintu dari luar tidak membuat Presdir Jung- Kook terganggu. Dia menyuruh orang itu untuk masuk tanpa menghentikan pekerjaan yang Ia lakukan.

"Tuan Presdir, Saya mau menyerahkan laporan hari ini, " ucap Asisten pribadi Lee Jeno.

"Hm, " jawab Presdir Jung- Kook. Lee Jeno meletakkan berkas tersebut di samping Presdir dengan hati- hati.

"Bagaimana perkembangannya? " tanya Presdir tanpa memandang lawan bicaranya.

"Maaf, Presdir. Sepertinya Kami belum menemukan keberadaan Dia, " jawab Lee Jeno.

"Huft, Aku mengerti. Kau, keluarlah dulu, " pinta Presdir.

Lee Jeno membungkuk, " baik, Presdir. " Dia pamit meninggalkan ruangan tersebut.

Presdir Kim menutup laptopnya setelah menyimpan file berkas yang Ia kerjakan. Dia mendongak ke atas sambil menghela nafas berkali- kali.

"Dimana Kamu? Sudah lima tahun Kamu menghilang. Semua orang sangat menantikanmu. Aku yakin Kamu masih hidup dan mungkin seumuran dengan Eun Woo, " gumamnya pilu. Tanpa sengaja, Dia menitikkan air matanya.

*****

Sore ini Kara di ajak oleh Abimanyu ke rumah keluarga Desmond. Sebenarnya, Mami Timur yang minta. Itu karena Dia merindukan anak itu. Bunda Nila tidak ikut karena mengurus usaha butiknya. Kebetulan Abimanyu baru pulang dari sekolah. Jadi, Dia bisa menemani Kara ke rumah sahabat orang tuanya. Yang paling antusias mendengar kabar kedatangan Kara adalah Selatan. Dia sampai membeli beberapa mainan sebelum Kara datang. Utara sampai heran dengan tingkah kembarannya.

"Buat apa semua itu, Tan? Lo mau buka toko mainan, ya? " celetuk Utara.

"Tidak, " jawab Selatan tak acuh. Dia sibuk menengok ke pintu.

"Lo nunggu siapa, Tan? " tanya Utara melihat gelagat Selatan.

"Kara, " jawab Selatan singkat.

Utara berdecak. " Ck, untung Lo kembaran Gue, Tan. " Bersyukurlah Dia diberikan otak yang encer dan bisa mengerti bahasa si kutub Selatan.

"Duduk saja, Tan. Bentar lagi Mereka datang, " suruh Utara, tetapi tidak di tanggapi oleh Selatan. Utara mendengkus kesal.

Tak lama, orang yang di tunggu muncul. Dia sedang di gendong oleh Abimanyu. Buru- buru Selatan merebut Kara dari gendongan Abimanyu. Hampir saja Abimanyu jatuh.

"Kalau mau ambil, bilang dong. Untung badan Gue strong. Dasar.... " Abimanyu cengengesan ketika mendapat tatapan tajam dari Selatan.

Selatan membawa Kara ke kamar. Dia menunjukkan semua mainan seperti robot, mobil, pesawat dan boneka pada Kara. Namun, pandangan Kara jatuh pada puzzle yang terletak di tempat tidur.

"Bang, Kara mau main ini, boleh? " tanya Kara.

Selatan menatap puzzle di tangan Kara. Dia baru ingat belum menyusun puzzle nya.

"Boleh, Baby, " jawab Selatan.

Selatan menyuruh Kara untuk duduk di pangkuannya. Mereka main puzzle bersama sambil bercanda ria.

"Yeey, Kara berhasil! " pekik Kara senang. Dia sampai melompat membuat Selatan reflek memeluk perut anak itu dengan erat.

"Hati-hati, baby, " kata Selatan.

"Maaf, Abang, " ucap Kara. Dia mengecup pipi Selatan agar tidak marah. Rasanya Selatan di kelilingi kupu- kupu di dadanya. Dia sangat senang mendapat kecupan dari adik kesayangannya.

Puas bermain, Selatan dan Kara keluar dari kamar dan menuju ruang keluarga. Di sana Papi dan Mami sedang berbincang sambil menonton TV yang menayangkan berita yang lagi viral. Utara dan Abimanyu lagi bermain game di kamar Utara.

"Papi! " panggil Kara membuat kedua orang itu menoleh.

"Eh, baby! Sini, Sayang, " ujar Papi Barat.

Kara tidak bisa turun karena Selatan memeluknya dengan erat.

"Abang, turunin Kara. Kara mau sama Papi! " rengek Kara.

"Tidak. Kamu sama Abang saja. Papi bau, Dia belum mandi, " hasut Selatan membuat Papi Barat melotot padanya.

"Eh, Papi wangi, ya. Kamu jangan mengada- ngada deh, Tan, " bantah Papi. " Jangan percaya sama Dia, Baby. Kemarikan putraku, Selatan! "

"Ini Adik Selatan, bukan putra Papi. Putra Papi tuh Utara. Peluk saja Dia! " Selatan mendekap Kara dengan posesif. Dia mana berbagi dengan siapapun, kalau menyangkut kesayangannya.

"Dasar pelit! "

"Papa juga pelit! "

Mami Timur geleng- geleng kepala dengan tingkah mereka berdua. Kalau sudah menyangkut soal Kara, Dua lelaki minim ekspresi ini akan bertingkah seperti anak kecil. Mami Timur lalu bertindak sebelum perang dunia terjadi. Dia merebut Kara dengan paksa dari tangan Selatan dan membawanya kabur.

"Mami, kembalikan adikku/ putraku! " teriak dua orang itu bersamaan.

"Papi ngapain ngikutin Aku? " sungut Selatan.

"Siapa juga yang ngikutin Kamu? Jangan ge-er, deh! "

"Huh, Papi nyebelin! "

"Kamu lebih lagi! "

"Huh!! " Mereka berdua sama- sama membuang wajah. Tanpa sadar, tindakan mereka itu diamati oleh dua anak manusia dari lantai atas.

"Apa itu beneran si kutub Selatan? " tanya Abimanyu.

"Kayanya bukan, deh. Pasti Dia alien yang sedang menyamar, " sahut Utara.

"Papi Barat juga aneh. Tidak seperti dirinya, " ucap Abimanyu.

"Mungkin otak Mereka sedang error kali, makanya tingkahnya se- aneh itu, " jawab Utara.

"Ngomong- ngomong, baru kali ini Gue lihat ekspresi lain dari Selatan, " ucap Abimanyu di setujui oleh Utara. " Apa karena Kara, ya? " gumamnya .

"Hm, maybe, " jawab Utara. Mereka pun diam sambil memandang perdebatan dua orang itu dari atas.

Tbc.


Namaku karaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang