"Kalian sah menjadi suami-suami," ucap sang pendeta.
Janji suci telah diucapkan oleh sepasang suami-suami di sebuah gereja di Amerika. Hal yang dilandasi cinta keduanya telah diikat oleh sebuah pernikahan suci. Senyum bahagia tidak jua luntur terlukis di wajah kedua mempelai juga para tamu yang hadir.
"Kau bahagia?"
"Tentu saja."
"Aku sudah menantikan hari ini, Lee."
"Memangnya kau saja, tentu saja aku juga."
Kedua pasangan berbahagia ini tengah membagikan rasa cinta masing-masing di tengah tamu yang menikmati hidangan tanpa rasa canggung. Beberapa pasang mata memendangi kemesraan mereka.
Acara yang meriah dihadiri oleh tamu undangan khusus. Hanya klien dari kedua perusahaan yang bisa datang ke acara mereka. Bahkan wartawan sekaligus tak diizinkan untuk meliput acara pernikahan Kwon dan Lee ini.
Tanpa disadari keduanya, seseorang dari kejauhan sedang mengamati mereka. Sunggingan di sudut bibirnya yang tipis terlihat samar-samar. Dia tidak menggubris orang yang melintas di depannya dan melihatnya. Tatapannya hanya terpaku pada kedua mempelai.
Dia melangkahkan kakinya menuju kedua mempelai yang menyambut tamu. Merapikan sebentar jaket kulit hitamnya agar terlihat baik. Pria ini dibalut jaket kulit yang terlihat mahal. Celana panjang rip jeans hitam dan sepatu ankle boots hitam.
Rambut yang ditata ke belakang dengan sedikit diberi minyak rambut agar terlihat rapi. di lehernya tergantung kalung berbandul peluru dengan bahan paladium. Anting giwang dengan bentuk Peaceminusone menghiasi telinga kirinya. Kacamata hitam berlogo double C menjadi penghias terakhir busananya siang itu.
Tato malaikat di tengkuk lehernya menjadi pusat perhatian beberapa orang yang tidak sengaja melihatnya. Dia membuat mereka membicarakan dirinya hanya karena penampilannya yang berbeda dengan tamu lainnya. Itu baru satu dari sekian tato di tubuhnya yang terlihat.
Senyum yang seakan tulus masih terpatri di bibir tipisnya. Langkahnya bagai film ber-slow motion dengan suara telapak boots yang diketuk ke lantai. Kedipan matanya pelan di balik kacamata hitamnya dan kini dia berdiri di belakang mempelai.
"Selamat atas pernikahanmu, Hyung!" ucapnya membuat kedua mempelai membalikan badan.
Senyum yang sempat melebar oleh orang yang dipanggil 'hyung' kini sedikit memudar ketika melihat siapa yang dilihatnya.
"Jiyong ..."
"Iya, ini aku," ucap Jiyong.
Jiyong melepas kacamatanya, memperlihatkan bola matanya yang coklat. Terlihat kontras bagi orang Korea. Jiyong melirik orang di sebelah hyung-nya dan tetap tersenyum tipis.
"Ada apa kau di sini?"
"Tentu saja untuk menghadiri pernikahan keduamu. Ups, maaf aku kelepasan," seloroh Jiyong.
"Dia sudah tahu."
"Ah, begitu rupanya. Ngomong-ngomong, kau tidak ingin memperkenalkan is- suamimu maksudku," ucap Jiyong.
Laki-laki yang sejak tadi hanya diam di sebelah Jun Ho sedikit tidak nyaman dengan tatapan Jiyong. Namun, si pelaku seakan tidak peduli dan terus menatap Seungri dengan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken White [END]
FanfictionPutihnya sebuah pernikahan melambangkan kesucian. Namun apa yang dijalani setelah janji suci itu terucap nyatanya tidak sesuci dan seindah yang dibayangkan. pengkhianatan dan keserakahan, dan cinta orang ketiga menjadi penghancur utama mahligai ruma...