Chapter 41

279 29 9
                                    

Aku peringatin ya, sebelum baca lanjutan FF ini untuk menekan bintang di akhir. Juga warning dengan segala isi yg kadang diikuti Typo. Isi konten merupakan imajinasi penulis juga ide aslinya. Jadi, dilarang protes karena ini mutlak milik pencipta! Juga dilarang plagiat! Jika itu terjadi, aku sedot ubun-ubunnya! ⭐ Vote di pencet. Tuh, ada di bawah!
*
*
*
*
*

Ingatannya telah ditarik kembali pada masa sekarang. Seungri masih senang bersandar di pundak sang suami yang selalu memanjakannya selama tiga belas tahun terakhir ini. Usia keduanya kini sudah 43 tahun, tapi tidak memudarkan romantisme keduanya. Terutama Jiyong. Dia pria yang selalu memuja istrinya, menyayangi keluarganya meski hanya bertiga.

"Kenapa tidak pakai mantelmu?" tanya Jiyong yang melirik dari ekor matanya.

"Ingin menikmati udara."

"Kau baru sembuh, Sayang." Jiyong merapikan rambut Seungri yang sedikit turun ke alisnya.

"Aku sudah merasa lebih sehat. Kau terlalu memanjakan aku."

"Tentu saja! Kau lupa bagaimana aku yang hampir gila karena nyaris kehilanganmu saat kau berjuang melahirkan Han Wol," ujar Jiyong.

"Aku tahu. Sekarang anak itu hampir 13 tahun dan aku sama sekali tidak bisa memberinya adik lagi. Maaf, Jiyong."

Suaranya terdengar lirih di telinga Jiyong. Istrinya hampir menangis lagi jika mengingat itu. Terkadang dia merasa bersalah pada anak semata wayangnya karena tak lagi bisa memberinya adik.

Seungri hampir kehilangan nyawanya saat berjuang mengantarkan nyawa anaknya pada dunia yang sudah ditunggu selama sembilan bulan. Kehamilannya terus-terusan mengalami masalah hingga menjelang kelahiran. Daesung pernah menyarankan untuk menggugurkan kandungan Seungri sebelum memasuki usia kelima, namun Seungri bersikeras mempertahankan buah hatinya.

Bulan kesembilan, Seungri collapse di rumah. Jiyong panik setengah mati saat istrinya sudah tidak sadarkan diri saat kontraksi terjadi. Permasalahan tidak selesai sampai di situ. Pendarahan terjadi saat operasi caesar. Daesung memang berhasil mengeluarkan si kecil Kwon Han Wol yang berarti surgawi untuk melihat dunia seperti keinginan ibunya.

Namun, Seungri tidak membuka matanya sampai satu bulan lamanya. Daesung juga mengatakan jika kemungkinan besar rahim Seungri tak bisa lagi berfungsi baik dan itu benar saja. Setiap kali janin yang tumbuh tak akan mampu bertahan lebih dari tiga minggu. Sejak itu Jiyong putuskan tidak akan memiliki anak lagi dari pada harus kehilangan istrinya.

Seungri awalnya ingin berusaha lagi. Tapi, Jiyong yang keras kala itu tidak menyanggupi keinginan Seungri karena dampak yang terjadi setelah kelahiran Han Wol adalah kondisi kesehatan Seungri yang rentan akan sakit. Jiyong sungguh menjaga ketat kesehatannya. Han Wol sebagai anak yang berbakti pun tahu perjuangan sang ibu, sehingga dia tak pernah menuntut untuk memiliki seorang adik.

Seperti sekarang, Seungri baru sembuh dari demam selama tiga hari hanya karena pergantian musim. Saat ini Cina sedang memasuki musim dingin dan amat rentan baginya. Jiyong sampai harus batalkan kepulangannya ke Korea untuk urusan kantornya. Chroma tengah mengalami masalah dan Jia butuh bantuan Jiyong. Sayangnya, Jiyong harus diwakili Sehun.

"Tidak perlu risaukan itu. Han Wol sudah cukup bagiku. Ada Jia juga. Aku juga masih butuh kau di sisiku." Jiyong memberi semangat.

"Bagaimana keadaan Chroma?"

"Sudah terkendali. Tenang saja, anakmu itu pandai meski usianya masih muda," puji Jiyong.

Chroma memang telah diserahkan pada Jia oleh Jiyong saat usianya memasuki 18 tahun. Anak itu cerdas dalam mengurusi perusahaan milik ayah kandungnya meski tidak diajarkan secara langsung oleh Jun Ho. Akan tetapi, Jiyong yang memegang peran penting saat itu.

Broken White [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang