Chapter 6

254 33 30
                                    

Seungri menatap handphonenya dengan kesal setelah dimatikan secara seenaknya oleh Jiyong. Pasalnya Jiyong janji akan menjemputnya lagi, tapi apa. Sekarang dia bingung harus pulang dengan apa sementara sang supir mengatakan masih diare. Ingin menghubungi suaminya dan memintanya menjemput, namun dia urungkan karena takut Jun Ho masih harus mengurus pekerjaannya.

Dia mendengus lagi mengingat kelakuan adik iparnya yang seenaknya. Mengatakan akan menjemput dirinya saat pulang kerja nanti, namun nyatanya dia terjebak di kantornya sendiri dengan langit yang sebentar lagi nampak akan turun hujan.

Salahkan dirinya yang tidak ingat perkataan Jiyong. Dia akan dijemput jika Jiyong tidak sibuk. Ingin sekali Seungri memukul kepala adik iparnya itu. Memang Seungri belum mengenal pasti siapa Jiyong dan seperti apa sifatnya. Yang dia tahu hanya Jiyong selalu berpenampilan semaunya dia.

Sekarang dia kebingungan. Bagaimana caranya dia pulang? Seungri terbiasa bawa mobil sendiri atau paling tidak supir yang mengantar. Dia bahkan tidak tahu caranya naik bis umum.

Waktu masih menunjukan petang, tapi warna langit yang seharusnya kuning-orange kini menjadi hitam keabu-abuan dan berakhir mengguyurkan air membasahi kota Seoul.

Di depan gedung kantor pria ini masih berdiri dengan memasang mimik wajah sebalnya karena dia tak bisa pulang akibat tak dijemput. Tangannya sedari tadi menggenggam handphone dengan kuat sembari kepalanya berpikir apa harus menunggu di sini sampai hujan berhenti atau berlari mencari angkutan umum terdekat atau taksi dan tentu saja ketiganya memiliki konsekuensi. Seungri tambah bingung sekarang.

"Ah, aku tak mungkin berdiri terlalu lama di sini. Kemungkinan hujan ini tak akan cepat berhenti. Aishh, dasar Jiyong. Lihat saja! kalau aku pulang, kau akan kupukul," pikir Seungri kesal saat membayangkan wajah Jiyong sambil mendengar suara Jiyong saat ditelpon tadi.

"Seungri Hyung? sapa seseorang yang baru saja keluar dari kantor.

"Oh kau, Glory. Sudah selesai pekerjaanmu?"

"Hm, iya sudah baru saja. Ini mau pulang. Sedang menunggu jemputan?" Glory melihat ke sana kemari, tidak menemukan mobil pribadi yang akan menjemput Seungri.

"Hahh, sepertinya aku akan menunggu hujan sedikit reda dan mencari angkutan umum untuk pulang," ucap Seungri.

"Ha? Itu berarti ... sssh ... astaga udara semakin dingin. Sebaiknya kuantark saja kau pulang," tukas Glory.

"Aish, tak perlu! Aku bisa menunggu sedikit lagi," Seungri menolak.

"Astaga Seungri Hyung, sifatmu masih belum berubah ya. Udara semakin dingin, sebaiknya kuantar kau. Kau lupa rumah kita searah? Kaja!!"

"Tapi 'kan ..."

"Ayolaahh ... ayo aku tak tahan dengan udara ini! Lagi pula mana ada seorang pemilik perusahaan besar naik kendaraan umum," ejek Glory. Hanya sedikit pegawai Seungri yang berani bersikap seperti itu padanya, salah satunya Glory.

Dengan paksaan dari Glory akhirnya Seungri menurutinya untuk diantar pulang. Setelah dia berpikir memang betul seharusnya mengambil keputusan ini dari pada dia harus mati kedinginan di depan kantor

....

Mobil melaju perlahan di jalanan Seoul yang basah. Hujan yang belum kunjung reda membuat pengendara harus waspada agar tidak terjadi sesuatu di jalan.

"Terima kasih Glory-ah, kau sudah mengantarku," ucap Seungri terdengar sungkan.

"Ckck tak perlu sungkan. Sebagai imbalannya, kau harus membantu kerjaanku besok hahaha ...," kelakar Glory.

"Eiisshh dasar kau ini! Lupa kalau akulah yang menggajimu?"

"Ckck aku bercanda, Hyung!" Glory melebarkan senyumnya.

Broken White [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang