Chapter 25

191 29 20
                                    

Aku peringatin ya, sebelum baca lanjutan FF ini untuk menekan bintang di akhir. Juga warning dengan segala isi yg kadang diikuti Typo. Isi konten merupakan imajinasi penulis juga ide aslinya. Jadi, dilarang protes karena ini mutlak milik pencipta! Juga dilarang plagiat! Jika itu terjadi, aku sedot ubun-ubunnya! ⭐ Vote di pencet. Tuh, ada di bawah!
*
*
*
*
*

Jiyong tak menolak kala Seungri menjadi agresif dari sebelumnya. Dia bahkan membiarkan laki-laki itu mendominasi ciuman mereka. Membiarkan Seungri jadi dominan saat ini. Menikmati bagaimana lidahnya saling membelit dengan lidah Seungri. Setelah kehabisan oksigen di paru-parunya, Seungri melepaskan ciuman mereka dan mendorong badan Jiyong dengan kasar.

Melihat ada peluang untuk pergi, Seungri segera berdiri dari kasur. Tangannya hendak meraih kenop pintu, namun tidak sampai karena sudah keburu dicekal lebih dulu oleh Jiyong.

"Kau pikir bisa kabur semudah itu?"

Dengan kasar Jiyong menarik tangan Seungri serta melempar badannya ke atas kasur. Tubuhnya mendarat dengan kasar hingga membuat kasur memantul. Belum juga berontak, Jiyong sudah mengukung tubuh Seungri di atasnya.

"Kau ingin melakukan di luar atau di kamar? Atau mungkin keduanya?"

Seungri menatap sengit pada Jiyong. Bibirnya tetap terkatup membuat Jiyong mulai tak sabar dengan sikap Seungri. Dia mencengkram rahang Seungri hingga membuat istri Jun Ho itu meringis kesakitan.

Jiyong menatap dalam pada netra laki-laki yang dikungkungnya. Tatapan perlawanan yang didapat dari seorang Seungri. Biasanya itu akan menjadi kesenangannya sendiri. Namun, kali ini Jiyong merasa kesal. Dia melepaskan cengkramannya, juga melepaskan kungkungannya.

Sekarang Seungri yang dibuat terkejut oleh tindakan Jiyong yang tidak melanjutkan pada hal yang lebih dari itu. Bahkan Jiyong telah berdiri membelakangi dirinya. Seungri bisa melihat kekesalan pada wajah Jiyong.

Kekesalan Jiyong bukan pada Seungri yang melawan atau Seungri yang selalu menolaknya. Dia mungkin masih bisa menahannya. Kekesalanya adalah kenapa harus Jun Ho yang mendapati Seungri. Kenapa harus Jun Ho yang bertemu duluan. Kenapa harus dia lagi yang mengalah atas cintanya. Hingga tanpa sadar tangannya terkepal erat.

Seungri bahkan menatap takut pada punggung sempit itu sekarang. Jiyong bergetar menahan emosi. Tidak tahu mengapa, Seungri lebih takut dengan Jiyong saat ini dari pada Jiyong yang semena-mena. Juga ada perasaan kasihan pada laki-laki yang selalu mengatakan mencintainya. Laki-laki yang telah memintanya menjadi kekasihnya. Laki-laki yang memberinya cincin dengan desain khusus.

"Aku akan mengantarmu pulang!" ucap Jiyong yang pertama kali Seungri dengar setelah keterdiamannya selama beberapa menit.

Seungri mengangkat kepalanya, masih menatap punggung Jiyong karena Jiyong tidak juga melihat padanya. Tangan kanan Jiyong menyentuh kunci pintu hendak dia buka lagi pintu tersebut sampai di mana tangan kiri Jiyong ditahan Seungri.

Jiyong terkejut sebenarnya, tapi dia tetap kendalikan dengan melihat tangan Seungri di tangannya. Wajahnya dibuat datar dan dingin.

"Ayo, kita bercinta!"

Bagaikan cupid memanah hati Jiyong. Dia jelas terkejut, tapi juga tak menutupi rasa senangnya. Sedangkan Seungri dengan beribu kekuatan untuk mengucapkan kalimat seperti tadi dan bodohnya dia melontarkannya. Dia perlu cek kejiwaannya setelah ini, pikir Seungri.

"Tidak perlu ... kau tak perlu melakukannya jika tidak menginginkannya. Maafkan si bajingan ini yang sudah memaksamu," ucap Jiyong kembali menatap pintu di depannya. Hal itu sengaja dia lakukan, menunggu reaksi yang diberikan Seungri.

Sesuai perkiraan Jiyong, pria itu akan meraih pergelangan tangannya hanya sekedar untuk menahan Jiyong agar tidak pergi.

"Hanya untuk kali ini. Lakukan," ucap lirih Seungri yang entah mengapa dia bisa-bisanya mengucap bahkan memohon seperti itu. Sementara Jiyong menyeringai mendengarnya. Perlahan dia menoleh dan tetap menjaga ekspresi wajahnya agar tidak terlihat mencurigakan.

Broken White [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang