Chapter 39

172 27 16
                                    

Aku peringatin ya, sebelum baca lanjutan FF ini untuk menekan bintang di akhir. Juga warning dengan segala isi yg kadang diikuti Typo. Isi konten merupakan imajinasi penulis juga ide aslinya. Jadi, dilarang protes karena ini mutlak milik pencipta! Juga dilarang plagiat! Jika itu terjadi, aku sedot ubun-ubunnya! ⭐ Vote di pencet. Tuh, ada di bawah!
*
*
*
*
*

Seungri baru terbangun lagi dari pingsannya yang entah sudah berapa kali. Itupun sudah hampir siang sejak dia dipulangkan paksa semalam. Top tidak membawa pulang ke rumahnya yang baru, karena bagaimanapun rumah itu sedang dijadikan Tempat Kejadian Perkara oleh polisi. Jadi, tak boleh ada yang merubahnya sebelum kasus selesai.

Top memutuskan membawa pulang Seungri ke apartemen Jiyong yang lama. Kemungkinan di sana akan menjadi penenang Seungri karena tempat di mana mereka berdua pernah bersama.

Kepala Seungri masih berdenyut saat bangun tidur. Mungkin karena dia yang terlalu banyak menangis atau memang bawaan janin. Yang pasti sungguh tidak nyaman.

Kedua netranya mulai menyadari jika saat ini dia tidak terbaring di rumah sakit. Dia juga tidak mencium aroma pekat dari rumah sakit yang nyaris membuatnya mual lagi jika memikirkannya. Hanya dia tersadar tangannya masih terinfus.

Kepalanya menoleh ke sisi kasur yang kosong. Aroma ini jelas dia hapal di penciumannya. Aroma yang mulai dia rindukan, bahkan lebih merindu dari sebelumnya. Ini kamar Jiyong, otaknya memproses seperti itu. Ini jelas kamar suaminya, tapi ini bukan rumahnya.

"Syukurlah kau sudah bangun. Baru saja aku ingin membangunkanmu," kata Daesung yang tidak tahu sejak kapan dia sudah ada di dalam kamar dengan nampan yang terlihat sepertinya ada makanan dan minum.

"Ini ... apartemen Jiyong?" pertanyaan yang terlontar dari Seungri.

"Iya, Top Hyung memintaku untuk membawamu ke apartemen ini sementara sampai kondisimu pulih," jelas Daesung. Sekarang dia sudah duduk di sebelah Seungri.

"Bagaimana Jiyong? Apa dia sudah sadar?"

"Kondisinya stabil, hanya belum bangun. Masa kritisnya sudah lewat," jawab Daesung.

"Tidak! Aku harus melihatnya sendiri," ujar Seungri yang kemudian dia bangkit tiba-tiba dan ingin turun kasur.

Daesung menahannya dan meminta Seungri kembali berbaring. "Kau mau ke mana?"

"Ke rumah sakit!"

"Tidak ada yang boleh meninggalkan rumah sakit sampai kondisimu pulih!" seru Top yang tiba-tiba muncul ke dalam kamarnya.

Seungri membeku mendengar suara khas Top yang dalam dan berat. Agaknya dia sedikit menciut dengan kekasih Daesung ini. Jadilah dia menurut.

"Hyung, kali ini saja. Aku ingin berada di sisinya. Ini bukan keinginan aku, Hyung!" rengek Seungri. Mungkin dengan begini Top akan luluh, dalih dari anak dalam kandungannya yang ingin.

Namun, sepertinya Top bukan tipe pria yang akan luluh. Buktinya wajahnya tetap mengeras untuk tidak luluh dengan permintaan Seungri.

"Kau bisa melihat Jiyong melalui video call tanpa harus ke rumah sakit!" tandas Top.

"Aku ingin melihatnya secara langsung, Hyung!"

"Sekali tidak tetap tidak. Cukup di sini dan pulihkan kondisimu sebelum Jiyong melihat betapa berantakan istrinya karena ditinggal sakit suaminya," tegas Top.

Daesung menggeleng kepala mendengar perdebatan keduanya. Tangannya lebih baik meraih mangkok bubur yang masih mengepul asapnya.

"Seungri-ah, bukan aku ingin membela pacarku sendiri, tapi kau tidak akan menang berdebat dengannya dan lagi yang dikatakan Top Hyung ada benarnya," jelas Daesung yang kemudian meniupkan bubur sebelum disuapkan pada Seungri.

Broken White [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang