Part 24

4K 373 15
                                    

Happy reading ya, All! Jangan lupa vote dan komen ya, teman- teman  🥰😉.
.
.
.
.
.

Braaak! Blaarrr!!

Mobil itu meluncur kebawah jurang dan meledak. Sepasang suami istri berlari dan menengok ke bawah. Sang istri sedang menggendong seorang balita berusia 2 tahun.

"Mas, kita harus gimana?  Di dalam sana ada seorang bayi. Kita hanya bisa menyelamatkan salah satunya, " ucap wanita berambut keriting itu.

"Ini tidak salah kita, Lis. Kita tidak sempat menolong anak itu lagi. Semoga dia selamat. Ayo, kita pergi dari tempat ini sebelum orang- orang itu melihat kita! " Pria itu membawa istri dan anak itu meninggalkan tempat itu. Perginya bertepatan dengan datangnya sekumpulan pria berpakaian serba hitam.

"Sepertinya mereka dan anak itu sudah mati. Ayo, kita tinggalkan tempat ini! Kita beritahu bos kalau mereka sudah mati! "

"Kenapa tidak kita periksa, Ketua? Siapa tahu salah satu dari mereka selamat, " ujar salah satu rekannya.

"Aku yakin mereka sudah tewas. Siapa yang bisa selamat dari ledakan itu. Ayo, pergi! " Orang-orang itu meninggalkan tempat itu.

Sementara dibawah jurang terdengar suara tangisan bayi. Bayi itu berada dalam dekapan seorang wanita. Wanita itu berusaha memecahkan kaca. Dia berjalan tertatih- tatih dan meletakkan bayi itu dibawah pohon. Dia menimbun ya dengan rimbunan daun.

"Maafin Mama, Nak. Semoga ada yang menemukanmu. Mama harus menyusul papamu. Maafin mama. " Dengan air mata yang mengalir di pipi, wanita itu berjalan menghampiri mobil yang terbakar.

DUARRR! BOM!

Mobil itu meledak dan pecahannya terlempar kemana-mana. Tak lama tangisan bayi yang sangat keras tidak terdengar lagi.

Esok paginya, seorang wanita paruh baya yang sedang mencari kayu bakar kaget melihat seorang bayi yang di timbun dengan rimbunan daun. Dia lalu membawa bayi itu pergi dari tempat itu.

"Anak yang malang. Kamu pasti dibuang sama orang tuamu. Aku akan memberimu nama Kara, yang berarti sinar cahaya. Kau akan menyinari kegelapan didunia ini. Mulai sekarang kau adalah cucuku, " klaim wanita itu.

*****

"Kara, jangan lari- lari! " teriak seorang nenek. Bocah berusia 3 tahun itu sangat aktif sekali sejak dia tumbuh besar.

"Hihihi! Kejal Kala, Nek! " teriak bocah itu heboh. Dia berlari kesana kemari.

Dia sampai tidak sadar berada di tengah jalan. Dia pikir tempat ini adalah arena bermain. Nenek yang sudah tidak mampu berjalan terkejut melihat cucunya berada di tengah jalan. Matanya melebar ketika sebuah mobil melaju kencang ke arah cucunya.

"KARA!! "

BRAAAK!

Tabrakan tidak dapat terelakkan. Bocah itu mematung melihat neneknya terpental sangat jauh dengan bersimbah darah. Mobil yang menabrak neneknya melarikan diri. Kara kecil berlari menghampiri neneknya dan menangis.

"Nenek! Nenek, bangun! Jangan tinggalin Kala! Huhu, dalah, dalah nenek. " Kara menatap darah yang membasahi telapak tangan mungilnya.

"Nenek!!! "

Untunglah ada warga yang lewat dan melarikan neneknya ke rumah sakit. Sayangnya nyawanya tidak bisa diselamatkan. Kara kecil menangis. Dia tidak mau ditinggal sendirian di dunia ini. Dia meraung ketika jenazah neneknya akan dimakamkan.

"Nenek, jangan tinggalkan Kala! Kala sama siapa disini, Nek? Nenek!! "

Karena tidak kuat, bocah itu pingsan dengan wajah sembab. Tetangganya merasa iba dan membantu Kara seperlunya.

Sejak itu, Kara kecil bekerja apa saja untuk mengumpulkan uang agar dia bisa makan. Neneknya pernah mengajarkan padanya bahwa dia harus bekerja keras untuk mendapat apa yang diinginkan. Dia juga tidak sendirian, karena Mumu menemaninya. Dia bertemu seekor kucing saat mengumpulkan barang rongsokan di tempat sampah dan dia beri nama Mumu.

"Jadilah anak yang selalu bahagia dimanapun kau berada. Jangan pernah tunjukkan penderitaanmu pada mereka. Cukup kau dan Tuhan yang mengetahui ini. Untuk mendapatkan apa yang kau inginkan, kau harus berusaha lebih keras lagi. Nenek yakin, cucu ganteng nenek bisa menghadapi semuanya, " pesan nenek sebelum menghembuskan napas terakhir.

Kara tidak pernah mengeluh. Dia terus berusaha agar bisa bertahan hidup. Dia tidak mau semua orang merasa kasihan padanya. Dia akan tersenyum agar mereka tidak mengkhawatirkannya. Dia juga akan menjadi cahaya bagi mereka yang tersesat dalam kegelapan.

"Namaku Kara. Apa kau mau berteman denganku? " tanyanya pada seorang pemuda yang sendirian di taman itu. Terlihat wajah pemuda merah kebiruan seperti baru saja di babak belur oleh orang lain. Dia bisa melihat kesepian di kedua bola mata milik pemuda itu.

"Namaku.... "

"SATRIA! "

Kara menoleh. Dia melihat pemuda lain menghampiri pemuda ini. Mereka saling bertatapan.

"Kau...? Anak baru ya? " tanyanya.

Kara mengangguk. Dia tersenyum tulus. " Iya. Namaku Kara. "

"Andre Digital. Panggil Bang Andre ganteng. Tubuhmu kecil cocok jadi adikku," ucap cowok bernama Andre itu dengan setengah mengejek.

"Aku tidak kecil, tau! Ini kurang tumbuh namanya. Aku nggak mau jadi adik orang jelek kaya kamu. Aku udah punya banyak abang! " protes Kara sambil melotot tajam pada Andre.

"Nggak apa- apalah, cil. Ye nggak, Sat? " Satria tidak menjawab. Matanya fokus pada wajah Kara. " Oi, Sat! Malah melamun nih anak! Kesambet poci baru tahu Lo! "

"Berisik, Kambing! " Satria menatap Andre tajam membuat anak itu menciut.

"Damai kita, Sat, " ucap Andre dengan senyum pepsodennya.

"Namaku Satria, " jawab Satria sambil tersenyum. Andre melongo melihat Satria yang ia kenal tidak memiliki ekspresi tiba- tiba tersenyum pada orang lain. Mana tulus banget ekspresinya.

'Waw, daebak!  Harus di abadikan ini dengan kamera. Sayang banget gue nggak bawa ponsel. Nyetlah! ' umpat Andre dalam hati.

Tbc.

Namaku karaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang