Chapter 11

181 27 11
                                    

Usai Jiyong mengerjai kakak iparnya di kamar mandi, dia keluar mandi dengan wajah tanpa dosanya. Dia menyeringai tipis mengingat bagaimana Seungri telah jatuh dan tak berkutik padanya.

Tanpa mempedulikan Seungri yang masih berusaha menyadarkan diri dari apa yang telah terjadi dengannya, Jiyong memilih beranjak ke tempat di mana supir pribadi Seungri berada.

Tok Tok!

Jiyong mengetuk pintu kayu yang menjadi akses langsung ke garasi mobil. Di sana laki-laki parub baya sedang bersiap untuk mengantar tuannya nanti langsung menoleh saat mendengar ketukan pintu. Kim Ahjussi terkejut melihat Jiyong sudah berdiri di depan pintu dengan senyuman mengerikan.

"Ahjussi, apa yang kau lihat tadi?"

"T-t-tidak ada, Tuan Muda!" jawabnya tergagap.

"Kau yakin?"

"A-aku yakin sekali Tuan!"

"Tidak melihat yang aneh dengan tuanmu?"

Manusia mana yang diberikan pertanyaan seperti tidak akan menjadi bimbang untuk berbicara. Nyatanya memang beliau menyaksikan apa yang seharusnya Jiyong dan Seungri tidak lakukan, terutama status keduanya. Namun, apa daya dia hanya pesuruh yang tak berani melawan.

"Aku tidak melihatnya, Tuan. Aku hanya lewat saja," ucap Kim Ahjussi meyakinkan Jiyong dengan jawabannya.

"Bagus. Tetap seperti itu jika masih butuh pekerjaanmu. Jun Ho Hyung tidak boleh tahu soal apa yang dilakukan istrinya. Tidak sampai waktu yang tepat!" perintah Jiyong. Kim Ahjussi hanya bisa mengangguk dan tak berani membantah.

Jiyong meninggalkan supir Seungri begitu saja. Menyisakan keringat dingin darinya karena ketakutan melihat tatapan Jiyong yang bagai elang telah menargetkan mangsanya. Sungguh hari yang sial baginya.

....

Di lain tempat, tak beda jauh dengan Kim Ahjussi yang merasa harinya sungguh suram. Nampak wajah yang tidak berseri seperti biasa dari orang berstatus suami atau sebut saja istri Kwon Jun Ho. Sejak dirinya tiba di kantor, Seungri beberapa kali mengabaikan mereka yang menyapa dirinya. Ini bukan kebiasaan darinya. Mereka yang merupakan pekerja di entertainment-nya terheran melihat atasannya lebih banyak diam.

Bahkan saat Glory mengajaknya bicara soal tawaran akan pemotretan dari salah satu artisnya, Seungri tidak banyak menanggapi atau memberi reaksi apapun. Dia lebih banyak diam dan terlihat melamun. Glory heran dibuatnya.

Seungri berjingkat saat Glory menempelkan telapak tangan di keningnya.

"Wae?"

"Aku yang harusnya bertanya, kau kenapa? Apa kau sakit?" Glory bertanya balik setelah kembali duduk di kursinya.

"Tidak, aku sehat. Memangnya kenapa?"

Glory geleng kepala semakin heran dengan Seungri.

"Bukan memang kenapa, tapi ada apa denganmu? Wajahmu pucat dan kau lebih banyak diam sejak tadi," Glory mengutarakan apa yang sejak tadi dia tebak-tebak soal Seungri.

Seungri kembali terdiam. Seperti tidak berniat menjawab rasa penasaran Glory. Sorot matanya kembali mengosong.

"Hyung, kau benar-benar sedang tidak ada masalah? Apa perlu aku memberi tahu suamimu?"

"Hum?" Seungri menoleh, "tidak ... kau tidak perlu memberi tahunya," cegah Seungri saat Glory sudah menyentuh ponsel Seungri.

"Tapi kau terlihat pucat, aku takut kau sakit seperti tempo hari," ucap Glory dengan kecemasannya.

Broken White [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang