Happy reading, All!
"Balonku ada tiga
Rupa-rupanya warnanya
Merah, kuning dan kelabu
Meletus balon hijau, dorr! ""Eh, Dorr! "
"Sempak Abi Doraemon! "
"Ayah mau janda! "
Kara tertawa terpingkal- pingkal melihat reaksi mereka bertiga. Bibi pelayan geleng- geleng melihat tingkah anak majikannya.
"KARA/ ADEK! " pekik Mereka geram. Si pelaku hanya menyengir memamerkan gigi gingsulnya diantara deretan gigi putihnya.
"AYAH TIDUR DI LUAR. BUNDA NGAMBEK!" tegas Bunda Nila.
"Lha, salah Ayah apa, Bun? Yang nyanyi si Adek, kenapa Ayah disalahin? " tanya Ayah Bagas tak terima.
"Ayah juga salah. Siapa suruh bilang mau janda. Pokoknya Bunda ngambek no debat! Titik nggak pake koma! " tekan Bunda Nila.
"Jangan dong, Bun. Gimana kalau Ayah kedinginan nanti? Siapa yang mau hangatkan Ayah? " rengek Ayah Bagas.
"Tuh, Pupu ada! " tunjuk Bunda Nila pada seekor monyet yang sedang duduk santai di depan Tv sambil makan pisang. Dia adalah peliharaan Kara, pengganti Mumu.
Tiga tahun lalu, Mumu meninggalkan Kara karena umurnya yang sudah tua. Kara sempat demam tinggi dan dilarikan ke rumah sakit. Untuk menghibur Kara, Selatan memberi seekor monyet kesayangannya pada Kara. Syukurlah, Kara kembali ceria. Kara pun menamainya Pupu.
*****
"Abang, ayo kita kerumah Bang Etan! Adek kangen sama Bang Etan dan Bang Tara! " rengek Kara. Dia tidak peduli dengan perdebatan ke dua orang tuanya.
"Besok aja, ya. Hari ini Abang ada tugas. Kemarin Kamu sudah ketemu mereka, masa sekarang kangen, " ucap Abimanyu.
Kara memanyunkan bibirnya. Dia menghentakkan kedua kakinya. " Ayo, Abang. Adek nangis nih kalau Abang nggak nurutin Adek, " ancam Kara.
"Nangis aja. Udah gede, masih aja cengeng. Kalau kamu kangen sama mereka, ya tinggal telepon, apa susahnya sih? " ujar Abimanyu dengan mata fokus ke laptop dan jemari yang lincah mengetik keyboard.
"Begitu syulit punya Abang yang baik. Nanti Adek pecat jadi Abang lho, " ancam Kara.
"Aduh, Dek. Besok aja, ya. Tugas Abang banyak nih. Emang Adek mau Abang dihukum Dosen? " tanya Abimanyu.
"Nggak mau. Emangnya banyak ya, Bang. Nggak bisa ditunda gitu? " tanya Kara. Dia mengintip ke laptop Abimanyu. Kepalanya sudah pusing melihat angka dan huruf yang asing. Sayangnya, kapasitas otaknya tidak sehebat Albert Einstein.
"Tidak bisa, Dek. Harus dikerjakan sekarang. Soalnya kemarin, dosennya abang sudah memberi waktu selama seminggu. Karena Abang sibuk kerja, jadi tugasnya tertunda sampai sekarang, " ungkap Abimanyu.
"Ya udah, Adek ngalah aja deh, " ucap Kara pasrah.
"Bang, Kalau Adek yang pergi ke rumah Bang Etan gimana? Adek nggak sendiri, kok. Adek nanti pergi sama Bang Satria dan Bang Andre, " ujar Kara meminta izin.
"Kamu sudah hubungi Mereka? " tanya Abimanyu.
"Belum, hehehe, " jawab Kara. " Adek kan nggak punya ponsel kaya Abang. Gimana mau menghubungi mereka? Kalian selalu larang Adek menggunakan ponsel, " ungkap Kara cemberut.
"Nomornya tahu? "
"Ng, kayanya Adek pernah nyimpan nomor hp mereka deh. Tunggu bentar, ya Bang. " Kara berlari menuju anak tangga.
"Adek, jangan lari- lari!! " teriak Abimanyu.
Kara langsung memelankan langkahnya. Dia menaiki anak tangga dengan hati- hati. Kamarnya berada di tengah, jadi dia tidak sulit untuk berjalan jauh.
Saat turun, Kara terkejut melihat Satria duduk bersama Abimanyu. Dia langsung menghampiri mereka.
"Lho, Bang Sat kok disini? Darimana Abang tahu rumah Adek? " tanya Kara heran. Seingatnya, Dia belum memberitahu alamat rumah pada Satria. Entahlah kalau dia lupa.
"Dek, bisa nggak manggilnya seperti itu. Abang kurang suka dengarnya, " kata Satria.
"Terus, Adek harus manggil apa? Bang Ria? Bang Tri atau Bang Es? " tanya Kara bingung.
"Ya, gak gitu juga kali, Dek. " Satria menatap Kara datar. Gini amat punya sahabat, untung sayang.
"Sudah, sudah. Kalian ini, panggilan aja diributin. Nah, Satria, tolong jaga adik saya ya, " pinta Abimanyu.
"Abang kok minta tolong pada Bang Sat? Memangnya mau pergi kemana? " Satria yang mendengar hanya menghela nafas dengan pasrah.
"Lho, bukannya Kamu sendiri mau ke rumah Bang Etan? "
"Eh, Iya. Adek lupa, hehehe. Terus, hubungannya sama Bang Sat apa? " tanya Kara.
Abimanyu menghela kasar napasnya. Dia harus sabar menghadapi adik lemot seperti Kara. "Satria, kamu bawa nih anak daripada kepalaku pusing nanti! " suruh Abimanyu yang langsung dituruti oleh Satria. Tanpa pikir panjang Satria menarik Kara yang masih loading ke luar rumah.
"Kemana kita, Bang? " tanya Kara.
"Cepat masuk! " titah Satria.
Kara melipat ke dua tangannya di dada. " Jawab dulu, kita mau kemana? Jangan-jangan Abang mau nyulik Adek, ya. Secara kan Adek ganteng tidak ada duanya di dunia ini, " ujarnya narsis. Entah gen siapa yang dia warisi.
Satria langsung menyentil dahi Kara. " Ngawur kamu. Siapa yang mau nyulik kamu? Cepat masuk, katanya mau kerumah Bang Setan. "
"Ha? Bang Setan? Adek nggak punya Abang yang namanya Setan, Selatan baru punya."
"Ya, itu dia. Ck, cepat masuk, Kar. Nanti ditinggal, nangis, " ejek Satria.
"Iyaiya. Ini mau masuk kok. Abang cerewet banget mirip Bunda Nila, " ujar Kara sewot.
"Itu belum masuk. Cuma kakinya, " kata Satria jengah.
"Yang penting kan masuk, " jawab Kara.
" KARA BUMI! "
"HADIR, PAK! "
Kara langsung masuk karena melihat wajah Satria sudah menyala bagaikan api. Mobil pun berjalan meninggalkan pekarangan rumah keluarga Bumi.
Tsb.

KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku kara
Novela JuvenilKara itu hitam manis tapi imut. Banyak orang ingin mendekatinya karena merasa gemas dengan tingkah lucunya. Kara yang tidak punya siapa- siapa selain kucing peliharaannya bernama Mumu. Suatu ketika, Kara bertemu dengan seseorang. Orang itu lalu men...