"BUNDA, BAJU ADEK MANA? KOK NGGAK ADA?? "
Pagi-pagi sekali sudah heboh dengan teriakan si kecil. Abimanyu yang sedang terhanyut dengan mimpi spontan terbangun mendengar suara toa sang adik.
"DI KASUR, DEK! " sahut Bunda dengan suara tak kalah melengking nya.
"NGGAK ADA, BUN!! "
"SAYANG, DASIKU MANA??! " Kali ini suara Ayah Bagas.
Bunda yang sedang memasak langsung meninggalkan masakannya. Dia harus mengurus dua bayi gedenya itu.
"AYAH, KENAPA IKUTAN BERTERIAK? DISINI BUKAN HUTAN, AYAH?! " omel Bunda Nila.
"Dasi Ayah hilang, Bun. Padahal tadi Ayah taruh di meja, " kata Ayah tak menghiraukan omelan istrinya.
"Yang dileher Ayah itu apa, ha? " tunjuk Bunda Nila.
Ayah Bagas menunduk. Dia lalu tersenyum bodoh. " Hehehe, maaf Bun. Ayah pikun, " akunya.
"Hehehoho, lain kali periksa dulu. Awas saja teriak lag! " ancam Bunda Nila.
"Bunda mau kemana? " tanya Ayah Bagas melihat istrinya mau pergi.
"Ke kamar Adek, " jawab Bunda Nila sambil berlalu.
Di kamar, Kara membongkar semua lemarinya. Dia tidak menemukan seragam sekolahnya. Padahal ini adalah hari senin. Abimanyu terpaksa ikut mencari.
"Memangnya Adek taruh bajunya dimana? " tanya Abimanyu.
"Tadi Adek lihat dikasur, Bang, " jawab Kara.
"Kok bisa hilang, sih? " tanya Abimanyu heran.
"Kara juga nggak tahu, Bang. "
Bunda Nila datang ke kamar putranya. " Adek, Bunda sudah bilang tadi kalau bajunya di letakkan di kasur. "
"Iya, Bunda. Pas Adek lihat, bajunya udah nggak ada, " jawab Kara.
"Lho, kok bisa? " Bunda Nila ikut merasa heran. Mereka membantu Kara mencari bajunya yang hilang.
"Sayang." Ayah Bagas muncul. " Ini seragam siapa? " tanyanya sambil menenteng seragam putih polos itu. Mereka bertiga seketika menoleh.
"Seragam Adek! " pekik Kara.
"Dimana Ayah menemukannya? " tanya Bunda Nila.
"Di ruang tamu, " jawab Ayah Bagas. " Sayang, Kamu masak ya? Kok Ayah mencium bau gosong, " celetuknya.
"ASTAGA!! " Bunda Nila memekik dan berlari ke dapur. Ikan yang ia goreng sudah menghitam.
Sementara itu, Kara bersiap- siap untuk ke sekolah. Ini adalah hari kedua dia masuk sekolah. Sekarang dia sudah menjadi siswa SMA Desmond yang kini di kelola oleh abangnya, Selatan.
Sudah sepuluh tahun, Kara tinggal bersama keluarga angkatnya. Dia bersyukur bisa bersama mereka yang menyanyanginya.
"Adek udah bawa bekal? " tanya Abimanyu. Dia akan mengantar adiknya ke sekolah sebelum ke kampus.
"Udah, Bang, " jawab Kara.
"Ingat pesan abang, ya. Jangan nakal di sekolah. Kalau ada yang ganggu kamu, ganggu balik. Jangan mudah ditindas oleh orang lain. Kamu paham, Dek? " tanya Abimanyu memberi wejangan.
"Iya, Bang, " jawab Kara.
Mobil yang dikemudi oleh Abimanyu meninggalkan pekarangan mansion. Dia akan mengantar adiknya Ke SMA Desmond, sekolah favorit semua orang.
Sesampainya di sekolah, Kara langsung pergi menuju kelasnya. Tiba-tiba seorang siswa datang menghadang di pintu.
"Eits, tunggu dulu! "
"Minggir, Kara mau masuk! "
"Passwordnya mana? " tagih siswa bernama Andre itu.
"Abang Andre ganteng, " ucap Kara malas.
"Nah, gitu dong. Silahkan masuk, Tuan muda Kara, " sambut Andre.
Kara langsung berjalan ke tempat bangkunya. Di sebelahnya, ada siswa yang sedang tertidur. Dia memakai tindik di telinga kanannya.
"Bang, bangun! Masih pagi lho! "
"Nggg." Siswa itu membuka mata, lalu menguceknya. Namanya Satria Pramjaya. Dia merupakan siswa berandalan yang disegani oleh semua siswa. Hanya pada Kara, sifat singanya akan berubah jadi seekor kucing yang manja.
"Pagi, Dek, " sapanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Cuci muka dulu, Bang, " ucap Kara.
"Iya, " jawab Satria. Dia beranjak dari bangku dan keluar dari kelas.
Tak lama, Satria masuk. Dia langsung merebahkan kepalanya di paha Kara.
"Berat tahu, Bang. Minggir sana. "
"Sebentar saja, Dek. "
"Nggak! Paha Adek bisa kram nanti. Jangan tidur lagi, ini masih pagi lho. "
"Ck, iyaiya. " Satria bangkit dengan ogah- ogahan.
"Makan roti dulu. Abang pasti belum sarapan, kan? " Kara menyodorkan roti selai nanas kesukaan Satria. Satria membuka mulutnya dan mengunyah roti tersebut. Dia sangat senang disuapin oleh Kara.
Pemandangan itu udah biasa di lihat oleh yang lain. Setidaknya sifat Satria menjadi lunak kalau pawangnya selalu didekatnya. Tak jarang orang yang dipukuli Satria tanpa alasan meminta bantuan pada Kara. Kara tentu mengomeli Satria habis- habisan. Bagi Satria, Kara itu sudah seperti cahaya hidupnya. Maklum, dia yang berasal dari keluarga tidak harmonis sangat ingin orang lain memperhatikan dirinya. Karena itu, Dia sering membuat ulah agar mendapat perhatian dari mereka. Namun, tindakannya itu salah dan membuat mereka berasumsi buruk terhadapnya. Hanya Kara yang tidak memandangnya begitu. Kara itu ibarat obat bagi Satria.
Tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/322987651-288-k659451.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku kara
Teen FictionKara itu hitam manis tapi imut. Banyak orang ingin mendekatinya karena merasa gemas dengan tingkah lucunya. Kara yang tidak punya siapa- siapa selain kucing peliharaannya bernama Mumu. Suatu ketika, Kara bertemu dengan seseorang. Orang itu lalu men...