Chapter 10

241 26 37
                                    

Peringatan ⚠️

Konten di bawah mengandung unsur yang saya sendiri tidak mengerti mau dibilang apa! Jadi, bijak dalam menikmati ya. Jika ada yang tidak berkenan, dilarang protes, karena ini mutlak milik pencipta. Bukan milik pembaca!
.
.
.
.
.

Langit sudah tidak lagi berwarna jingga. Matahari mulai menggantikan tugas bulan untuk menyinari bumi. Membangunkan orang-orang untuk memulai aktifitasnya kembali. Hanya satu orang di kediaman Kwon yang masih bergelung di dalam selimut dengan tubuh tanpa sehelai benang yang menempel di badannya.

Seungri baru bisa tidur pukul 2 dini hari setelah apa yang terjadi sebelumnya. Ingatan akan apa yang dirinya dan Jiyong lakukan semalam kembali berputar. Kini dia dipaksa untuk membuka matanya. Perlahan dia bangun dari kasur dan duduk di sisiannya sejenak. Tubuhnya remuk redam, terutama bagian bawahnya.

Seungri menyibak sedikit selimutnya dan melihat bagian privasinya yang hanya ditutupi selimut. Dia mendesah panjang. Matanya melirik sisi kanannya tempat di mana Jun Ho biasa tidur. Aroma percintaan antara dirinya dan Jiyong masih bisa dia hidu oleh penciumannya. Sungguh bajingan. Mulutnya berkata tidak, tapi badannya terus menginginkan lebih dari sentuhan adik iparnya.

Dia menuruni kasur tanpa mengenakan apapun menuju kamar mandi. Memberanikan diri untuk melihat apakah ada tanda bekas Pergumulannya dengan Jiyong semalam. Seungri bisa bernapas lega. Ternyata Jiyong tidak meninggalkan jejak sama sekali. Kepalanya tertunduk di depan wastafel.

Usai membersihkan diri, Seungri melihat ke kasurnya yang masih berantakan. Dia harus segera mengganti sprei putihnya untuk menghilangkan jejak. Dia pun dapat melihat sisa-sisa cairan yang berceceran. Dengan cepat dia membersihkannya dengan air dan tisu. Pikirannya melayang lagi, bahkan dia yang bercinta dengan suaminya tidak berakhir seperti ini. Jiyong memang unggul membuat kekacauan.

Tanpa ragu pun dia menarik sprei tersebut dan menaruh di tempat pakaian kotor. Seungri keluar kamar untuk segera sarapan dan pergi ke kantornya hari ini. Baru saja kakinya nenuruni empat anak tangga, seseorang dari belakang membisikan sesuatu.

"Morning, Baby!"

Seungri berjengit mendengar suara itu. Dia membeku di tempatnya. Bulu kuduknya bahkan meremang.

"Bagaimana keadaanmu? Apa pinggangmu baik-baik saja?"

Jiyong kembali berbisik yang kemudian dia melepaskan smirk-nya sebelum meninggalkan Seungri yang masih diam di tempatnya.

"Cepatlah turun! Kau bisa mati kelaparan jika tidak sarapan," ucap Jiyong sambil berlalu.

Seungri tersadar oleh ucapan Jiyong. Kakinya mulai melangkah perlahan lagi menuruni anak tangga. Setibanya di akhir anak tangga, dia melihat ke arah meja makan di mana Jiyong sudah duduk dan menyesap kopinya dengan santai. Seungri melangkah ragu hingga dia berjalan melewati Jiyong.

Greb

Tangannya digenggam Jiyong tiba-tiba membuat Seungri terkejut. Dia segera menoleh ke arah Jiyong mencari tahu apa yang diinginkan adik iparnya.

"Duduk di sebelahku!" ucap Jiyong.

"Tidak perlu! Masih banyak kursi yang kosong," tolak Seungri sedikit dingin.

"Tapi aku ingin kau duduk di sebelahku!" tegas Jiyong. Dia mulai tidak suka jika ada yang menolak kemauannya.

"Lepas, Jiyong! Banyak pelayan yang akan melihat," ucap Seungri sambil berusaha melepaskan pegangan tangan Jiyong.

"Kau takut mereka mengadu pada suamimu?"

"Jiyong, lepas!" tegas Seungri.

"Baiklah baiklah!" Jiyong melepaskan tangan Seungri. Pria itu segera melarikan diri Jiyong, sayangnya tangan Jiyong memang lebih gesit.

Broken White [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang