Part 26

3.5K 344 13
                                    

Happy reading ya, all! Jangan lupa vote dan komen ya, teman- teman 🥰😉😘.
.
.
.
.
.
.

Di balkon tempat ruang kerja pribadi Sakti Pramjaya, dua orang lelaki berbeda generasi sedang berbincang serius.

"Ibu kandungmu adalah adik kandung dari Mommymu. Malam itu, dia menelepon ibumu kalau dia dan suaminya sedang di kejar oleh sekelompok orang mengenakan seragam ninja hitam. Kami berdua datang ke Tkp. Namun, setiba disana mobil orang tuamu sudah dikepung. Untunglah mereka berhasil meloloskan diri, tetapi orang- orang tidak berhenti mengejar. Mobil kami berpapasan. Kebetulan saat itu di sekitar kami sangat gelap.... "

"Ibumu memberikanmu pada kami. Saat menyerahkan adikmu, orang-orang itu datang. Kami terpaksa meninggalkan lokasi. Kami melihat mobil orang tuamu terjatuh ke jurang. Mungkin orang tuamu panik dan tidak sadar kalau di depannya ada di jurang. Mobil itu meledak dan terbakar. Esoknya kami datang ke lokasi bersama para polisi. Kami hanya menemukan jasad ayahmu. Sampai sekarang kami belum berhasil menemukan ibu dan adikmu. Kemungkinan kecil mereka masih hidup, " cerita Sakti sambil menerawang ke masa lalu.

Satria terdiam mendengar cerita Sakti. 'Jadi, Aku punya adik? Semoga Ibu dan adikku masih hidup. Aku harap takdir mempertemukan kami, ' batin Satria.

"Kamu sudah jelas sekarang, kan? Apa kamu masih menganggap kami orang tuamu? Daddy tidak apa- apa kalau kamu tidak menerima kami lagi. Setidaknya kamu pikirkan Mommymu. Sejak kamu masih balita, dialah yang membesarkanmu. Bagaimanapun juga dia masih keluargamu. Dia sudah menyesal karena telah mengabaikanmu dulu. Semua itu karena dia dibutakan oleh harta. Daddy harap, kamu tidak meninggalkan Mommymu, " nasihat Sakti pada keponakan yang sudah ia anggap seperti putra kandungnya.

Satria merenung sesaat. " Akan kupikirkan, " jawabnya.

Selesai berbincang- bincang, kedua lelaki itu meninggalkan ruangan itu dan menuju lantai bawah. Disana mereka melihat Kara sedang menyuapi Lista kue.

"Tante, ini enak. Kara suka. Tante juga harus makan, " kata Kara riang. Dia memasukkan kue yang dicampur bubuk merica yang banyak oleh Lista. Bagaimana Kara tahu? Tentu saja dia tidak sengaja mengintip dari balik dapur.

Lista tersenyum paksa. Dia menatap anak itu tajam dan geram. Dia terpaksa memakan kue buatannya yang harusnya dimakan oleh Kara.

"Enak, Tante? " tanya Kara dengan senyum menyeramkan membuat Lista bergidik. Dia langsung mengangguk kaku. Dia pikir anak ini bisa dibodohi. Walaupun terlihat licik, tetapi pikirannya pasti masih anak- anak. Sayangnya, dia salah menduga. Anak ini sangat licik dan dia salah menyerang anak ini.

'Sialan!Aku tidak terima dikalahkan oleh anak kecil ini. Aku harus membalasnya nanti! ' umpat Lista kesal.

"Eh, kalian sudah begitu dekat, ya? " celetuk Sakti.

"Tentu dong, Om. Kami sempat bermain drama. Tante yang mengajariku cara memerankan antagonis. Benar kan, Tante? Om tau nggak, Tante jago banget aktingnya. Kara sampai kagum, " ucap Kara riang.

"Hahaha, kamu benar- benar anak yang ceria ya. Kamu dan Satria sudah berapa lama berteman? Soalnya Om tidak pernah melihatnya membawa teman kerumah adiknya Om, " ucap Sakti.

"Mungkin sebulan, " jawab Kara. Dia juga sedikit lupa dengan usia pertemanannya dengan Satria. Sakti manggut- manggut mendengarnya.

"Kamu dari keluarga mana? " tanya Sakti kepo. Soalnya wajah anak ini familier.

Kara berpikir sebentar. Dia lalu menjawab, " Keluarga Kim. "

Degh!

Salah satu dari mereka terkejut mendengarnya, tetapi dia sembunyikan dengan baik. Diam-diam tangannya mengepal.

'Jadi, dia masih hidup? Sial! Bagaimana bisa? ' batinnya kesal.

"Oh, keluarga Kim. Kok Om nggak tahu ya? Anak angkatnya? " tanya Sakti.

Kara menggeleng. " Anak kandung, Om. Kenapa Om? " tanya Kara.

"Ah, tidak apa- apa. Om cuma tanya saja. Kalau misalnya terjadi masalah, kamu jangan tinggalkan Satria ya. Tolong jaga anak Om. Entah mengapa Om punya firasat kalau akan ada masalah nanti. Tidak tahu kapan masalah itu muncul, yang pasti melibatkan Satria. Om mohon kamu harus menjaga Satria apapun yang terjadi," pesan Sakti pada Kara.

"I-iya, Om, " jawab Kara. Walaupun bingung, untuk sekarang dia mengiyakannya dulu.

Mereka berdua berpamitan pada Sakti dan Lista. Mobil yang dikemudi oleh Satria meninggalkan halaman mansion Pramjaya.

Mereka berdua tidak sadar bahwa ada beberapa mobil mengejar mereka. Hanya Kara yang mengetahuinya. Sedang Satria, dia fokus kedepan. Dia mengira kalau mobil- mobil itu adalah mobil pengendara lain yang melintas di jalanan.

"Kalian hadang mobil itu. Bawa bocah bertubuh mungil itu apapun caranya! "

"Baik, Bos! "

Braaaak!

Tbc.

Namaku karaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang